EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR “OSTEOPOROSIS”
OSTEOPOROSIS Pengertian Osteoporosis adalah penyakit sistemik, ditandai dengan rendahnya masa tulang dan perubahan arsitektur mikro jaringan tulang atau berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis. Dikenal dengan kondisi dimana terjadi pengkroposan tulang manusia.
Tulang belakang, pergelangan tangan (laki-laki), tulang panggul (wanita). Risiko pada wanita yang lebih besar di bandingkan pada pria berhubungan dengan bentuk badan yang lebih kecil, ukuran tulang yang lebih kecil, massa tulang yang lebih rendah, dan pengeroposan tulang yang lebih besar pada usia paruh baya yang disebabkan menopause akibat penurunan mendadak kadar estrogen pelindung setelah menopause.
Perkembangan 10 Tahun Terakhir
Klasifikasi Osteoporosis 1. Osteoporosis Primer a. Tipe 1 (postmenopausal) b. Tipe 2 (senile). 2. Osteoporosis Sekunder
PATOFISIOLOGI Prosesnya sama tiap orang : Berkurangnya ketebalan kortex & berkurangnya jumlah/ukuran trabekula berakhir penipisan kortex & pelebaran lumen sehingga secara anatomis normal setelah umur 40-45 th penurunan massa tulang wanita : 40-50 % Pria : 20-30 %
Mekanisme Terjadinya Osteoporosis Pada sistem rangka manusia, terjadi proses pembaharuan atau penggantian. Pada tulang ada dua sel yang bekerja dalam proses ini, yaitu osteoklas yang bekerja untuk menyerap/merusak tulang dan osteoblas yang bekerja untuk membentuk tulang. Tulang yang sudah tua dan mengalami keretakan, akan dibentuk kembali. Tulang tersebut akan diidentifikasi oleh sel osteosit lalu akan diserap kembali oleh sel osteoklas dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan asam. Selanjutnya tulang yang sudah diserap oleh osteoklas akan dibentuk tulang yang baru oleh sel osteoblas yang berasal dari sel prekursor di sumsum tulang. Pada penderita osteoporosis, terjadi gangguan pada osteoklas, sehingga timbul ketidakseimbangan kerja osteoklas yang lebih besar daripada osteoblas. Karena penyerapan/perusakan tulang lebih besar daripada pembentukkan tulang baru maka akan terjadi penurunan massa tulang yang akhirnya terjadilah pengeroposan tulang pada penderita osteoporosis.
Gejala Osteoporosis Gejala osteoporosis tidak akan terlihat oleh kasat mata. Kecuali dengan pemeriksaan rontgen, orang-orang baru mengetahui mereka menderita osteoporosis ketika tulang mereka patah. Tulang yang paling berisiko patah pada osteoporosis : 1. Tulang Pergelangan Tangan 2. Tulang Panggul 3. Tulang Punggung (Tulang Belakang).
Gejala osteoporosis dapat meliputi: 1 Gejala osteoporosis dapat meliputi: 1. Sakit punggung (semakin parah jika telah terjadi patah tulang) 2. Nyeri tulang (atau biasa orang awam kenal dengan sensasi ngilu) 3. Fraktur (Tulang mudah patah) 4. Tinggi berkurang (akibat pembungkukan tulang), Postur bungkuk (kifosis) 5. Sakit leher (semakin parah jika terjadi patah tulang belakang)
Diagnosis Diagnosis untuk penyakit ini dapat dilakukan dengan: Densitometri DEXA Densitometri Ultrasound serta Pemeriksaan CT.
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya yang bisa diatasi, yang bisa menyebabkan osteoporosis. Untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Pemeriksaan yang paling akurat adalah DEXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DEXA sangat berguna untuk: - Wanita yang memiliki resiko tinggi menderita osteoporosis - Penderita yang diagnosisnya belum pasti - Penderita yang hasil pengobatannya harus dinilai secara akurat.
Penyebab Osteoporosis 1. Usia 2. Menopause (berhenti haid) 3. Kadar testosteron rendah 4. Genetik. Riwayat keluarga dan kelompok etnik 5. Obat-obatan 6. Berat badan rendah. 7. Pola makan buruk 8. Merokok/mengonsumsi alkohol , kafein
Faktor Risiko Faktor risiko terjadi osteoporosis dapat dibagi menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Yang tidak dapat dimodifikasi : usia tua, jenis kelamin wanita, riwayat keluarga dengan osteoporosis. Yang dapat dimodifikasi : konsumsi alkohol secara berlebihan, merokok, kekurangan vitamin D, kekurangan kalsium, berat badan yang kurang, dan konsumsi minuman bersoda yang berlebihan atau konsumsi obat-obatan tertentu (kadang-kadang obat-obat ini tidak dapat dihentikan karena dibutuhkan untuk penyakit yang lain).
Berikut ini merupakan beberapa Dampak buruk dari osteoporosis 1. Fraktur Kompresi 2. Nyeri tulang 3. Patah Tulang 4. Hilang Keseimbangan 5. Tinggi Badan yang berkurang
Pencegahan Ada tiga faktor penting untuk menjaga kesehatan tulang, antara lain: Cukupi asupan kalsium yang dapat ditemukan pada susu, kacang almond, brokoli, bayam, kubis, ikan salmon kalengan dengan tulangnya, ikan sarden dan kacang-kacangan dan tahu. Cukupi asupan vitamin D yang dapat ditemukan pada minyak ikan tuna dan sarden serta kuning telur. Akan tetapi, sebaiknya menggunakan suplemen vitamin D untuk memenuhi kebutuhan vitamin D. Berolahraga secara teratur
Pengobatan Obat -obatan antiresorbsi antara lain Bisphosphonate (Alendronat , Risedronate Ibandronate , Zoledronic ) , selektif reseptor estrogen seperti Raloxifene , calcitonin , Denosumab , dan obat anabolik Teriparatide. Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.
Upaya Penanganan Pemerintah Dengan cara peningkatan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan osteoporosis. Membangun kerjasama dan kemitraan antara pemerintah, LSM, ormas dan berbagai kelompok organisasi dalam mengurangi masalah penyakit osteoporosis.Menerapankan peraturan perundangan, misalnya Perda tentang Pengendalian Masalah Merokok (perokok aktif dan pasif). Sosialisasi gaya hidup sehat seperti : mengkonsumsi nutrisi dengan kalsium dan vitamin D yang cukup, terkena sinar matahari pagi dan sore hari, aktivitas fisik yang teratur (olah raga dan kegiatan lainnya), serta tidak merokok dan minum alkohol. Melaksanakan penyuluhan atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang osteoporosis melalui berbagai media penyuluhan. Penyuluhan perorangan atau penyuluhan kelompok yang dilaksanakan oleh kader, petugas puskesmas, dan lain- lain. Penyuluhan bagi Pasien osteoporosis dan keluarganya di puskesmas dan rumah sakit.
TERIMAKASIH