URGENSI ETIKA ILMU KOMUNIKASI Pertemuan 8 FILSAFAT DAN ETIKA ILMU KOMUNIKASI 2 0 0 9 URGENSI ETIKA ILMU KOMUNIKASI Pertemuan 8
Informasi: komoditi dan mimetisme Dalam logika industri, informasi dianggap barang dagangan. Ciri komersial lebih penting dari misi utama media mengklarifikasi/perkaya debat demokrasi Logika ini mendasari keingintahuan besar untuk merobek hidup para selebritis (infotainment) Target media hanya keuntungan bisnis (profesionalisme jurnalisme dikorbankan) Persaingan antarmedia tak proporsional lagi sehingga melahirkan mimetisme Bina Nusantara University
Mimetisme adalah gairah tiba-tiba menghinggapi media dan mendesaknya bergegas meliput kejadian karena media lain (terutama yang jadi acuan) menganggapnya penting Jadi media saling bangkitkan keingintahuan di kalangan mereka sendiri, naikkan penawaran dan biarkan diri dibawa hasrat untuk memberi informasi yang serba lebih, tapi karena tekanan persaingan, mereka dilontarkan sampai pada tingkat mengerikan bahkan dengan cara-cara licik Bina Nusantara University
Integrasi Sosial, Reproduksi Budaya dan Partisipasi Politik Media sebarkan nilai hedonis yang pengaruhi integrasi sosial (individualisme narsistik), Kontrol sosial normatif meredup (solidaritas pudar) Dalam reproduksi budaya, fokus pada harus selalu bergerak/berubah dan bukan untuk tujuan utopis tertentu namun karena tuntutan bertahan hidup Kultus teknologi kalahkan idealisme Teknik presentasi mengalahkan isi berita ( ada proses destruksi sosial) Bina Nusantara University
Media ciptakan kebutuhan palsu dan sikap pasif yang hanyut dalam konsumerisme Budaya instan memberikan kenikmatan sesaat tanpa mempertimbangkan masa depan Dalam partisipasi politik, individu apatis dan tidak mau berpartisipasi pada ideologi politik Ideologi politik tak lagi memberi janji bahkan proyek sejarahnya tak mampu memobilisasi pengikut Arena sosial jadi perpanjangan lingkup private (logika konsumtif meresapi tatanan sosial) Bina Nusantara University
Dilema Media Massa Logika waktu pendek menempatkan media massa pada situasi dilematis Di satu sisi idealisme media menuntut media sebagai agen pendidik masyarakat agar kritis-reflektif-mandiri, namun di lain sisi pragmatisme ekonomi media yang mengadopsi logika mode menghasilkan sensasi, supervisial dan dangkal makna/murahan Bina Nusantara University
Tiada Perlawanan dan Bentuk Baru Sensor Media hanyut dalam kapitalisme (solidaritas lenyap karena logika pasar hancurkan struktur kolektif) Dalam kapitalisme global (komersialisasi gaya hidup individualistis tak terkontrol), tidak ada perlawanan terorganisir yang didukung struktur kuat dan ideologi yang serius (bahkan agama terpinggirkan dan pengorbanan disinismekan) Bina Nusantara University
Media sebetulnya punya kesempatan mempengaruhi masyarakat dengan tanamkan kebebasan dan inisiatif, namun media sendiri justru membuat masyarakat tergantung/kompulsif Karenanya media sulit membentuk pikiran kritis dan penilaian yang reflektif. Dalam bayangan pragmatisme ekonomi, logika komersial membuat refleksi diabaikan demi emosi, teori ditinggalkan demi manfaat praktis Bina Nusantara University
Perjuangan untuk memberi informasi benar agar masyarakat kritis, mandiri dan reflektif tak lepas dari etika komunikasi Etika komunikasi tidak bekerja dengan mekanisme larangan, tapi lebih pada mengantar publik mengambil jarak terhadap media sehingga dapat bersikap kritis (media harus mampu memberikan informasi yang mendidik) Bina Nusantara University
Syarat Kemungkinan Etika Komunikasi Pertama, media punya kekuasaan dan efek dahsyat bagi publik (mudah memanipulasi/mengalienasi audiens). Maka etika komunikasi mau melindungi publik yang lemah Kedua, etika komunikasi berupaya untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab Ketiga, etika komunikasi coba menghindari dampak negatif dari logika instrumental yang cenderung mengabaikan nilai, makna dan pencerahan Bina Nusantara University