Penggunaan Jamu Untuk Terapi Penyakit Saluran Cerna
Jamu Jamu atau obat tradisional Indonesia memiliki kekhasan tersendiri dibanding obat tradisional asing yang lain. Berbeda dengan obat tradisional Cina (TCM) filosofi keseimbangan Yin-Yang, atau Ayurvedha di India yang mendasari pengobatannya dengan empat unsur alam Dasar filosofi pendekatan holistik
Holistik Jamu Holistik khasiat banyak digunakan untuk mengoptimalkan khasiat suatu ramuan yang akan disusun dari berbagai bahan penyusun ramuan yang secara tradisional telah digunakan untuk suatu indikasi. Holistik formulasi lebih diarahkan untuk meningkatkan kualitas sediaan.
KESESUAIAN BAHAN PENYUSUN RAMUAN DENGAN INDIKASI PENDEKATAN EMPIRIS : Hasil survei etnobotani, tercantum dalam literatur tradisional seperti Serat Centini, Jamu Pusaka Kraton, Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang PENDEKATAN KHEMOTAKSONOMI : Bahwa berbagai spesies dalam satu familia memiliki kemungkinan kandungan kimia yang mirip strukturnya, contoh : alkaloid tropan pada Solanaceae, kurkuminoid pada Zingiberaceae PENDEKATAN HOLISTIK : Bahan aktif utama, bahsiaan aktif pendukung khasiat, bahan pensuspensi, stabilisator, corrigen saporis, corrigen odoris, corrigen coloris
Jenis bahan tambahan penyedap rasa atau corrigen saporis meliputi pemanis seperti daun saga, kayu legi, daun stevia, bahan pedas seperti jahe, cabe jawa, lada hitam, asam seperti buah jeruk dan buah asam. penyedap bau atau penambah aroma yang sering disebut corrigen odoris seperti cengkeh, kapulaga, sereh, biji kedawung. penambah warna atau corrigen coloris seperti kunyit, temulawak, kayu secang
Formula Jamu Dispepsia-Gastritis
Fisiologi Saluran Pencernaan Ditutupi di bagian dalam oleh lapisan mukosa (Selaput lendir), untuk : 1. Absorpsi : penyerapan 2. Sekresi : pengeluaran larutan (enzim), mukus (lendir) 3. proteksi : perlindungan Lapisan otot polos utk motilitas (gerakan memeras/mendorong = peristaltik). Diatur oleh persarafan simpatis dan parasimpatis (vagus)
Saraf parasimpatis meningkatkan peristaltik dan sekresi. Saraf simpatis menghambat efek parasimpatik (mengurangi peristaltik dan sekresi)
Keluhan saluran cerna : Disfagia Nyeri dada Nyeri /rasa panas epigastrium Kembung Sindroma dispepsia Nausea/mual Vomitus/muntah Cepat kenyang Colic,mules Diare Melena Hematokezia konstipasi
Gastritis / Ulkus pepticum peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan pola makan Peradangan dari gastritis dapat hanya superficial atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung
Gastritis superfisial Ulkus pepticum
TATALAKSANA DISPEPSIA NON MEDIKAMENTOSA Hindari makanan/minum sbg pencetus, makanan merangsang spt: Pedas Asam tinggi lemak mengandung gas Kopi alkohol dll Bila muntah hebat, jgn makan dulu Makan teratur, tidak berlebihan, porsi kecil tapi sering Hindari stress, olah raga
Konsep pengobatan gastritis kronis dengan tanaman obat sebaiknya ditujukan untuk: - mengurangi peradangan dan infeksi anti inflamasi dan antibiotic - memperkuat dinding lambung dan mengurangi kepekaan dinding lambung - memperbaiki fungsi dan keseimbangan kelenjar perut - memperbaiki aktifitas pencernaan.
Formula Jamu Kapulaga Daun Sembung Kunyit Kayu Manis
Kapulaga (Amomum cardamomum) biji yang telah dikeringkan dinamakan semen cardamomi : minyak atsiri, sineol, terpineol, borneol, protein, gula, lemak, silikat, betakamfer, sebinena, mirkena, mirtenal, karvona, terpinil asetat, dan kersik : peluruh kentut (antimasuk angin)
Sembung (Blumea balsamifera) bersifat pedas, sedikit pahit, hangat dan baunya seperti rempah. Berkhasiat, melancarkan peredaran darah, peluruh kentut (karminatif)
Burmanni cortex ( manis jangan) Mengandung : Minyak atsiri 1-3%, tanin, damar, lendir, kalsium oksalat Untuk karminatif
Bersifat karminatif dan anti radang Curcumae domestica (Rimpang kunyit), mengandung : Minyak atsiri 2%, pati, damar, lemak. Bersifat karminatif dan anti radang 1. Alpukat / Persea Americana M. 2. Andong / Cordyline fruticosa (L) A.C. 3. Beluntas / Pluchea indica L. 4. Bangle / Zingiber purpureum Roxb. 5. Bidara upas / Merremia mammosa 6. Cabe Jawa / Piper retrofractum 7. Ceguk / Quisqualis indica L. 8. Cincau rambat / Cyclea barbata 9. Daruju / Acanthus ilicifolius Linn. 10. Daun sendok / Plantago mayor 11. Daun ungu / Craptophyllum pictum 12. Gendola / Basella rubra Linn 13. Iler / Caleus artopurpureus 14. Jintan / Coleus amboinicus 15. Jombang / Taraxacum mongolicum Hand-Mazz 16. Kasingsat / Cassia accidentalis 17. Kayumanis cina / Cinamomum cassia 18. Keji beling / Strobilanthes crispus 19. Kembang telang / Clitoria ternatea 20. Kesumba keling / Bixa orellana 21. Ketepeng cina / Cassia alata L. 22. Ketepeng kecil / Cassia tora L. 23. Krokot / Portulaca oleracea 24. Kunyit / Curcuma longa Linn 25. Lidah buaya / Aloe vera L. 26. Mengkudu / Morinda citrifolia 27. Patikan kebo / Euphorbia hirta L 28. Pepaya / Carica papaya 29. Pule pandak / Rauvolvia serpentine (L) BK 30. Pulutan / Urena lobata L. 31. Puring / Codiaeum varigatum 32. Rumput mutiara / Hedyotis corymbosa 33. Salam / Syzigium polyanthum (W) W. 34. Sambiloto / Andrographis paniculata (B) N. 35. Sambung nyawa / Gynura procumbens B. 36. Selasih / Ocinum basilicum 37. Sosor bebek / Kalanchoe pinnata Pers 38. Takokak / Solanum torvum Swartz 39. Tampal besi / Phylanthus reticulates 40. Tapak liman / Ipomoea pres – caprae L.S. 41. Temulawak / Curcuma xanthorhiza.