Pengembangan Pendidikan agama berbasis wawasan kebangsaan BAHRUL HAYAT
FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL (UU 20/2003) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Pasal 3)
POSISI PENDIDIKAN AGAMA DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. (Pasal 12) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a. peningkatan iman dan takwa; b. peningkatan akhlak mulia; c. ... h. agama..... (Pasal 36 ayat( 3)) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama. (Pasal 37, ayat (1))
KELOMPOK MATA PELAJARAN AGAMA DAN AKHLAK MULIA Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d. kelompok mata pelajaran estetika; kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. (PP 19/2005, Pasal 6 ayat (1))
TUJUAN KELOMPOK MATA PELAJARAN AGAMA DAN AKHLAK MULIA Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual. Peningkatan potensi spiritual dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai- nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Tujuan Pendidikan agama 1 Membangun potensi spiritual Membangun akhlak mulia (personal values and virtues) Membangun warga negara produktif (socially productive} Membangun warga global yang demokratis dan cinta damai
Wawasan Kebangsaan Cara pandang siswa yang mencakup pola pikir (mindset) dan pola tindak (action) mengenai eksistensi dan peran dirinya yang bersifat dinamis sesuai perkembangan zaman berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam membangun bangsa dan Negara Indonesia yang berdaulat, maju, dan bermartabat.
WAWASAN KEBANGSAAN Pribadi yang memiliki prinsip: keteladanan idealisme kejujuran demokratis adil dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan negara.
Wawasan kebangsaan DALAM Pendidikan agama Nilai Sikap Perilaku Nilai agama dan kebangsaan dalam satu nafas Pemahaman kognitif dan pengalaman Pembiasaan Akhlak mulia
Nilai kesalehan individu Nilai kesalehan sosial Integrasi nilai agama dan nilai kebangsaan Nilai preservatif Nilai antisipatif Nilai kesalehan sosial
ESENSI PENDIDIKAN AGAMA Learning OF religion Ritualitas Tuhan YME Learning FROM religion Religiusitas Spiritualitas Penganut agama sejati
LINGKUNGAN PENDIDIKAN Agama Rumah Sekolah Sosial Virtual Siswa
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA BERWAWASAN KEBANGSAAN
1 Pendidikan agama harus dibangun melalui pembiasaan (habituation), pemahaman (understanding), dan penalaran (reasoning) yang dilakukan secara progressif
Pendekatan Pendidikan AGAMA Pembiasaan (Habit formation) Pemahaman (value internalization) Penalaran (value evaluation and mindfulness) Prasekolah Pendidikan dasar Pendidikan menengah
2 Pendidikan agama dikembangkan dari sumber nilai agama dan budaya bangsa (kultural) yang menjadi dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3 Pendidikan agama dibangun di atas fondasi budaya sekolah yang agamis dan mencerminkan jati diri Indonesia
Budaya merupkan perekat sosial yang menyatukan warga sekolah. Budaya adalah komitmen individual dan kolektif untuk membangun dan menerapkan nilai di sekolah. Budaya merupkan perekat sosial yang menyatukan warga sekolah. Character lies in culture. Culture goes beyond rules.
Jadikan sekolah sebagai komunitas kebajikan berbasis agama dan budaya (community of virtue)
4 Terapkan pendekatan experiential learning di mana siswa melihat perilaku beragama dan berbangsa yang baik dan memperoleh pengalaman berbuat (see, experience, and express).
Experiential Learning Libatkan siswa secara langsung dalam berbagai aktivitas nyata di masyarakat melalui kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler yang bermuatan pendidikan agama dan kebangsaan seperti kerja bakti, kerja sosial (service learning), bela negara, dan cooperative learning. Melalui pengalaman dan refleksi siswa membangun penghargaan dan komitmen untuk bertindak sesuai nilai etis dan moral agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5 Orang dewasa adalah role model dalam menanamkan nilai dan karakter agamis berwawasan kebangsaan
Children “learn what they live”. Pimpinan sekolah, guru, dan tenaga pendidikan harus menunjukkan karakter agamis dengan jati diri Indonesia di sekolah sebagai miniatur masyarakat.
6 Perlakukan siswa dengan kasih sayang, hormat, bermartabat, bertanggungjawab, dan penuh perhatian.
Parker Palmer, The Courage to Teach “Good teaching cannot be reduced to technique: good teaching comes from the identity and integrity of the teacher.” Parker Palmer, The Courage to Teach
Terima Kasih 26