LA ODE TASRUN, SKM., M.Kes
Pengertian Limbah organik adalah limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob Limbah organik mudah membusuk, seperti …………..,……………,………………,dll. Limbah organik terdiri atas bahan- bahan yang bersifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan industri.
Limbah Organik Dibagi Menjadi Dua, yaitu: Limbah Organik basah limbah ini memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya buah dan sisa sayuran. Limbah organik kering limbah ini memiliki kandungan air yang relative sedikit. Contohnya kayu, ranting pohon, dedaunan kering, dan lain lain.
Apakah Komposting itu? Adalah pemecahan bahan-bahan organik sampah secara biokimia, dengan hasil akhir berupa humus Adalah teknologi untuk mempercepat pembusukan sampah organik yang mudah membusuk (biodegradable) dengan bantuan organisme seperti: Jamur Bakteria Cacing tanah
Manfaat Kompos 1. Aspek Ekonomi: Menghemat biaya untuk trasportasi dan penimbunan limbah Mengurangi volume/ukuran limbah Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya. 2. Aspek Lingkungan: Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepsan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
3. Aspek bagi tanah/tanaman: Meningkatkan kesuburan tanah Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah Meningkatkan kapasisitas penyerapan air oleh tanah Meningkatkan aktivitas mikroba tanah Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman Menekan pertumbuhan/serangga penyakit tanaman Meningkatkan rerensi/ketersedaian hara di dalam tanah
Syarat pengolahan kompos
Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan 1. Nilai C/N semakin tinggi nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan semakin tinggi. Bahan organik tidak dapat langsung digunakan atau dimanfaatkan oleh tanaman, karena perbandingan C/N dalam bahan tersebut relatif tinggi atau tidak sama dengan C/N tanah. Nilai C/N tanah sekitar Bahan organik seperti jerami padi 50-70, daun- daunan >50 (tergantung jenisnya), cabang tanaman (tergantung jenisnya), kayu yang sudah tua dapat mencapai 400. Proses pengomposan untuk menurunkan nilai C/N bahan yang digunakan sehingga sama dengan tanah.
2. Ukuran Partikel aktivitas mikroba berada di atara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antara bahan (porositas). Utuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
3. Komposisi Bahan pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat. Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambahkan dengan kotoran hewan. Ada juga yang menambahkan bahan makan dan zat pertumbuhan yang dibutuhkan mikroorganisme sehingga selain dari bahan organik, mikroorganisme juga mendapatkan bahan tersebut dari luar.
4. Jumlah Mikroorganisme biasanya dalam proses ini yang bekerja adalah bakteri, fungi, actinomycetes, dan protozoa. Sering ditambahkan pula mikroorganisme ke dalam bahan yang dikomposkan. Dengan bertambahnya jumlah mikroorganisme, diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat.
5. Aerasi pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tupukan kompos. Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan seminggu sekali atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
6. Kelembapan (Moisture Content) Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembapan 40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja optimal. Kelembapan yang lebih rendah dan lebih tinggi dapat menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau mati.
7. temperatur/suhu Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara oC menunjukan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60 oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba- mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
8. pH pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5-7,5. oleh karena itu proses pengomposan sering diberi tambahan kapur atau abu dapur untuk menaikan pH.
Jenis-jenis Kompos Kopos cacing (vermicompost) yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut. Kampos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari apas tebu sisa penggilingan tebu di pabrik gula. Kopos bokashi, yaitu pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisme 4).
Pengomposan Sistem Open Windrow pengomposan sistem open windrow adalah pengomposan di mana sampah yang dikoposkan ditumpuk memanjang dengan ukuran tertentu. Sistem ini biasanya diterapkan untuk memproses sampah skala sedang sampah skala besar. Takakura Home Method, yaitu suatu alat pengomposan sampah organik skala rumah tangga. Yang menarik dari Takakura Home Method adalah bentuknya yang praktis, bersih dan tidak berbau, sehingga sangat aman digunakan di rumah.
Tahapan pengomposan 1. Pemilihan sampah Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (bahan lapak dan bahan berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan. 2. Pengecilan Ukuran pengecilan ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.
3. Penyusunan Tumpukan Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecilan ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan. Desain penumpukan yang biasanya digunakan adalah desain memanjang dengan lebar × panjang × tinggi = 2m × 12m × 1,75m. Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan babu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara didalam tumpukan. 4. Pembalikan pembalikan dilakukan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghacuran bahan menjadi partikel kecil.
5. Penyiraman Peyiraman dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembapan kurang dari 50%). Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan. Apabila pada saat di genggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan.
6. Pematangan Setelah pengomposan berjalan 30-40hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan. Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahapan pematangan selama 14 hari. 7. Penyaringan Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposisikan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses. Bahan yang belum terkomposisikan dikembangkan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposisikan dibuang sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindungi dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lainya yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.
Pembuatan Pupuk Kompos Skala Rumah Tangga
Langakah Pembuatan Kompos Mengunakan Keranjang (Takakura)
Pembuatan Kompos Skala Komunal
Lama Pembuatan Kompos Minimal 6 sampai 8 minggu (apabila material komposting hancur dengan baik dan cukup udara, aduk/berubah posisi tiap 3 hari dan tetap terjaga kelembabanya) Maksimal kurang dari setahun (untuk yang dilakukan dengan cara alami)
THE END Designed by Wind Terima Kasih