Solar Power Satellite (SPS)
SPS Pembangkitan daya elektrik dilakukan di angkasa luar sehingga dinsulasi cahaya matahari mendekati 24 jam per hari. Energi listrik dikirim ke bumi dengan menggunakan energi elektromagnetik (microwave). Energi EM diterima oleh antena penerima (rectenna) yang lalu diubah ke energi listrik yang siap pakai.
Rectenna Prinsip kerja : antena menerima gelombang EM dari satelit/spacetenna, Sirkuit penyearah menyearahkan gelombang EM menjadi gelombang DC.
SPS
SPS
SPS
SPS 2000
SPS 2000
SPS 2000
SPS 2000
Rectenna Array
SPS 2000
SPS 2000
Sumber EBT Alternatif (Bioetanol) Sorgum (cantel) : Satu liter bioetanol sorgum memerlukan batang 16-20 kg, atau bila dari biji sorgum perlu 2,5 kg biji (dengan proses kimia yang lebih panjang). Pertanian sorgum Indonesia menghasilkan 6 ton biji/Ha, dan bisa menghasilkan bioetanol 8.000-9.000 Liter/Ha. Hasil lain : 30 ton biomassa/Ha, bisa digunakan untuk bahan bakar atau bahan pembuat kertas.
Sumber EBT Alternatif (Bioetanol) Limbah Air Kelapa : Fermentasi 200 L limbah air kelapa selama 70 jam menjadi 90 L bioetanol 70% Fermentasi 200 L legen menjadi 110 L bioetanol 70% Diperlukan pemanasan untuk proses penyulingan (sekitar 80-85oC). Limbah Buah (Salak) : 10 kg limbah salak menghasilkan 1 liter bioetanol melalui proses fermentasi selama sepekan dengan menambah ragi dan urea. Cairan yang dihasilkan didestilasi pada suhu 70oC.
Sumber EBT Alternatif (Bioetanol) Ampas dan Tetes Tebu : 5 kg ampas tebu (seharga Rp.1000,-) atau 4 kg tetes tebu (seharga Rp.4000,-) bisa menghasilkan 1 liter bioetanol. Aren (Arenga Pinnata) : Satu pohon menghasilkan nira 15-20 liter/hari, diproses menjadi satu liter bioetanol 99,5 %, atau sekitar 36.000-40.000 liter bioetanol/Ha/tahun. Pohon aren produktif disadap selama 6-8 tahun, baru bisa disadap setelah berumur 5 tahun. Produksi bioetanol dari aren lebih tinggi dibanding jagung (4.000l/Ha/th), singkong (2.000), biji sorgum (4.000), jerami padi, dan ubi jalar (7.800).
Sumber EBT Alternatif (Bioetanol) Nipah (Nypa Fruticans) : Mirip seperti aren, nipah nira bisa diubah menjadi bioetanol dengan kapasitas 6.300 liter/Ha/tahun atau sekitar 4,4 juta kL/tahun. Proses modern bisa menghasilkan bioetanol hingga 15.600-20.000 liter/Ha/th, jauh lebih tinggi dibanding menggunakan bahan baku tebu atau jagung. Rumput Laut (Makroalga) : Rumput laut banyak mengandung aneka protein dan selulosa, sehingga sangat mungkin dibuat bioetanol.
Sumber EBT Alternatif (Bioetanol) Alga (Mikroalga, air tawar/payau) : Mikroalga bisa diambil minyaknya (menjadi biodiesel), kemudian diambil karbohidratnya (5-67,9%) untuk diubah menjadi bioetanol (38%). Mikroalga yang melulu berpotensi sebagai bahan baku etanol adalah Prymnesium parvum, Chlorococum sp., Tetraselmis suecia, Anthrospira sp., dan Chlorella sp. Alga Spyrogyra yang berkarbohidrat tinggi bisa menghasilkan 1 liter bioetanol dari 0,67 kg alga spyrogyra. Lebih baik dari singkong yang memerlukan 6 kg singkong.
Sumber EBT Alternatif (Bioetanol) Jerami Padi : Produksi jerami Indonesia sangat besar, 1 ton beras setara dengan 1 ton jerami. Jerami mengandung hemiselulosa (27,5%), selulosa (39%), danosa (39%), dan lignin (12%) yang dapat diubah menjadi bioetanol lewatfermentasi. 1 kg jerami menghasilkan 0,2 liter bioetanol, maka produk bioetanol Indonesia kira-kira 7,56 juta kL/tahun. Sementara kebutuhan premium (Des 2013) tercatat sekitar 82.613 kL/hari (30 juta kL/th) maka sumbangan bioetanol jerami bisa mencapai 25,2%.
Sumber EBT Alternatif (Bioetanol) Sagu (Metroxylon Sagu Rottb.) : Sagu sangat berpotensi sebagai bahan baku etanol dengan kadar karbohidrat 82-85%. Dari Satu ton sagu, bisa diperoleh 550 liter bioetanol melalui proses hidrolisis, fermentasi, destilasi, dan dehidrasi. Singkong : Satu liter etanol perlu 6 kg singkong.
Sumber EBT Alternatif (Bioetanol) Sampah TPA : GALFAD (Gasification, Landfill, an Aerobic Digestion), gas methan yang timbul di TPA dimanfaatkan untuk menjadi energi listrik. 1 MW setara dengan 30-50 ton sampah. Bio Massa sampah digunakan sebagai bahan baku PLBM. 1500-1800 ton/hari bisa menghasilkan listrik 20 MW. Buah busuk : Setiap 4 ton/hari difermentasi bisa menghasilkan gas yang mampu membangkitkan daya listrik sekitar 110 kWh/hari.
Sumber EBT Alternatif (Bioetanol) Ampas Tahu : Tiap m3 limbah ampas tahu bisa menghasilkan 6.500 liter biogas. Tiap 1 liter larutan ampas tahu bisa menghasilkan 150 liter biogas.
Sumber EBT Alternatif (Bakteri) Urin : Mikroba bisa menghasilkan listrik. Ketika mikroba memecah bahan organik seperti sisa makanan atau potongan rumput, elektron dan proton dibebaskan yang dapat bekerja untuk mendorong arus elektronik di sekitar jalur arus listrik seperti baterai. Mikroba urin segar bisa meningkatkan output daya tiga kali lipat. Urinal yang dihubungkan melalui sel bahan bakar mikroba ke port USB bisa menghasilkan listrik yang cukup untuk mengisi perangkat elektronik kecil seperti ponsel.