Alergi Susu Sapi Dr. Rahma, M.Kes, Sp.A.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Advertisements

Darwis Dosen Jurusan Gizi
TUBERCULOSIS (TB PARU)
HIPERSENSITIVITAS Oleh : Netti Suharti.
MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan pemberian ASI pada bayinya Akan tetap mempunyai efek kontrasepstif apabila Menyusukan secara.
Reaksi Alergi Hipersensitivitas Aldo Candra ( )
TBC.
Eksim: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Pencegahan
ASI Eksklusif Air susu ibu dalam 6 bulan pertama kelahiran bayi oleh seorang ibu yang tanpa tambahan apapun baik itu minuman atau pun makanan tambahan.
Suatu respon imun yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan bahkan dapat menyebabkan kematian Alergen: antigen yg dpt memprovokasi respon hipersensitif.
Gagal Ginjal Oleh Nugroho.
OLEH: Rina Yuniarti, S.Farm, Apt.
Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep SpKom
Migrain.
RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR
PENGKAJIAN FISIK PADA ANAK DIARE
ANAFILAKSIS Haryson Tondy Winoto, dr. Msi.Med. Sp.A Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
MANFAAT MENYUSUI 1/1 MENYUSUI A S I Membantu bonding dan perkembangan
Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur
Penyakit Asma Akibat Kerja
Mengenal Berbagai Rupa dan Warna Feses Bayi ASI
Oleh : dr. Irfan Rahmanto
MALNUTRISI Abdullah Luthfi (D ) Agistha Ghina R (D ) Dini Rizki (D )
ASMA BRONKHIALE Suharno, S.Kep.,Ners.,M.Kes.
Kebutuhan Dasar Pada Bayi Baru Lahir
Ninis Indriani, M. Kep., Sp.Kep.An
GIZI IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN
Ninis Indriani,M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
Dermatitis Atopik Peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan (alergi) Melibatkan limfosit dan sel mast Histamin dari sel mast menyebabkan.
Jenis, Penyebab, Patofisiologi dan gambaran klinis pada ibu MASTITIS
DIET PASIEN GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN
MELAKSANAKAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI
MEMAHAMI PEMBERIAN IMUNISASI PASIF PADA BAYI, BALITA & ANAK
Syok anafilaktik Nasman Puar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
MARASMUS MATERI KULIAH.
KEJANG DEMAM Rahma Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNTAD
Idiopatik Diabetes Mellitus (DM)
HIPERSENSITIFITAS Lisa Andina, S.farm, Apt..
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
JUVENILE DIABETES By Ninis Indriani.
Sindrom Guillain–Barré
MUHAMMAD ABDILLAHTULKHAER
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
Kelompok 3 PARU - PARU.
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
Assalamualaikum Kelompok 7 Ika Apriani Riza Sativa
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Kriteria suspek tb/mdr DAN PEMERIKSAAN DAHAK sps
DIABETES MELLITUS kiki hardiansyah, S.kEP,ns
Baiq Reski Setiagarini
KONSEP DAN TATALAKSANA GIZI HIV
S 1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMSurabaya
ASMA.
INTOLERANSI MAKANAN JUWITA CINDI A DEFINISI Keadaan dimana saat seseorang mengkonsumsi suatu makanan tertentu dapat timbul gejala yang tidak.
Anemia pada Remaja Puteri Siti Fathimatuz Zahroh UPT Puskesmas Karangmojo II.
TINJAUAN MEDIS PUASA TERHADAP BEBERAPA PENYAKIT
Anemia pada Remaja Puteri Puskesmas Cipedes dr Rinny Oktafiani 2017.
MALNUTRISI.
Syok anafilaktik PKM ANREAPI. Syok Suatu sindrom klinik yang mempunyai cici-ciri berupa : Hipotensi Takikardi Hipoperfusi (urine
Anemia pada Remaja Puteri dr. Aris Rahmanda UPTD Puskesmas Bojong Rawalumbu – Peserta Dokter Intership Indonesia 2016.
ANAFILAKSIS IMTIHANAH AMRI.
TES CUKIT ( SKIN PRICK TEST )
AlERGI Pertama kali diperkenalkan oleh von Pirquet tahun 1906
INFORMASI DASAR TBC UPT PUSKESMAS NGAWI. Penyebab Sakit TBC Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis.
Asma Bronkiale & PPOK dr. Ketut Aditya R. Puskesmas Lindi.
ASUHAN KEBIDANAN LANJUTAN II
NAMA KELOMPOK 1:  ANDRI SETIAWAN SANJAYA  EVISIA HARCELLANI  RIZKY PURNAMA  SRI KADARTI  STEFANIE NOVITASARI.
InfeksiSaluranPernafasanAkut (ISPA). Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) Akut 1. PENGERTIAN 2. FAKTOR PENYEBAB 3. KLASIFIKASI ISPA 4. FAKTOR AGEN, HOST,
Apakah Diabetes itu ? Diabetes merupakan keadaan yang timbul karena ketidakmampuan tubuh mengolah karbohidrat/glukosa akibat kurangnya jumlah insulin.
Transcript presentasi:

Alergi Susu Sapi Dr. Rahma, M.Kes, Sp.A

Pendahuluan Alergi susu sapi : suatu reaksi yang tidak diinginkan yang diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi Dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 1. Diperantarai oleh IgE dan non IgE Insidens : 2-7,5 % 0,5 % mungkin terjadi pada bayi dengan ASI eksklusif Gejala yang timbul : sebagian besar ringan-sedang

KLASIFIKASI IgE Mediated Gejala timbul 30 menit-1 jam Manifestasi klinis : Urtikaria, Angioedema, Dermatitis atopik, Muntah, nyeri perut, Diare, Rinokonjungtivitis, Bronkospasme, Anafilaksis Dapat didukung dengan kadar IgE yang positif

KLASIFIKASI Non-IgE Mediated Diperantarai oleh IgG Gejala timbul lebih lambat > 1 jam Manifestasi klinis : allergic eosinophilic gastroenteropathy, kolik, enterokolitis, anemia, dan gagal tumbuh

DIAGNOSIS Tidak ada yang patognomonik Gastrointestinal (50-60%) Kulit (50-60%) Pernafasan (20-30%) Biasanya timbul sebelum usia 1 bulan dan 1 minggu setelah mengkonsumsi protein susu sapi Pendekatan diagnosis : gejala klinis + uji IgE spesifik Diagnosis pasti : uji eliminasi dan provokasi

TATA LAKSANA Nutrisi Prinsip utama : menghindari segala bentuk produk susu sapi Bayi dengan ASI eksklusif yang ASS : dapat menjutkan ASI dengan menghindari protein susu sapi dan produk turunannya pada makanan sehari-hari Bayi yang mengknsumsi susu formula Susu hipoalergenik : susu terhidrolisat ekstensif dan asam amino Susu terhirdrolisat parsial bukan merupakan pilihan umtuk terapi Eliminasi dilakukan sampai bayi berusia 9 atau 12 bulan atau paling tidak selama 6 bulan Jika tidak tersedia atau terdapat kendala biaya : susu formula yang mengandung isolat protein kedelai

Medikamentosa TATA LAKSANA Simptomatik Antagonis reseptor H1 (antihistamin) generasi 1 dan 2 dapat digunakan Jika terdapat riwayat reaksi alergi cepat : asma, anafilaksis atau alergi makanan yang berhungan dengan reaksi alergi yang berat : epinefrin harus dipersiapkan

PROGNOSIS Umumya baik Angka remisi 45-55 % pada tahun pertama, 60-75 % pada tahun kedua, 90 % pada tahun ketiga

Alergi Makanan

PENDAHULUAN Reaksi alergi makanan : reaksi simpang makanan akibat respons imunologik yang abnormal Sebagian besar didasari reaksi hipersentivitas tipe 1 dan tipe IV Insidens pada anak 6-8 %, dewasa 1-2 % Lebih sering terjadi pada usia tahun pertama kehidupan

ALERGEN MAKANAN Makanan : lemak, karbohidrat, protein Bahan makanan yang sring bersifat alergen : glikoprotein yang larut dalam air dengan berat moleku 10.000-60.000 Dalton Alergen dalam jumlah sedikitpun dapat mesensitisasi dan menimbulkan gejala pada individu yang cenderung atopik Tidak dapat diduga berapa banyak protein yang diserap, berapa lama kontak dengan sistem imun, serta seberapa cepat alergen yang dimakan dipecah untuk dapat diserap.

PATOFISIOLOGI IgE-Mediated Alergen makanan merangsang IgE Ikatan IgE dan alergen akan melepaskan mediator histamin, prostaglandin dan leukotrien akan menimbulkan vasodilatasi, kontraksi otot polos, dan sekresi mukus Sel mast yang aktif juga akan melepaskan sitokin yang berperan dalam reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang lambat Non IgE Disebabkan mekanisme imun yang lain : reaksi hipersensitivitas tipe III dan IV

MANIFESTASI KLINIK Kulit Saluran cerna Saluran nafas

MANIFESTASI KLINIK Kulit Saluran cerna Saluran nafas Rhinitis alergik Anafilaksis

DIAGNOSIS Anamnesis Pemeriksaan Fisik Mengenal makanan yang dicurigai Jarang antara gejala yang timbul dan memakan makanan yang dicurigai Mengenal gejala yang ditimbulkan Jumlah makanan yang menimbulkan gejala Jarak gejala terakhir dan gejala yang baru timbul Pemeriksaan Fisik

DIAGNOSIS Pemeriksaan penunjang Catat buku harian pasien Uji kulit Provokasi double blind placebo control food challenge (DBPCFC) IgE RAST (Radio Alergo Sorbent Test)

Persiapan untuk provokasi makanan Penghindaran makanan tersangka minimal 2 minggu atau lebih Penghidaran antihistamin Penghindaran bronkodilator dan steroid inhalasi Tersedia obat untuk mengatasi anafilaksis Pasien dipuasakan 2-3 jam sebelum provokasi dilakukan Dosis pertama harus lebih kecil dari dosis yang menyebabkan alergi, maksimum 400 mg Dosis total 6-8 gram dalam bentuk kering Pasien harus diobservasi sampai 2 jam setelah diadakan provokasi

PENTALAKSANAAN Eliminasi makanan Harus dilakukan dengan ketat 2/3 anak alergi 1 jenis makanan Mengetahui dengan pasti makanan yang akan diberikan pada anak

Perjalanan Alamiah Alergi Makanan 2/3 dari pasien akan toleran setelah menghindarkan makanan selma 1-2 tahun 80-90 % anak ASS akan toleran pada usia 2-3 tahun Anak yang mempunyai awitan alergi makanan pada usia lebih tua sifat toleran akan sulit tercapai

ASMA

DEFINISI Asma : mengi berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut : timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musimam, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien atau keluarga

Prevalensi asma di seluruh dunia : 7,2 % (10 % pada anak) Di indonesia : 6,7 % pada usia 13-14 tahun Gejala : sesak, batuk, mengi, dada rasa tertekan Ditandai oleh penurunan PEF atau FEV1 Derajat serangan bervariasi

Anamnesis Apakah anak mengalami serangan mengi atau serangan mengi berulang? Apakah anak sering terganggu leh batuk pada malam hari? Apakah anak mengalami mengi atau batuk setelah berolah raga Apakah anak mengalami mengi atau batuk setelah terpajan alergen atau polutan? Apakah jika mengalami pilek, anak membutuhkan > 10 hari untuk sembuh? Apakah gejala klinis membaik setelah pemberian pengobatan anti asma?

Pemeriksaan Fisik Kesadaran Suhu tubuh Sesak nafas Tanda gagal nafas Penilaian derajat serangan asma : ringan/sedang/berat/mengancam jiwa

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan fungsi paru : Peak Flow Meter, Spirometri Analisis gas darah : asidosis respiratorik dan metabolik Darah lengkap Foto thorax : pada umumnya tampak hiperaerasi

TATA LAKSANA Serangan Asma Ringan Jika sekali nebulisasi, respon baik, derajat serangannya ringan Observasi 1-2 jam, jika baik, pasien dipulangkan Paisen dibekali obat β-agonis (hirupan atau oral) diberikan 4-6 jam Jika pencetusnya infeksi virus dapat ditambahkan steroid oral jangka pendek (3-5 hari) Kontrol dalam waktu 24-48 jam untuk evaluasi Jika setelah observasi 2 jam gejala timbul kembali, diperlakukan sebagai serangan sedang

TATA LAKSANA Serangan Asma Sedang Jika nebulisasi 2 atau 3 kali pasien hanya menunjukkan respon parsial, kemungkinan derajat serangannya sedang Pasien perlu diobservasi di ruang rawat sehari Diberikan kortiksteroid sistemik (oral) metilprednisolondengan dosis 0,5-1 mg/kgbb/hari selama 3-5 hari

TATA LAKSANA Serangan Asma Berat Bila 3 kali nebulisasi berturut-berturut pasien tidak menunjukkan respon, harus dirawat inap Oksigen 2-4 L/menit Pasang jalur intravena dan foto thoraks Bila menunjukkan tanda ancaman henti napas, harus dirawat di ruang intensif Koreksi dehidrasi dan asidosis Steroid intravena 0,5-1 mg/kgbb/hari Nebulisasi β-agonis + antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan tiap 1-2 jam. Jika 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis, jarak diperlebar menjadi tiap 4-6 jam

TATA LAKSANA Serangan Asma Berat Aminofilin diberikan secara intravena. Jika belum pernah mendapat aminofilin diberikan dosis awal 6-8 mg/kgbb dilarutkan dalam D5% 20 cc diberikan selama 20-30 menit Jika telah mendapat aminofilin sebelumnya (kurang dari 4 jam), dosis diberikan adalah setengah dosis Aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5-1 mg/kgbb/jam Jika ada perbaikan, nebulisasi diteruskan tiap 6 jam Steroid dan aminofilin diganti oral Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan obat β-agonis yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. Steroid oral dilanjutkan Ancaman henti napas ; hipoksemia (kadar PaO2 < 60 mmHg dan atau PaCO2>45 mmHg). Pada ancaman henti napas diperlukan ventilasi mekanik

PENCEGAHAN ALERGI

Pencegahan primer : pencegahan terjadinya sensitisasi alergi Pencegahan primer : pencegahan terjadinya sensitisasi alergi. Menurunkan risiko terjadinya manifestasi penyakit alergi : alergi susu sapi, dermatitis atopik, asma dan rhinitis alergi. Penentuan risiko alergi pada anak berdasarkan riwayat penyakit atopi dalam keluarga baik pada orang tua ataupun saudara kandung Pencegahan sekunder : pencegahan terjadinya sensitisasi selanjutnya Pencegahan tersier : pencegahan memberatnya klinis atau kekerapan kambuh PENDAHULUAN

Rekomendasi pencegahan penyakit alergi pada anak Penentuan risiko alergi pada anak Restriksi diet pada ibu hamil dan menyusui untuk mencegah terjadinya penyakit alergi pada anak tidak diperlukan Suplementasi minyak ikan pada ibu hamil dan menyusui untuk mencegah terjadinya penyakit alergi pada anak tidak diperlukan Pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan direkomendasikan untuk pencegahan alergi

Rekomendasi pencegahan penyakit alergi pada anak Pada bayi yang tidak memungkinkan diberi ASI, direkomendasikan pemberian formula hidrolisat parsial atau ekstensif sampai usia 4-6 bulan. Formula hidrolisat tidap dapat menggantikan kedudukan ASI sebagai pilihan nutrisi pertama pada bayi Formula susu kedelai tidak direkomendasikan untuk pencegahan alergi Penambahan prebiotik, probiotik dan sinbiotik pada makanan bayi tidak direkomendasikan untuk pencegahan alergi

Rekomendasi pencegahan penyakit alergi pada anak Makanan padat direkomendasikan diberikan mulai usia 6 bulan secara bertahap. Restriksi diet terhadap makanan tertentu tidak diperlukan untuk pencegahan alergi Penghindaran pajanan asap rokok saat kehamilan maupun sesudah kelahiran direkomendasikan untuk pencegahan alergi Penghindaran tungau debu rumah dan hewan peliharaan tidak direkomendasikan untuk pencegahan alergi

TERAPI PADA PENYAKIT ALERGI

Antihistamin H1 generasi 1 dan 2, antihistamin H2 Kortikosteroid Epinefrin Leukotriene receptor antagonist

TERIMA KASIH