Menghadapi Kekerasan dalam media Pertemuan 12 FILSAFAT DAN ETIKA ILMU KOMUNIKASI 2 0 0 9 Menghadapi Kekerasan dalam media Pertemuan 12
ASPEK ESTETIK KEKERASAN Kekerasan media punya aspek estetik-destruktif mendua (menarik dan memuakkan/menjijikkan) Kekerasan memuakkan menempatkan kenikmatan dalam perjumpaan keindahan dan kematian Aspek menarik ini dieksploitasi ekonomi/pasar Kekerasan dalam film, fiksi, siaran dan iklan menjadi bagian industri budaya yang bertujuan mengejar rating tinggi/sukses pasar Bina Nusantara University
Kekerasan media dilegitimasi 3 argumen: 1). Horor-regresif: menunjuk selera publik/seniman akan kekejaman terlebih yang menyeramkan/tak wajar karena melampaui rasio 2). Horor-transgresif: tampilkan kekerasan dalam konfigurasi seni baru dengan sentuhan menonjol pada apapun yang belum dieksplorasi, yang terlarang, yang dikutuk, yang tabu 3). Gambar-simbolik: melibatkan penonton untuk melampaui tatanan ril kontekstual (melembutkan kekerasan) Bina Nusantara University
Bahaya Kekerasan dalam Media Timbulkan ketakutan dan ancaman ril Skenario penularan kekerasan sosial Sarana memecah belah Demoralisasi individu/kelompok Meningkatkan perilaku agresif Dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh/tidak peduli pada kekerasan dan korban Bina Nusantara University
Menentukan batas kekerasan Ada 3 bentuk kekerasan: 1). Kekerasan dokumen: bagian dari dunia riil 2). Kekerasan fisik: merujuk pada dunia yang mungkin ada misalnya dalam kisah fiksi, kartun dll 3). Kekerasan simulasi yang berasal dari dunia virtual misalnya permainan video, on line game dll Bina Nusantara University
Kekerasan dokumen Kekerasan dokumen adalah tampilan gambar kekerasan yang dipahami pemirsa/pembaca dengan mata telanjang sebagai dokumentasi/rekaman fakta Isinya berupa tindakan (pembunuhan, pertengkaran, perkelahian, tembakan, kerusuhan) dan situasi (konflik, tangisan, dll) Tayangan dibuat cermat utk bangkitkan emosi Kekerasan dokumen bisa berupa tulisan (peradilan melalui tulisan yang melukai orang) Bina Nusantara University
Kekerasan fiksi dan simulasi Kekerasan fiksi timbulkan trauma/perilaku agresif Ini bentuk rasionalisasi kekerasan ril melalui pemindahan ke lingkup cyber (internet) Kekerasan simulasi melekat pada permainan video dan on line game Kekerasan permainan video terletak pada sifat manipulatifnya karena pemain tak diberi kesempatan berpikir/refleksi Muncul efek psikologis (marah, emosi, kecewa dll) Bina Nusantara University
Kekerasan simbolik dan ketidakpedulian 4 faktor ketidakpedulian orang dewasa pada masalah kekerasan media: = Ketidaktahuan pd budaya orang muda = Ada keyakinan bahwa hadirnya orang dewasa dapat perbaiki situasi padahal terlambat = Larangan akses orang muda ke media dianggap reaksioner = Kesulitan pendampingan orang tua Bina Nusantara University
Kekerasan simbolis media sulit diatasi Ini fenomena kekerasan imanen (menyatu dengan hidup ril kita) 3 hal pendukung kekerasan imanen: a. Unsur fisik terungkap dalam aspek sensorial merk yang langsung disentuh konsumen dengan indra b). Retorika dikaitkan dengan persuasi agar konsumen mengadopsi ideologi yang dibela merek c). Unsur pragmatis terletak pada kemampuan merek membuat konsumen mengambil keputusan Bina Nusantara University
Etika komunikasi dan politik media Etika komunikasi perlu mendukung politik media yang protektif atas kelompok rentan, namun tak represif Politik media harus melindungi anak/remaja dari isi siaran yang merugikan Perlindungan efektif bukan pelarangan tapi mendampingi anak dalam selera budayanya sehingga energi kreatif tetap terekspresikan Produksi program budaya/pendidikan melalui media perlu didukung serius semua elemen Bina Nusantara University