KULIAH 1 EKOLOGI MANUSIA Pendahuluan EKOLOGI MASYARAKAT PESISIR Prof.Dr.Emmy Sri Mahreda,MP PSDAL UNLAM BANJARBARU
EKOLOGI MANUSIA ADALAH ILMU YANG MEMPELAJARI HUBUNGAN TIMBAL-BALIK ANTARA MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN HIDUPNYA. EKOSISTEM TERBAGI 2: 1. EKOSISTEM AIR (sungai,danau,rawa,hutan bakau,pantai, rawa payau,laut) 2. EKOSISTEM DARAT (padang rumput, hutan hujan, hutan gugur, gurun, dll) Ada udara
Alternatif pencaharian
Macam-macam pengertian 1.Ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajari rumah tangga manusia secara objektif, apa adanya. Dapat diartikan sebagai studi yang mempelajari bentuk dan perkembangan komunitas dalam sebuah populasi manusia, dan memahami antara spesises manusia dan lingkungannya.
Fungsi manusia Secara fisik makhluk yang lemah Diberi kelebihan akal atau alam pikiran dan berbudaya Mampu mengalahkan makhluk yang besar dan menaklukkan alam Mempunyai rasa tanggung jawab Dapat menjadi tamak,serakah,egois, mengeksploitasi SDA secara semena- mena tanpa melihat dampaknya.
Menunggu ikan datang?
KALSEL POTENSIAL PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT 10
SDP untuk welfare SDP untuk welfare 1.Kontribusi ilmu kelautan terhadap PDB Indonesia 25% < negara-negara dengan wilayah laut sedikit seperti Thailand, Jepang,Kor-Sel,Cina,Islandia,Norwegia (30 sd 60%). 2.Saat penjajahan sd tahun 2000-an kebawah, bangsa Indonesia melupakan jatidirinya sebagai bangsa Maritim, padahal Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia.
SDP dipandang sebelah mata? Meskipun ada, tetapi secara non- profesional dan ekstraktif Non-kelestarian dan non-sustainability. Padahal, Potensinya milyaran dollar Ekonomi kelautan? >¾ dari luasan----> pangan disediakan Platform dan backbase (tulang punggung)
Potensi 6,5 -6,7 juta ton/tahun pulau 5,8 juta km km 2 garis pantai. SDAP terbarukan ; ikan, terumbu karang,mangrove, rumput laut, bio-teknologi) SDA tak terbarukan; minyak dan gas,timah,biji besi, bauksit,mineral) Pariwisata dll
21/5/201616
Potensi 1,2 T US$/tahun > PDB nasional > 7x lipat APBN Selain nilai tersebut, manfaat un-employment (40 juta orang), maka jika demikian kemiskinan problem terpecahkan (tidak perlu TKI). Mestinya rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia Rp /bulan, jk SDA dikelola dengan baik dan efisien.
Manfaat lain? 11 sektor ekonomi SDM kelautan 1.Perikanan tangkap 2.Perikananan budidaya 3.Industri pengolahan 4.Industri bioteknologi 5.Hutan pesisir 6.Pariwisata 7.Energi dan mineral 8.Perhubungan laut 9.Industri dan jasa maritim 10.SDA dan jasa lingk kelautan non-konvensional (bio-energi, gas, algae laut,gelombang) dll 11.Benda berharga dan pulau-pulau kecil
kontribusi 25% dari PDB, mestinya 30-60% lebih Yang dimanfaatkan 8% dari potensi lestari (90 juta ton/tahun tk dunia), Indonesia 6,7 juta ton. Ada 24 juta ha lahan yang cocok untuk budidaya laut (baru 10,95%) dimanfaatkan yaitu 4,6 juta ton.
Mengapa sektor kelautan tidak dikelola maksimal? Sektor PDB 20% Biaya logistik tinggi yaitu 24%, negara lain 9% Infrastruktur lemah, mana mungkin kompetitif Bisnis logistik dikuasai asing. 65% barang exim melewati pelabuhan Singapore, bukan lewat T.Priok, T.Emas,T.Perak? Sehingga profit diambil orang.
Perlu identifikasi program pengembangan Memperbaiki produktivitas sistem Mengembangkan kesempatan kerja regenerasi lingkungan efektifitas pengaturan SDA Resources inventory Promosi keikutsertaan dan community- resources based management.
Contoh, di Cina kontraktor asing bukan pengelola utama tetapi pekerja dalam minyak dan gas bumi misalnya, BUMN berperan unit kapal (1% modern) > 30 GT. 380 ribu ha tambak udang, hanya 15% tambak udang semi-intensif, 65 % tradisional. Apalagi yang intensif. Di Bali
Hambatan lain? Disparitas pembangunan tidak merata Jawa 58% Sumatera 24% Sisanya 18% maluku,sulawesi,papua, kalimantan…….?
Perilaku manusia di laut Menggunakan bahan peledak Beracun Pengambilan karang batu Wisata dll. Penomena alam Gempa bumi Badai tropis Kenaikan suhu air laut Ledakan populasi jenis biota laut tertentu Penyakit dll
Berapa dan bagaimana SDM? Masih rendah Tradisional Tidak berani mengambil resiko Modal/skala usaha kecil Kapal penangkap kecil Alat tangkap sederhana Manajemen lemah dll
Cek penyebab kerusakan SDP Apakah karena perilaku manusia Atau karena fenomena alam? Apa dampak kerusakan? Apa yang seharusnya dilakukan masyarakat? Sebutkan budaya masyarakat pesisir.
Budaya masyarakat pesisir Kerusakan SDPesisir dan laut berdampak negatif terhadap keseimbangan lingkungan, karena terganggunya fungsi ekologi mangrove, lamun dan terumbu karang. Dampak yang banyak dirasakan adalah abrasi pantai dan hilangnya pelindung pantai, rusakanya tempat pemijahan dan tumbuh kembangnya ikan dan biota laut lainnya yg menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati, shg langka/punah.
Sebutkan budaya orang pantai Aruh laut Pesta pantai Hari nusantara
Lain lagi Desa Tanipah, Kec.Aluh-Aluh Kab.Banjar Nelayan terbiasa dengan uang dollar AS Menggunakan kelotok menjual ikan dll, paling sedikit 1000 US $/hari. Yakni melayani pesanan awak kapal asing yg melintasi S.Barito (mereka sudah lama berkongsi).dan berkelompok. Mereka juga bisa berkomunikasi, berbahasa asing….tak masalah….yaitu B.Inggeris dan Filipina, Cina….
Bagaimana transaksinya? 1 jam naik klotok,,,, tapi Rp /dollar setelah sampai di rumah menjadi Rp /dollar. Setiap pesanan sekitar 300 kg.
Kemiskinan nelayan? Mengapa kerusakan SDP dan laut dapat menyebabkan kemiskinan nelayan? 1.Nelayan mencari pekerjaan lain 2.Pendapatan turun karena harga turun 3.Pendapatana turun karena hasil tangkap turun 4.Naiknya biaya melaut 5.Nelayan sulit dapat ikan krn alat tangkap tradisional 6.Nelayan tdk dapat menangkap ikan karena hutan mangrove gundul. dll
Pasal 35 UU No.27 tahun 2007 tentang pengel.pulau2 kecil Larangan: Menambang karang secara merusak Mengambil terumbu karang di kawasan konservasi Menggunakan bahan peledak Bahan beracun Dll sejenisnya
Pada umumnya, masyarakat yang berkecimpung dalam industri hasil perikanan dan kemaritiman adalah nelayan. Bedasarkan data kementrian kelautan dan perikanan tahun 2009, jumlah nelayan yang ada di Indonesia sejumlah Jumlah ini terbagi atas golongan kelompok nelayan,
Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya. b) Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.
Masyarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim. d) Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh.
Setiap kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat penanganan dan perlakuan khusus sesuai dengan kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi mereka. Pemberdayaan masyarakat tangkap minsalnya, mereka membutukan sarana penangkapan dan kepastian wilayah tangkap. Berbeda dengan kelompok masyarakat tambak, yang mereka butuhkan adalah modal kerja dan modal investasi, begitu juga untuk kelompok masyarakat pengolah dan buruh. Kebutuhan setiap kelompok yang berbeda tersebut, menunjukkan keanekaragaman pola pemberdayaan yang akan diterapkan untuk setiap kelompok tersebut.
Selain nelayan, masyarakat pesisir Indonesia dalam industi hasil perikanan ini juga menjadi tenaga pengolah dan tenaga pemasar. Untuk tenaga pengolah sebesar orang, dan tenaga pemasar sebesar orang. Mengenai kesejahteraan masyarakat pesisir sendiri, tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 37,17 juta penduduk, yang mana berasal dari desa maupun kota. Disini timbul pertanyaan, mengapa dengan kekayaan laut yang begitu melimpah, masyarakat daerah pesisir tidak disejahterakan melalui potensi yang ada.
Program pemberdayaan untuk masyarakat pesisir haruslah dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan antara satu kelompk dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan daerah pesisir lainnya. Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah bersifat bottom up dan open menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang harus langsung menyentuh kelompok masyarakat sasaran.
Mutu produk dan harga bersaing?
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU NELAYAN ARTISANAL DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PANTAI UTARA PROVINSI JAWA BARAT
Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan perila ku secara akurat dengan menggunakan perspektif theory planned behavior dari nelayan artisanal di Indonesia di tengah kehidupan dengan kondisi degradasi sumberdaya laut yang semakin menurun adanya, kemiskinan absolut yang dihadapi oleh nelayan artisanal, semakin kompleksnya persoalan pemanfaatan sumberdaya pesisir di Indonesia serta semakin beragamnya stakeholder pemanfaat sumberdaya tersebut. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara acak kl uster dengan jumlah sampel 400 rumah tangga. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara berdasarkan kuesioner dan diproses dengan menggunakan program structural equation model (SEM) and LISREL 8:54. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perspektif theory planned behavior dapat digunakan untuk melihat niat untuk berperilaku dan perilaku nelayan artisanal di pantai Utara Provinsi Jawa Barat, meskipun dimungkinkan adanya perilaku yang dilakukan tanpa melalui niat untuk berperilaku. Koefisien determinasi antara variabel sikap, norma subjektif, keyakinan kemampuan berperilaku terhadap variabel niat untuk berperilaku sebesar 0,40. Kondisi ini mengindikasikan adanya faktor variabel lain sebesar 60% di luar variabel penelitian ini yang mempengaruhi niat untuk berperilaku. Sementara itu pengaruh variabel niat untuk berperilaku terhadap perilaku sebesar 0,51 mengindikasikan bahwa tidak sepenuhnya niat untuk berperilaku nelayan terwujud sesuai dengan perilaku mereka dalam kegiatan perikanan tangkap. Temuan penelitian ini yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku nelayan artisanal dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat memberikan kontribusi terhadap kegiatan ko-manajemen perikanan di Indonesia, khususnya pada komunitas di wilayah studi di pantai utara Provinsi Jawa Barat.
Perhitungan Analisis kawasan dan pengaruh ekosistem dan aktifitas manusia terhadap lingkungan pesisir
11. Dukungan Masyarakat ANALISIS PARAMETER UNTUK PENILAIAN KAWASAN Dalam penilaian aspirasi masyarakat, diperlukan daftar pertanyaan (questionaire) terhadap masyarakat sekitar dan atau yang mempunyai perhatian terhadap kawasan yang dinilai. Nilai yang diberikan untuk parameter ini sangat bergantung pada jumlah responden (masyarakat sekitar) yang menyepakati penunjukan kawasan yang dinilai. Am = (Eps/Epo)x100%; dimana: Am = Aspirasi masyarakat Eps = Jumlah penduduk yang setuju Epo = Jumlah responden ≥75% = mendukung ( 3 ) ≥40 - <75%= cukup mendukung ( 2 ) ≤ 40% = tidak mendukung ( 1 ) 14. Potensi Sejarah Maritim 12. Potensi Konflik Kepentingan (Stakerholder Analisis) 13. Potensi Ancaman 15. Kearifan Lokal 16. Adat Istiadat 17. Nilai Penting Perikanan 18. Potensi Rekreasi dan Pariwisata 19. Estetika 20. Kemudahan Pencapaian Lokasi
12. Potensi Konflik Kepentingan (Stakerholder Analisis) Potensi konflik kepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam penting untuk dinilai, karena potensi konflik dapat menjadikan suatu kawasan menjadi tidak dapat dikelola dan terawasi dengan baik, potensi konflik dapat dilihat dari hasil wawancara dengan berbagai responden yang terkait dengan kawasan, juga dilihat dari rencana tata ruang pemanfaatan kawasan, juga dilihat potensi konflik yang berasal dari faktor politik dan kepentingan ekonomi daerah. Penilaian terhadap potensi konflik adalah: Berpotensi konflik tinggi ( 1 ) Berpotensi konflik sedang ( 2 ) Kurang berpotensi konflik ( 3 ) ANALISIS PARAMETER UNTUK PENILAIAN KAWASAN 11. Dukungan Masyarakat 13. Potensi Ancaman 14. Potensi Sejarah Maritim 15. Kearifan Lokal 16. Adat Istiadat 17. Nilai Penting Perikanan 18. Potensi Rekreasi dan Pariwisata 19. Estetika 20. Kemudahan Pencapaian Lokasi
13. Potensi Ancaman Beberapa faktor utama yang mengancam kelestarian sumberdaya keanekaragaman hayati dan pesisir lautan antara lain, pemanfaatan berlebih, penggunaan alat tangkap dan tehnik yang merusak lingkungan, perubahan dan degradasi fisik habitat, pencemaran, perubahan iklim, bencana alam, dan lain lain Penilaian terhadap potensi ancaman ini adalah : Berpotensi ancaman tinggi, terdapat > 5 faktor ancaman yang ada ( 1 ) Berpotensi ancaman sedang, terdapat ≥2 hingga 5 faktor ancaman yang ada ( 2 ) Kurang berpotensi, terdapat < 2 faktor ancaman yang ada ( 3 ) ANALISIS PARAMETER UNTUK PENILAIAN KAWASAN 11. Dukungan Masyarakat 12. Potensi Konflik Kepentingan (Stakerholder Analisis) 14. Potensi Sejarah Maritim 15. Kearifan Lokal 16. Adat Istiadat 17. Nilai Penting Perikanan 18. Potensi Rekreasi dan Pariwisata 19. Estetika 20. Kemudahan Pencapaian Lokasi
14. Potensi Sejarah Maritim Potensi Sejarah Maritim yang dimiliki dan dapat menunjang kawasan konservasi. Penilaian terhadap parameter ini adalah : Memiliki Sejarah Maritim yang menunjang konservasi ( 3 ) Memiliki Sejarah Maritim tetapi tidak efektif ( 2 ) Tidak memiliki Sejarah Maritim ( 1 ) ANALISIS PARAMETER UNTUK PENILAIAN KAWASAN 11. Dukungan Masyarakat 12. Potensi Konflik Kepentingan (Stakerholder Analisis) 13. Potensi Ancaman 15. Kearifan Lokal 16. Adat Istiadat 17. Nilai Penting Perikanan 18. Potensi Rekreasi dan Pariwisata 19. Estetika 20. Kemudahan Pencapaian Lokasi
15. Kearifan Lokal Kearifan lokal masyarakat sangat menunjang dalam menjaga kawasan konservasi. Penilaian terhadap parameter ini adalah : Memiliki kearifan lokal yang menunjang konservasi ( 3 ) Memiliki kearifan lokal tetapi tidak efektif ( 2 ) Tidak memiliki kearifan lokal ( 1 ) ANALISIS PARAMETER UNTUK PENILAIAN KAWASAN 11. Dukungan Masyarakat 12. Potensi Konflik Kepentingan (Stakerholder Analisis) 13. Potensi Ancaman 14. Potensi Sejarah Maritim 16. Adat Istiadat 17. Nilai Penting Perikanan 18. Potensi Rekreasi dan Pariwisata 19. Estetika 20. Kemudahan Pencapaian Lokasi
16. Adat Istiadat Adat Istiadat masyarakat sangat menunjang dalam menjaga kawasan konservasi. Penilaian terhadap parameter ini adalah : Memiliki kearifan lokal yang menunjang konservasi ( 3 ) Memiliki kearifan lokal tetapi tidak efektif ( 2 ) Tidak memiliki kearifan lokal ( 1 ) ANALISIS PARAMETER UNTUK PENILAIAN KAWASAN 11. Dukungan Masyarakat 12. Potensi Konflik Kepentingan (Stakerholder Analisis) 13. Potensi Ancaman 14. Potensi Sejarah Maritim 15. Kearifan Lokal 17. Nilai Penting Perikanan 18. Potensi Rekreasi dan Pariwisata 19. Estetika 20. Kemudahan Pencapaian Lokasi
17. Nilai Penting Perikanan 9. Daerah Pemijahan Ikan Nilai penting perikanan dapat diperoleh dengan menganalisis ekonomi wilayah yang akan dinilai. Analisis ekonomi wilayah dilakukan dengan menghitung LQ (Location Quotient). Analisis dengan model LQ ini digunakan untuk melihat sektor basis atau non basis dari suatu wilayah perencanaan dan dapat mengidentifikasi sektor unggulan atau keunggulan komparatif suatu wilayah. Pendekatan dengan menggunakan metoda LQ ini adalah dengan menganalisis nilai PDRB sub sektor i di wilayah suatu kabupaten. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut : dimana : Lqij = indeks kuosien lokasi Xij = jumlah PDRB Kabupaten yang dinilai pada sub sektor Perikanan Xi. = jumlah PDRB Propinsi yang dinilai pada sub sektor Perikanan X.J = jumlah PDRB total di Kabupaten yang dinilai X.. = jumlah PDRB total di Propinsi yang dinilai Penilaian pada hasil LQ adalah: LQ > 1 ( 3 ) LQ = 1 ( 2 ) LQ < 1 ( 1 ) ANALISIS PARAMETER UNTUK PENILAIAN KAWASAN 11. Dukungan Masyarakat 12. Potensi Konflik Kepentingan (Stakerholder Analisis) 13. Potensi Ancaman 14. Potensi Sejarah Maritim 15. Kearifan Lokal 16. Adat Istiadat 18. Potensi Rekreasi dan Pariwisata 20. Kemudahan Pencapaian Lokasi
18. Potensi Rekreasi dan Pariwisata Sektor pariwisata di daerah yang akan menjadi kawasan konservasi juga perlu diperhatikan, parameter ini dapat dilihat alokasi kawasan konservasi memiliki potensi rekreasi dan pariwisata bahari yang ramah lingkungan seperti Diving, snorkeling, fishing, pantai pasir putih, surving, hal ini dapat dilihat dari cluster yang dikeluarkan dari departemen pariwisata: Berpotensi tinggi apabila (terdapat > 3 jenis wisata) ( 3 ) Cukup Berpotensi apabila (terdapat 1 – 3 jenis wisata ( 2 ) Kurang Berpotensi apabila (tidak ada potensi) ( 1 ) ANALISIS PARAMETER UNTUK PENILAIAN KAWASAN 11. Dukungan Masyarakat 12. Potensi Konflik Kepentingan (Stakerholder Analisis) 13. Potensi Ancaman 14. Potensi Sejarah Maritim 15. Kearifan Lokal 16. Adat Istiadat 17. Nilai Penting Perikanan 19. Estetika 20. Kemudahan Pencapaian Lokasi
19. Estetika Keindahan alam dapat digambarkan melalui keindahan alam seperti terumbu karang di perairan, hamparan pasir putih, kebersihan lingkungan, dan ombak yang memecah serta kenyamanan berada di dalam lokasi. Berestetika tinggi ( 3 ) Cukup Berestetika ( 2 ) Tidak memadai ( 1 ) ANALISIS PARAMETER UNTUK PENILAIAN KAWASAN 11. Dukungan Masyarakat 12. Potensi Konflik Kepentingan (Stakerholder Analisis) 13. Potensi Ancaman 14. Potensi Sejarah Maritim 15. Kearifan Lokal 16. Adat Istiadat 17. Nilai Penting Perikanan 18. Potensi Rekreasi dan Pariwisata 20. Kemudahan Pencapaian Lokasi
Aksesibilitas dapat dinilai dengan memperhatikan ketersediaan jalan masuk (akses) atau perhubungan dari kota-kota terdekat ke obyek-obyek menarik di dalam kawasan yang dinilai. Jalan masuk yang diperhitungkan adalah sampai dengan pintu masuk kawasan yang bersangkutan. Perhitungan frekuensi kendaraan yang optimum disesuaikan dengan jarak dan kepadatan penduduk di sekitar kawasan (terutama yang berpergian) dibagi dengan kapasitas mobil. dimana : Kp = Aksesibilitas (%) Eoc = Frekuensi kendaraan yang menuju obyek menarik Eos = Frekuensi kendaraan yang optimum menuju obyek menarik Nilai yang diberikan terhadap hasil perhitungan aksesibilitas di atas adalah : Kp ≥ 75% = mudah dicapai ( 3 ) 40 > Kp > 75% = dapat dicapai ( 2 ) Kp < 40% = sulit dicapai ( 1 ) ANALISIS PARAMETER UNTUK PENILAIAN KAWASAN 11. Dukungan Masyarakat 12. Potensi Konflik Kepentingan (Stakerholder Analisis) 13. Potensi Ancaman 14. Potensi Sejarah Maritim 15. Kearifan Lokal 16. Adat Istiadat 17. Nilai Penting Perikanan 18. Potensi Rekreasi dan Pariwisata 19. Estetika
Terimakasih