Modul 5 PEMODELAN 3D, 4D, 5D, 6D, DAN 7D SERTA SIMULASINYA DAN LEVEL OF DEVELOPMENT (LOD)
BAB 1 PENDAHULUAN Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 1. Pemodelan 3D dan Simulasinya (LOD 100, 200, 300 dan 350) a. Karakter Level of Development (LOD) b. Level of Development (LOD) c. Definisi Level of Development d. Model Dimensi (D) dalam BIM e. Pemodelan 3D f. Langkah-langkah Pemodelan 3D, Input data dan Pemrosesan g. Contoh Pemodelan h. Simulasi Pemodelan 3D (secara berkelompok) 2. Penjadwalan Proyek (Scheduling) model 4D dan Estimasi Biaya (estimating) model 5D (LOD 400 dan 500) a. Ruang Lingkup Model 4D dan 5D b. Langkah-langkah Pemodelan 4D dan 5D c. Simulasi Pemodelan 4d dan 5D (secara berkelompok) 3. Sustainability model 6D a. Ruang Lingkup Sustainability Model 6D b. Langkah-langkah pemodelan 6D c. Langkah-langkah Analisis Energi d. Simulasi Pemodelan 6D (secara berkelompok) 4. Facility Management model 7D a. Ruang Lingkup Facility Management Model 7D b. Langkah-langkah pemodelan 7D c. Simulasi Pemodelan 7D (secara berkelompok) BAB 1 PENDAHULUAN DESKRIPSI SINGKAT Mata pelatihan ini memaparkan mengenai pengetahuan pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D terkait BIM serta simulasinya dan Level of Development (LOD). Secara umum pengetahuan pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D terkait BIM serta simulasinya dan Level of Development (LOD) mengacu pada topik pemodelan 3D dan simulasinya, penjadwalan proyek (scheduling) model 3D, estimasi biaya model 5D, sustainability model 6D, facility management model 7D, serta karakteristik dari Level of Development. TUJUAN PEMBELAJARAN Kompetensi Dasar Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta diharapkan dapat menjelaskan pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D terkait BIM serta simulasinya dan Level of Development (LOD). Secara umum pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D terkait BIM serta simulasinya membahas tentang pemodelan-pemodelan dari sisi disain, dari sisi penjadwalan, dari sisi estimasi biaya dari sisi sustainability dan dari sisi manajemen fasilitas. Sedangkan Level of Development (LOD) membahas tingkat pengembangan dilihat dari karakternya.
2.1. Spesifikasi Level of Development (LOD) BAB II. PEMODELAN 3D DAN SIMULASINYA SERTA LOD 100, 200, 300, 350, 400, 500 2.1. Spesifikasi Level of Development (LOD) Spesifikasi Tingkat Pengembangan atau Level of Development (LOD) adalah referensi yang memungkinkan praktisi dalam Industri konstruksi untuk menentukan dan mengartikulasikan dengan tingkat kejelasan konten dan reliability yang tinggi Building Information Models (BIMs) pada berbagai tahap dalam desain dan proses konstruksi. Spesifikasi LOD menggunakan definisi LOD dasar yang dikembangkan oleh AIA (American Institute Architects) untuk AIA G202-Bangunan 2013 Building Information Modeling Protocol Form1 (Format Protokol Pemodelan Informasi) dan diselenggarakan oleh CSI Uniformat 2010. Ini mendefinisikan dan mengilustrasikan karakteristik model elemen sistem bangunan yang berbeda di Tingkat Pengembangan yang berbeda. Artikulasi yang jelas ini memungkinkan pembuat model untuk membatalkan baik apa model mereka dapat diandalkan, dan memungkinkan pengguna jasa untuk memahami dengan jelas kegunaan dan menerima keterbatasan model mereka. Maksud dari Spesifikasi ini adalah untuk membantu menjelaskan kerangka kerja LOD dan men-standarisasi penggunaannya sehingga menjadi lebih berguna sebagai alat komunikasi.
Dokumen Level of Development (LOD) LOD tidak menentukan apa tingkat pembangunan yang harus dicapai pada titik dalam proyek, tetapi meninggalkan spesifikasi perkembangan model untuk pengguna dokumen ini. Tujuan utama diadakannya dokumen ini adalah: • Untuk membantu tim, termasuk pemilik, untuk menentukan pengiriman BIM dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang akan dimasukkan dalam BIM dapat dikirimkan • Untuk membantu manajer desain menjelaskan kepada tim mereka informasi dan detail yang perlu disediakan di berbagai titik di proses desain • Untuk memberikan standar yang dapat direferensikan oleh kontrak dan rencana pelaksanaan BIM BIM Level of Development (AIA 2013)
Menghindari Salah Tafsir 2.2. Level of Development (LOD) Kerangka Level Pengembangan (LOD) membahas beberapa masalah yang muncul ketika BIM digunakan sebagai alat komunikasi atau kolaborasi, yaitu ketika seseorang selain yang menulis, mengekstrak informasi darinya: Selama proses desain, membangun sistem dan komponen berkembang dari ide konseptual yang tidak jelas ke deskripsi yang tepat. Sangat mudah salah menafsirkan ketepatan di mana elemen dimodelkan. Dimensi tak tertulis dapat diukur dengan presisi, informasi perakitan sering ada sebelum diselesaikan, dll. Kerangka kerja LOD memungkinkan pembuat model untuk menyatakan dengan jelas keandalan elemen model yang diberikan. Rencana kerja desain menjadi sangat penting - penting bagi pengguna model untuk mengetahui kapan informasi akan tersedia untuk merencanakan pekerjaan mereka. Kerangka kerja LOD memfasilitasi ini Memperjelas Konsep Menghindari Salah Tafsir Skala Dimensi Akurat Informasi Waktu
Level of Development vs. Level of Detail LOD kadang-kadang diartikan sebagai Level of Detail (Tingkat detil) daripada Level of Development (Tingkat pengembangan). Spesifikasi ini menggunakan konsep Levels of Development. Ada perbedaan penting. Level of Detail Level of Development Tingkat Detail pada dasarnya adalah seberapa banyak detail dimasukkan dalam elemen model. Level of Detail dapat dianggap sebagai input ke elemen. Tingkat Pengembangan adalah sejauh mana geometri elemen dan informasi terlampir telah dipikirkan - sejauh mana anggota tim proyek dapat bergantung pada informasi saat menggunakan model. Level of Development adalah hasil yang andal
2.3. Definisi Level of Development (LOD) Untuk membantu lebih jauh standardisasi dan penggunaan konsep LOD secara konsisten, dan untuk meningkatkan kegunaannya sebagai dasar untuk kolaborasi, AIA setuju untuk mengizinkan BIMForum menggunakan definisi LOD terbaru dalam Spesifikasi ini Definisi LOD yang digunakan dalam Spesifikasi ini identik dengan yang diterbitkan dalam Dokumen Praktik Digital yang diperbarui AIA, dengan dua pengecualian: Pertama kelompok kerja mengidentifikasi kebutuhan akan LOD yang akan menentukan elemen-elemen model yang cukup dikembangkan untuk memungkinkan koordinasi terperinci antara disiplin - misalnya deteksi benturan / penghindaran, tata letak, dll. Persyaratan untuk level ini adalah lebih tinggi dari 300, tetapi tidak setinggi 400, sehingga ditunjuk LOD 350. Dokumen AIA tidak termasuk LOD 350, tetapi Panduan dan Petunjuk terkait referensi itu. Kedua sementara LOD 500 termasuk dalam definisi LOD AIA, kelompok kerja tidak merasa perlu untuk melanjutkan mendefinisikan dan mengilustrasikan LOD 500 dalam Spesifikasi ini karena berkaitan dengan verifikasi lapangan. Dengan demikian, diperluas deskripsi dan ilustrasi grafis dalam Spesifikasi ini terbatas pada LOD 100-400.
Definisi Dasar Level of Development (LOD) 100 Elemen Model dapat ditampilkan secara grafis dalam Model dengan simbol atau representasi generik lainnya, tetapi tidak memenuhi persyaratan untuk LOD 200. Terkait dengan Elemen Model (yaitu biaya per kaki persegi, tonase HVAC, dll.) dapat diturunkan dari Elemen Model lainnya. 200 Elemen Model secara grafis diwakili dalam Model sebagai sistem umum, objek, atau perakitan dengan perkiraan jumlah, ukuran, bentuk, lokasi, dan orientasi. Informasi non-grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model. 300 Elemen Model secara grafis direpresentasikan dalam Model sebagai sistem, objek atau perakitan spesifik dalam hal kuantitas, ukuran, bentuk, lokasi, dan orientasi. Informasi non-grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model. 400 Elemen Model secara grafis direpresentasikan dalam Model sebagai sistem, objek, atau perakitan tertentu dalam hal kuantitas, ukuran, bentuk, orientasi, dan antarmuka dengan sistem bangunan lain. Informasi non-grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model. 500 Elemen Model secara grafis diwakili dalam Model sebagai sistem, objek atau perakitan tertentu dalam hal ukuran, bentuk, lokasi, kuantitas, dan orientasi dengan detail, informasi fabrikasi, perakitan, dan pemasangan. Informasi non-grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model.
Pihak-pihak yang terkait BIM 2.4. Model Dimensi (D) dalam BIM BIM Facility Manager Owner General Contractor Architect Structure Engineer Detailer Mechanical Engineer Fabricator Site Manager Erector BIM merupakan sistem, manajemen, metode atau runutan pengerjaan suatu proyek yang diterapkan berdasarkan informasi terkait dari keseluruhan aspek bangunan yang dikelola dan kemudian diproyeksikan ke dalam model 3 dimensi. Di dalamnya melekat semua informasi bangunan tersebut, yang berfungsi sebagai sarana untuk membuat perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan, serta pemeliharaan bangunan tersebut beserta infrastrukturnya bagi semua pihak yang terkait di dalam proyek seperti konsultan, owner, dan kontraktor. Pihak-pihak yang terkait BIM
Model Dimensi Dalam BIM Secara umum, BIM didefinisikan pada dua kepentingan yang berbeda, yaitu: Adanya kerjasama antar stakeholder, yang secara efisien bertukar informasi (baik data maupun geometri), berkolaborasi dalam mengefisienkan proses pembangunan/konstruksi (kesalahan semakin sedikit, konstruksi semakin cepat), menghasilkan bangunan lebih mudah dioperasikan, serta dapat meminimalisir produksi limbah sekaligus mengeluarkan biaya yang lebih murah. Dengan demikian, kunci BIM tidak hanya ditekankan pada model tiga dimensi akan tetapi bagaimana suatu informasi dikembangkan, dikelola, dibagi, melalui kolaborasi yang lebih baik. BIM juga dapat dilihat sebagai platform perangkat lunak yang memungkinkan untuk mengkoordinasikan atau menggabungkan karya masing-masing stakeholder menjadi satu Model Informasi Bangunan berorientasi obyek tiga dimensi (3D) dengan informasi yang melekat di dalamnya.
2.5. Pemodelan 3D Karakteristik khas BIM adalah sebagai berikut: informasi mengenai suatu proyek konstruksi disimpan dalam database (bukan dalam drawing file atau spreadsheet). Informasi dalam database (gambar kerja, penjadwalan, estimasi biaya, dll) dapat diedit dan ditinjau ulang melalui format presentasi yang familiar bagi masing-masing pengguna (arsitek, ahli struktur, estimator, pekerja bangunan) namun tetap dapat dilihat ke dalam model informasi yang sama. Produk BIM diciptakan dan beroperasi pada database digital melalui kolaborasi. Informasi ini dapat didistribusikan pada masing-masing anggota tim melalui sebuah jaringan atau sharing file dan masing-masing dapat bekerja secara independent. Dalam BIM, setiap perubahan direfleksikan pada semua presentasi/visualisasi. sehingga setiap penggantian komponen dalam database akan mengubah komponen lainnya Mengelola berbagai perubahan dalam database mulai dari tahap desain, konstruksi, dan operasional. Pembentukan data dimulai sejak arsitek menuangkan sketsa pada survey awal, terus berkembang ke dalam rencana bangunan dengan informasi yang melekat berupa ketinggian lantai, potongan, dan jadwal. Menyimpan berbagai data dan informasi untuk dapat dipergunakan kembali.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI Pemodelan Informasi Bangunan umumnya digunakan selama perancangan, konstruksi dan operasi agar: Memberikan dukungan untuk proses pengambilan keputusan proyek Antar stakeholder memiliki pemahaman yang jelas Memvisualisasikan solusi desain Membantu dalam proses desain dan koordinasi desain Meningkatkan keselamatan selama konstruksi dan sepanjang siklus hidup bangunan Mendukung analisis biaya dan siklus hidup proyek Mendukung transfer data proyek ke perangkat lunak pengelolaan data selama pengoperasian Menekan biaya dengan jumlah anggota tim yang lebih sedikit dan meminimalisir penggunaan kertas karena interaksi secara digital. Kecepatan kerja lebih tinggi karena ketika suatu perubahan dilakukan dalam database secara otomatis akan terkoordinasikan dalam proyek. Kualitas lebih tinggi karena adanya perencanaan dan pengelolaan informasi yang terkontrol sehingga membuat proses konstruksi lebih efektif dan efisien PERANCANGAN (DISAIN) PELAKSANAAN KONSTRUKSI OPERASI BANGUNAN
Kebutuhan Informasi pada Pemodelan Informasi Proyek: Definisi Proyek, tipologi, lokasi, koordinat Memodelkan kondisi eksisting Analisis tapak Validasi program ruang dan perangkat (equipment) B. Informasi Model: 1. Level of Development (LoD) Tahap Konseptual Tahap Skematik Tahap Pengembangan Rancangan Tahap Konstruksi Tahap Khusus 2. Pemodelan Arsitektural Model spasial dan material Visualisasi untuk komunikasi dan analisis fungsional Pengecekan standar Evaluasi strategi keberlanjutan 3. Pemodelan dan Analisis Struktural 4. Pemodelan dan Analisis MEP Analisis energi Analisis distribusi beban listrik Analisis aliran udara Analisis pencahayaan Analisis engineering lainnya 5. Quantity Take-off dan Perencanaan Biaya 6. Pemodelan Konstruksi Clash Detection/ coordination Digital fabrication Perencanaan skedul konstruksi dan urutan pekerjaan (4D) 7. Pengelolaan Fasilitas/ As-built Models COBie/ Commissioning Handover/ Commissioning System Security Assessment dan Perencanaan Tanggap Bencana
Clash Detection Clash Detection adalah proses dimana menemukan "Clash" pada model BIM. Deteksi benturan/bentrokan (Clash Detection) mempunyai arti yang sangat penting ketika ingin menghapus permasalahan yang ditemukan selama peninjauan. Deteksi benturan/ bentrokan bisa dibedakan menjadi tiga jenis: a. Hard clash (Bentrokan keras) Bentrokan keras hanya ketika dua benda menempati ruang yang sama (mis., pipa melewati dinding di mana tidak ada pembukaan). b. Soft clash/clearance clash (Bentrokan lembut) Bentrokan lembut mengacu pada toleransi atau ruang yang diizinkan; sebagai contoh, zona penyangga antara komponen yang tersisa untuk menyediakan ruang untuk masa depan pemeliharaan. c. 4D/workflow clash (4D / Bentrokan alur kerja) Bentrokan 4D / alur kerja mengacu pada bentrokan dalam penjadwalan kru kerja, pengiriman material / materialisasi pengiriman benturan, dan masalah waktu lainnya.
2.6. Langkah-langkah Pemodelan 3D, Input Data dan Pemrosesan MODEL 3D Model 3D (Desain 3D) merupakan perwakilan dari lebar, panjang, dan tinggi suatu benda. Pemodelan 3D adalah prosedur pengembangan model 3 Dimensi menggunakan perangkat lunak khusus. PROSEDUR Prosedur ini dilakukan sebagai proses untuk menciptakan sebuah model yang mewakili objek sebenarnya secara tiga dimensi. OBYEK Objek yang dibuatkan modelnya bisa berupa objek hidup ataupun benda mati. DATA GEOMETRIS Sebuah model tiga dimensi dibuat dengan menggunakan sejumlah titik dalam ruang 3D, yang dihubungkan dengan berbagai data geometris seperti garis, bidang datar, dan permukaan melengkung yang menghasilkan bentuk 3 Dimensi utuh menyerupai objek yang dijadikan model. VISUAL PROYEK Pemodelan 3D dapat memperlihatkan kondisi eksisting serta memvisualisasikan keluaran proyek konstruksi.
2.7. Contoh Pemodelan Diberikan demo pemodelan dengan menggunakan TEKLA.
2.8. Simulasi Pemodelan 3D Secara Berkelompok Persiapan Simulasi Pemodelan 3D Peserta diminta mempersiapkan diri dengan mempelajari kembali materi pada BAB II mengenai Pemodelan 3D yang telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya, Instruktur akan menyampaikan contoh suatu proyek BIM yang menggunakan pemodelan 3D. 2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 3D Peserta akan dibagi ke dalam 4 kelompok yang mana kelompok I adalah bidang SDA, kelompok II bidang Jalan dan Jembatan, Kelompok III bidang Ke Cipta Karya an, dan Kelompok IV bidang Perumahan. Apabila pembagian kelompok seperti ini tidak dimungkinkan maka dapat dibagi 4 kelompok berdasarkan bidang-bidang yang sejenis di antara peserta yang hadir. Selanjutnya, Instruktur akan memberikan penugasan kepada setiap kelompok untuk melakukan pemodelan 3D. Pada kegiatan simulasi ini sebaiknya Instruktur didampingi minimal 3 Asisten.
3.1. Ruang Lingkup Model 4D dan Model 5D BAB III. PENJADWALAN PROYEK MODEL 4D DAN ESTIMASI BIAYA MODEL 5 D (LOD 400 & 500) 3.1. Ruang Lingkup Model 4D dan Model 5D Model 4D, menambahkan dimensi keempat yaitu jadwal proyek dengan model 3D. Sebuah model 4D BIM menghubungkan elemen 3D dengan timeline pengiriman proyek untuk memberikan sebuah simulasi virtual dari proyek di lingkungan 4D. Model 5D, menghubungkan data biaya dengan daftar kuantitas yang dihasilkan dari model 3D, sehingga memberikan estimasi biaya yang lebih akurat. Model 4D dihasilkan dengan kemampuan memvisualisasikan urutan konstruksi, yaitu integrasi fase konstruksi proyek dan urutan ke model tiga dimensi. Dapat mengandung berbagai tingkat rincian untuk digunakan dalam berbagai fase konstruksi oleh pemilik, subkontraktor, dan lainnya.
3.2. Langkah Permodelan 4D dan 5D dengan Tekla Bagian utama dari pemodelan 4D dan 5D adalah untuk menghubungkan jadwal kerja dan biaya ke model 3D dan memvisualisasikan pekerjaan konstruksi sesuai dengan jadwal. Semua informasi yang diperlukan dapat diperoleh dari model jika visualisasi dilakukan sesuai dengan tanggal kerja. Adalah mungkin untuk menghubungkan model yang berbeda di Tekla dan menunjukkan model itu menurut tanggal kerja. Tools pada BIM Tekla seperti Model Organizer Tekla, Task Manager, Visualisasi status Proyek, Phase Manager dan sebagainya adalah alat yang diperlukan yang digunakan untuk memvisualisasikan pekerjaan konstruksi.
Scheduling Menggunakan Tekla Structures Pembuatan Time Schedule dengan Tekla didemokan menggunakan Komputer
3.3. Simulasi Pemodelan 4D & 5D Secara Berkelompok Persiapan Simulasi Pemodelan 4D dan 5D Peserta diminta mempersiapkan diri dengan mempelajari kembali materi pada BAB III mengenai Pemodelan 4D dan 5D yang telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya, Instruktur akan menyampaikan contoh suatu proyek BIM yang menggunakan pemodelan 4D dan 5D 2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 4D dan 5D Peserta akan dibagi ke dalam 4 kelompok yang mana kelompok I adalah bidang SDA, kelompok II bidang Jalan dan Jembatan, Kelompok III bidang Ke Cipta Karya an, dan Kelompok IV bidang Perumahan. Apabila pembagian kelompok seperti ini tidak dimungkinkan maka dapat dibagi 4 kelompok berdasarkan bidang-bidang yang sejenis di antara peserta yang hadir. Selanjutnya, Instruktur akan memberikan penugasan kepada setiap kelompok untuk melakukan pemodelan 4D dan 5D. Pada kegiatan simulasi ini sebaiknya Instruktur didampingi minimal 3 Asisten.
BAB IV. SUTAINABILITY MODEL 6D 4.1. Ruang Lingkup Sustainability Model 6D Siklus Hidup Bangunan didefinisikan sebagai seluruh siklus kehidupan bangunan dari desain, melalui konsepsi, hunian dan sampai pembongkaran (demolition). Hal ini menciptakan kebutuhan untuk desain yang efisien energi jangka panjang untuk ada di semua bangunan. Jadi di sebagian besar konstruksi pada perusahaan, mereka menggunakan simulasi energi canggih dan paket analisis. Namun mereka sulit untuk ditangani, lebih mahal dan apalagi mereka tidak bisa untuk menilai semua energi karakteristik strategi hemat energi dalam sebuah gedung. Jadi teknik yang menarik yang akan digunakan untuk simulasi dan analisis energi komprehensif sangat dihargai. Salah satu teknik tersebut adalah aplikasi Pemodelan Informasi Bangunan (BIM).
Efisensi Energi Bangunan yang telah dirancang, berkontribusi pada masalah lingkungan yang serius karena konsumsi energi yang berlebihan. Hubungan erat antara penggunaan energi di gedung dan kerusakan lingkungan muncul karena solusi intensif energi berusaha membangun bangunan dan tuntutannya untuk pemanasan, pendinginan, ventilasi dan pencahayaan menyebabkan penipisan sumber daya lingkungan yang sangat berharga. Efisiensi sumber energi dalam konstruksi baru dapat dipengaruhi dengan mengadopsi pendekatan terpadu untuk membangun desain. Konsep Disain Analisis Konstruksi O & P
Disain Green Building Building Information Modeling (BIM) dan disain green building adalah dua tren dalam industri A/E/C yang tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Keduanya menjadi semakin umum dalam pekerjaan konstruksi, dan penting untuk memahami bahwa keduanya adalah komponen yang saling menguntungkan dari proses desain. Keduanya merupakan konsep penting yang dapat memperkuat dan mendukung satu sama lain.
4.2. Langkah-langkah Pemodelan Model 6D Pada Pemodelan 6D akan di fokuskan pada kemampuan analisis energi, BIM akan memberikan pengguna dengan rinci pemodelan energi akurat. Software yang biasa digunakan adalah Autodesk Revit (BK4ON4 & BK4MA2), tool Analisis Energi dalam Revit sendiri digunakan untuk melaksanakan uji keberlanjutan. Tool ini sangat cocok untuk analisis energi dalam fase rancangan (rancangan). Untuk membuat analisis energi Revit, kita harus masuk melalui akun Autodesk 360 kita, ini merupakan akun yang sama (Autodesk ID dan kata sandi) dan kita masuk untuk mengunduh perangkat lunak Autodesk. Ketika kita membuat analisis energi Revit, kita harus memiliki koneksi internet karena analisisnya akan dihitung menggunakan Server Autodesk 360. Pertama-tama buatlah massa konseptual, aktifkan lantai massal, tentukan pengaturan energi (terutama lokasi dan jenis bangunan) dan kirimkan simulasi energi ke layanan web Autodesk Green Building Studio. Ketika peringatan muncul, simulasi selesai dan siap untuk dilihat. Anda juga dapat menampilkan beberapa hasil simulasi untuk perbandingan berdampingan. Gunakan hasil simulasi untuk memahami penggunaan energi bangunan untuk memindahkan proyek Anda menuju desain yang berkelanjutan.
4.3. Langkah-langkah Analisis Energi menggunakan Autodesk Revit Cara menganalisis energi menggunakan aplikasi Autodesk Revit didemokan menggunakan Komputer
4.4. Simulasi Pemodelan 6D Secara Berkelompok Persiapan Simulasi Pemodelan 6D Peserta diminta mempersiapkan diri dengan mempelajari kembali materi pada BAB IV mengenai Pemodelan 6D yang telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya, Instruktur akan menyampaikan contoh suatu proyek BIM yang menggunakan pemodelan 6D 2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 6D Peserta akan dibagi ke dalam 4 kelompok yang mana kelompok I adalah bidang SDA, kelompok II bidang Jalan dan Jembatan, Kelompok III bidang Ke Cipta Karya an, dan Kelompok IV bidang Perumahan. Apabila pembagian kelompok seperti ini tidak dimungkinkan maka dapat dibagi 4 kelompok berdasarkan bidang-bidang yang sejenis di antara peserta yang hadir. Selanjutnya, Instruktur akan memberikan penugasan kepada setiap kelompok untuk melakukan pemodelan 6D. Pada kegiatan simulasi ini sebaiknya Instruktur didampingi minimal 3 Asisten.
BAB V. FACILITY MANAGEMENT MODEL 7D 5.1. Ruang Lingkup Facility Management Model 7D Secara umun fungsi Facility Management (FM) adalah melakukan manajemen dalam mengendalikan sarana dan prasarana yang dimiliki perusahaan berdasarkan dengan kondisi kerja dan lingkungan kerja yang dilandasi dengan kebutuhan kerja dan dapat dimanfaatkan oleh seluruh elemen didalam perusahaan, seperti untuk administrasi sarana dan prasarana hingga pengelolaan serta pemeliharaan dan perbaikan aset untuk menunjang pekerjaan karyawan.
5.2. Langkah-langkah Pemodelan Model 7D Manajemen ruang yang akurat, efisien populasi database FM, dan menggunakan data BIM untuk pemeliharaan pencegahan adalah tiga alasan umum untuk BIM untuk berintegrasi lebih baik dengan FM; untuk mencapai ini pemilik perlu mengembangkan pedoman BIM dan bersikeras merekam BIM untuk konstruksi dan retrofit baru. Space Management Mengisi Database Aset dari BIM Data BIM untuk Perawatan Preventif dan Retrofit Merekam BIM
5.3. Simulasi Pemodelan 7D Secara Berkelompok Persiapan Simulasi Pemodelan 7D Peserta diminta mempersiapkan diri dengan mempelajari kembali materi pada BAB V mengenai Pemodelan 7D yang telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya, Instruktur akan menyampaikan contoh suatu proyek BIM yang menggunakan pemodelan 7D. 2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 7D Peserta akan dibagi ke dalam 4 kelompok yang mana kelompok I adalah bidang SDA, kelompok II bidang Jalan dan Jembatan, Kelompok III bidang Ke Cipta Karya an, dan Kelompok IV bidang Perumahan. Apabila pembagian kelompok seperti ini tidak dimungkinkan maka dapat dibagi 4 kelompok berdasarkan bidang-bidang yang sejenis di antara peserta yang hadir. Selanjutnya, Instruktur akan memberikan penugasan kepada setiap kelompok untuk melakukan pemodelan 7D. Pada kegiatan simulasi ini sebaiknya Instruktur didampingi minimal 3 Asisten.