KROMATOGRAFI GAS.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
ABSORBERS Sri Widya Ningsih ( )
Advertisements

BAB IV SIFAT-SIFAT GAS SEMPURNA
Jenis Ikatan pada zat padat :
PENYULINGAN (DESTILASI)
DASAR-DASAR KOROSI DALAM LINGKUNGAN ATMOSFERIK
Pengantar Teknik Kimia Sesi 1: Peralatan Proses
METODE KROMATOGRAFI Khromatografi : suatu cara pemisahan dua atau lebih senyawa dalam campuran, yang dimaksudkan untuk pemurnian, identifikasi atau penetapan.
KROMATOGRAFI.
Ikatan Hidrogen Atom H hanya punya 1 elektron, diharapkan berikatan kovalen dengan semua atom. Molekul H2O, ikatan kovalen antara 2 atom H dan 1 atom O,
Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)
Teori Kromatografi Modern
Sensitivitas & Selektivitas
ABSORBSI DAN ADSORPSI.
Gas Mulia Disusun oleh : Desy Olyvera Farah Rahma Afifah
SIFAT – SIFAT CAMPURAN LARUTAN DAN KOLOID.
Kromatografi.
GAS MULIA Kelompok 4 : 1. Ivan Fadillah 2. M.Reynaldi Ichsan
KROMATOGRAFI KOLOM.
KROMATOGRAFI.
SUPRIANTO, S.Si., M.Si, Apt. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
KROMATOGRAFI Asal Nama Kromatografi
HUKUM DASAR KIMIA DAN PERHITUNGAN KIMIA
GAS CHROMATOGRAPHY Blok Diagram Gas Chromatography : Pemasukan Contoh
GC & HPLC.
KULIAH MPP Dra Ita Ulfin,MSi
GAS PROCESSING KOMPOSISI GAS ALAM.
Kromatografi Lapis Tipis = Thin Layer Chromatography
Gaya Antar Molekul Zulian Rachman, S.Pd
SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM (SSA) atau ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY (AAS) Menyangkut penyelidikan absorbsi energi radiasi oleh atom netral dalam keadaan.
K R O M A T O G R A F I.
K R O M A T O G R A F I.
KROMATOGRAFI KOLOM Rezqi Handayani, S.Farm.,M.P.H., Apt
AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET
Proses Pengolahan Minyak Bumi
KROMATOGRAFI KOLOM.
HUKUM DASAR KIMIA DAN PERHITUNGAN KIMIA
INSTRUMEN KIMIA FARMASI
HUKUM DASAR KIMIA DAN PERHITUNGAN KIMIA
KROMATOGRAFI GAS Bagian Mata Kuliah Kromatografi
PENGANTAR UMUM KROMATOGRAFI
Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)
KROMATOGRAFI GAS Prof. Dr. Harmita, Apt..
KELOMPOK 1 KROMATOGRAFI GAS.
KROMATOGRAFI KERTAS [KKt] Paper Chromatography Hakekatnya KKt adalah kromatografi lapis tipis menggunakan kertas Whatman no 1. Fase gerak: seperti halnya.
Performa pemisahan Oleh: Purwadi, M.Si.
KIMIA INSTRUMEN GAS CHROMATOGRAPHY (GC)
AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET
High Performance Liquid Chromatography
HPLC-ICP-MS HPLC-MIP-MS
STRUKTUR BUMI DAN LAPISAN TANAH
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
KROMATOGRAFI KERTAS [KKt]
GAS MULIA Unsur Golongan VIII A Bimbingan : Ibu Trisna Loading. . .
LAPORAN PRAKTIKUM ADSORPSI ISOTHERMAL DARI LARUTAN
DESTILASI.
UJI PESTISIDA FOSFAT-ORGANIK DALAM AIR
Koefisien Partisi Suatu zat terlarut ditambahkan kedalam campuran pelarut yang saling tidak bercampur, zat terlarut tersebut mendistribusikan dirinya sendiri.
Ahmad Farih Azmi, S.Kep., Ns, M.Si. Pengantar Kimia Farmasi.
Kelompok 9 Ardian Dhani K P Bonaventura Raka BS P Claritta Aliefiandra S P Deni Puspitasari P Desi Aditya P
Klt (Kromatografi lapis tipis)
Rezqi Handayani, S.Farm.,M.P.H., Apt
Rezqi Handayani, S.Farm.,M.P.H., Apt
Gaya Antar Molekul Ridho Ananda, S.Pd. Gaya Elektrostatik 1. Ikatan kovalen polar terbentuk karena antar atom yang berikatan kovalen memiliki perbedaan.
Sifat Kimia , Cara Pembuatan dan Kegunaan Golongan VIII A ( Gas Mulia)
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
GAS CHROMATOGRAPHY (GC)
Gaya Antarmolekul Cairan
Gas Cromatograph Satriani Dwi Marlita Septi Presenta Dewi
GAS CHROMATOGRAPHY Presented by: SAMRIANI H
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Transcript presentasi:

KROMATOGRAFI GAS

PENGANTAR Komponen-komponen suatu cuplikan (berupa uap) di fraksionasi sebagai hasil distribusi komponen-komponen tersebut. Distribusi terjadi antara fasa gerak (berupa gas) dan fasa diam (berupa padat atau cair) dalam kolom. Berdasarkan wujud fasa diam, Kromatografi gas-padat (gas-solid chromatography) Kromatografi gas-cair (gas-liquid chromatography)

PENGANTAR Pada kromatografi gas-padat, partisi komponen cuplikan didasarkan atas fenomena adsorpsi pada permukaan zat padat (fasa diam) Pada kromatografi gas-cair, partisi komponen cuplikan didasarkan atas kelarutan uap komponen bersangkutan pada zat cair (fasa diam). Jadi bergantung pada kesetimbangan gas-cair yang terjadi di dalam kolom.

PRINSIP KERJA Gas pembawa dalam tabung yang bertekanan tinggi dialirkan melalui kolom yang berisi fasa diam. Sampel diinjeksikan ke dalam aliran gas. Cuplikan yang dibawa oleh gas pembawa mengalami proses pemisahan dalam kolom.

PRINSIP KERJA Komponen-komponen campuran yang telah terpisahkan satu persatu meninggalkan kolom. Suatu detektor diletakkan di ujung kolom untuk mendeteksi jenis maupun jumlah tiap komponen campuran. Hasil pendeteksian berupa kromatogram

KOMPONEN UTAMA PERALATAN GC Kolom Injektor Detektor Amplifier Terminal pengolah data Oven Pengatur laju dan tekanan Gas inlet

GAS PEMBAWA Harus bersifat inert, kering, dan bebas dari oksigen Pemilihan bergantung pada jenis fasa diam dan jenis detektor Tekanan berkisar antara 10 – 50 psi Laju alir berkisar antara 25 -50 mL/mnt Adanya uap air, oksigen, hidrokarbon dapat mengganggu pemisahan Adanya pengotor pada gas pembawa dapat merusak gerbang injeksi dan kolom. Kinerja dari detektor juga turun.

JENIS GAS PEMBAWA Gas pembawa TCD FID ECD FPD Helium + - Hydrogen Nitrogen argon

GAS PEMBAWA regulator Perlu pemurnian lanjut menggunakan penyerap (filter) filter uap air gunakan penyaring molekul hidrokarbon gunakan serbuk arang/karbon oksigen gunakan oksigen trap silinder gas

OVEN Oven yang baik : Cukup luas untuk pemasangan kolom Suhu dapat dikontrol dengan mudah dan akurat Respon suhu cepat dan akurat Dapat terjadi pendinginan yang cepat pada akhir analisis

GERBANG INJEKSI syringe gas pembawa blok pemanas glass wool liner kolom GERBANG INJEKSI

TEKNIK INJEKSI MENGGUNAKAN SYRINGE Cara yang baik harus mampu : menghasilkan luas puncak kromartografi yang boleh ulang memberikan diskriminasi massa yang rendah tak terkontaminasi dengan penyuntikan sebelumnya memberikan bentuk puncak yang baik

TEKNIK INJEKSI MENGGUNAKAN SYRINGE Agar diperoleh hasil yang baik, injeksi harus dilakukan dengan cepat Injeksi dilakukan dengan lambat Injeksi dilakukan dengan cepat

CARA MEMBERSIHKAN SYRINGE Untuk menghindari terjadinya kontaminasi cuplikan, syringe harus dibersihkan dengan baik sebelum digunakan. Bilas berulang kali menggunakan pelarut yang sesuai seperti aseton atau diklorometana. Pembilasan ini terutama harus diperhatikan jika konsentrasi cuplikan yang satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan yang sangat besar. Penggunaan ultrasonic-bath juga sangat dianjurkan untuk pencuian syringe. Biasakanlah membilas syringe segera setelah menggunakannya agar tak terjadi kontaminasi akibat sisa yang mengering dalam syringe

CARA MENGISI SYRINGE sample sample+udara udara+sample+udara pelarut+udara+sample+udara

KOREKSI VOLUME INJEKSI isi syringe dengan sample baca volume sample suntikkan dengan cepat, cabut syringe tarik kembali piston syringe, baca volume tertinggal perkurangkan pembacaan awal dengan akhir

KATUP INJEKSI CUPLIKAN GAS Cuplikan gas selain dapat diinjeksikan menggunakan syringe khusus untuk gas, juga dapat diinjeksikan dengan menggunakan katup injeksi Katup injeksi mampu memberikan presisi yang lebih baik.

KATUP INJEKSI CUPLIKAN GAS LOAD INJECT gas pembawa kolom Volume yang diinjeksikan akan bergantung pada volume “sample loop” yang digunakan

Berbagai macam bahan telah digunakan sebagai fasa diam KOLOM Jantung dari pemisahan dengan kromatografi Berbagai macam bahan telah digunakan sebagai fasa diam Dapat diklasifikasi berdasarkan diameter dan jenis fasa diamnya Kolom konvensional : 1/8 – ¼” OD, stainless steel atau gelas dengan panjang 6 – 20 feet Kolom preparatif : > ¼” OD, dengan panjang > 10 feet Kolom kapiler : 0.1 – 0.5 mm ID, dengan panjang 10 – 100 m

COLUMNS PACKED OPEN TUBULAR (CAPILLARY) POROUS NON-POROUS PACKING COATED WITH POROUS LAYER PACKED WITH POROUS LAYER BOUND PHASE LIQUID PACKED LIQUID COATED WALL PACKED CAPILLARY

KOLOM Penampang lintang kolom packed Open tube (capillary) Wall Porous Layer Open Tube Wall Coated Open Tube bead column porous layer conventional

KOLOM ZZat padat (fasa diam) yang ideal adalah yang; (a). bulat, merata, kecil (20-40m) dengan kekuatan mekanis yang baik, (b). inert pada suhu tinggi, (c). mudah dibasahi oleh fasa cair dan membentuk lapisan merata. F

KOLOM Fasa diam yang ideal adalah fasa diam (cairan) yang tidak mudah menguap (td. > 200oC) atau lebih tinggi dari suhu operasi kolom, mempunyai kestabilan termik yang tinggi, inert secara kimia.

KOLOM contoh berbagai kolom ¼” packed fused silica capillary SS capillary 1/8” packed

PEMILIHAN KOLOM Pertimbangan pertama dalam memilih kolom adalah memilih produsen/merek yang benar dengan mempertimbangkan : konsistensi dari kualitas yang tinggi dalam memproduksi kolom.   Pertimbangan kedua, memilih kolom yang ideal untuk suatu analisis yang spesifik yaitu meliputi, - pemilihan fasa diam yang benar - diameter dalam dari kolom - tebal lapisan film fasa diam - panjang kolom

KEPOLARAN FASA DIAM Kepolaran menunjukkan bagaimana komponen-komponen contoh beriteraksi dengan fasa diam. Fasa non-polar memisahkan komponen-komponen terutama ber- dasarkan titik didih. Fasa sedikit polar (intermediately polar phase) meretensi komponen komponen berdasarkan titik didih dan interaksi dipol terinduksi atau melalui ikatan hidrogen. Fasa polar dan sangat polar meretensi lebih kuat senyawa polar di- banding senyawa non-polar akibat interaksi dipol-dipol antara gugus fungsi dari komponen dengan fasa diam

KEPOLARAN RELATIF FASA DIAM SQUALANE SE-30 APIEZON OV-1 SE-52 OV-101 DEXIL-380 OV-17 1 OV-25 OV-210 KEPOLARAN RELATIF OV-225 2 CARBOWAX-20M CARBOWAX-1500 3 DGES

KESTABILAN TERMAL FASA DIAM Jika polaritas kolom meningkat maka kestabilan thermal menurun. Kestabilan thermal yang baik dapat diperoleh dengan menggunakan fasa yang berikatan silang terimmobilisasi. Namun ikatan silang selain merubah sifat fisik juga dapat merubah sifat kimia dari fasa diam KAPASITAS KOLOM Jika diameter dalam dari kolom membesar maka kapasitas suatu kolom juga akan membesar, namun daya pisah akan menurun. Untuk pemisahan campuran yang sangat rumit, diameter yang sempit akan memberikan hasil yang baik. Jika konsentrasi komponen dalam contoh sangat bervariasi maka kolom dengan diameter besar harus digunakan untuk memperbesar kapasitas kolom

KETEBALAN LAPISAN FASA DIAM Lapisan tipis  retensi kecil  untuk senyawa bertitik didih tinggi Lapisan tebal  retensi besar  untuk senyawa bertitik didih rendah

PANJANG KOLOM Elusi isothermal  N dan waktu analisis proporsional dengan L Panjang kolom membesar  Resolusi membaik Resolusi  N, jika L diperpanjang 2 x lipat  Rs naik 40% tetapi waktu analisis naik dua kali lipat. !

TEMPERATUR KOLOM Isothermal  Temperatur kolom dibuat tetap selama analisis Dengan teknik ini tak mungkin memisahkan campuran komponen dengan titik didih/sifat fisiko kimia yang sangat bervariasi Pada suhu rendah, komponen-komponen bertitik didih rendah mungkin dapat terpisah dengan baik, tetapi yang bertitik didih tinggi akan teretensi dengan kuat pada kolom. Pada suhu tinggi, komponen-komponen dengan titik didih tinggi mungkin terpisah dengan baik dengan waktu retensi yang tidak terlalu besar, tetapi Komponen-komponen bertitik didih rendah tidak akan terpisah dan terelusi pada awal pemisahan (didekat waktu mati dari kolom) “DIPERLUKAN TEMPERATUR TERPROGRAM DALAM HAL INI”

TEMPERATUR KOLOM Suhu Terprogram  Temperatur berubah selama analisis Isotermal. Komponen tak terpisah dengan baik. Beberapa komponen terelusi pada saat yang sama. Puncak yang terakhir menunjukkan adanya pelebaran puncak   Temperatur terprogram Komponen terpisah dengan sempurna. Tidak ditemui adanya pelebaran puncak kromatogram.

JIKA TIDAK UNTUK KEPERLUAN KHUSUS ATAU BUKAN UNTUK PENGEMBANGAN SUATU METODA BARU PEMILIHAN KOLOM DAPAT DILAKUKAN MELALUI BERBAGAI INFORMASI YANG TELAH TERSEDIA, KATALOG PRODUK GC BASIS DATA ELEKTRONIK APPLICATION NOTE JOURNAL ILMIAH CONTOH PENGGUNAAN BASIS DATA ELEKTRONIK

DETEKTOR Q R dQ dR a b Kepekaan, dR/dQ Batas deteksi Daerah Linier

KEPEKAAN DAN DAERAH LINIER DETEKTOR  

DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL (TCD) G A R2 R1 R3 R4 R5 R6 RANGKAIAN DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL

Rangkaian tahanan peka temperatur (R1 dan R2) pada TCD DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL (TCD) dari kolom gas pembawa murni R1 R2 Rangkaian tahanan peka temperatur (R1 dan R2) pada TCD

DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL (TCD) Gas Daya Hantar Kalor Hidrogen (H2) 44,5 Helium (He) 36,0 Neon (Ne) 11,6 Metana (CH4) 8,18 Oksigen (O2) 6,35 Nitrogen (N2) 6,24 Karbon Dioksida (CO2) 3,96 Metanol (CH3OH) 3,68 DAYA HANTAR KALOR BEBERAPA JENIS GAS

DETEKTOR IONISASI NYALA (FID) pemantik nyala udara hidrogen kolektor kolom amplifier recorder

DETEKTOR IONISASI NYALA (FID) Dibandingkan dengan TCD, detektor ini mempunyai beberapa keunggulan seperti : kepekaannya yang lebih besar, waktu tanggap yang lebih singkat, cukup stabil dan tak peka terhadap suhu (hingga 400oC), memberikan respon yang linier pada rentang konsentrasi yang cukup lebar (106) dan, memberi respon terhadap hampir semua senyawa organik. tak memberi respon pada senyawa-senyawa anorganik seperti air, nitrogen, oksigen, CO, CO2, gas-gas mulia dan sebagian senyawa organik seperti asam format, karbon disulfida dan formaldehida.

DETEKTOR IONISASI NYALA (FID) merupakan detektor yang peka terhadap aliran massa butana asam pentanoat propana asam butanoat asam propionat etana asam asetat metana asam format

Detektor TCD dan FID pada suatu kromatograf   Detektor TCD dan FID pada suatu kromatograf

Respon TCD dan FID untuk cuplikan yang sama

DETEKTOR PENANGKAP ELEKTRON (ECD) anode purge pembuangan anoda (+) sumber elektron b ( 63 Ni) gas makeup kolom N2  N2+ + e-

DETEKTOR NITROGEN FOSFOR (NPD) kolektor (anoda, -ve) rubidium katoda, +ve udara hidrogen kolom

DETEKTOR FOTOMETRI NYALA (FPD) zona tabung pengganda emisi foton udara filter hidrogen kolom