DI PRESENTASIKAN PADA ACARA PENGENALAN GEOLOGI DI SMU NOVEMBER 2010
Gambar bumi terpopuler sepanjang abad yang diambil dari angkasa luar ini diambil dari spacecraft pada jarak setengah jalan penerbangan menuju bulan oleh astronout Apollo 17 Eugene Cernan, Harrison Schmitt, dan Ron Evans 19 Desember 1972, Schmitt adalah seorang ahli geologi
SUSUNAN INTERIOR BUMI Penampang bumi dari kerak hingga inti bumi memperlihatkan pola konsentris dari kontras komposisi dan kontras geofisika
Details of the Crust and Upper Mantle
Samudera
Margin Pasif
Morfologi di Cekungan Samudera
Tektonik & Struktur Geologi
TEORI TEKTONIK LEMPENG
Earthquakes occur as the ocean plate subducts
Volcanoes form as magma erupts from the subduction zone
Continent-Continent Convergent Plate Boundary
Jenis Batuan
BATUAN BEKU
Batuan Metamorf
Basalt to Eclogite Photo credits: USGS, A. Alden, Union College Garnet + Pyroxene Plagioclase + Pyroxene + Olivine
Geomorfologi
Topografi Karst
Dataran
Sumber daya bumi
POTENSI SUMBERDAYA BATUBARA INDONESIA 1% 5 % 39 % 3 % 13 % 30 % © Al – Baky, 2006
Sumberdaya Geologi (mineral, bahan galian & hidrokarbon), Berbagai komoditi tambang/ekstraktif seperti seng, tembaga, besi, pewarna, lempung hingga graphite dan olahan minyak bumi dipakai membuat produk industri seperti pensil
Energi Geotermal
Sumberdaya Energi Geothermal (Panasbumi) Energi thermal yang diinduksikan oleh gejala magmatisma/volkanisma. Didistribusikan melalui air meteorik Faktor geologi yang mengontrolnya adalah gejala volkanisma, rekahan batuan dan kondisi hidrogeologi
Peta Cekungan Migas di Indonesia
Peta Seismotektonik
Peta Bahaya Goncangan Gempabumi
Peta Wilayah Rawan Bencana Gempabumi
GEMPABUMI Gempabumi adalah suatu getaran/goncangan yang terasa di permukaan bumi akibat terjadinya pembebasan energi yang tertumpuk dan terkungkung di dalam kerak bumi. Energi tersebut berubah menjadi gelombang getaran yang menyebar ke segala arah dan dapat direkam oleh alat pencatat gempabumi (seismograf). Gempabumi dapat disebabkan oleh : - Tektonik/pergerakan kerak bumi (paling sering) - Vulkanik/aktivitas/letusan gunungapi - Longsoran/amblesan/runtuhan - Tumbukan meteor - Uji coba nuklir/bom
TANAH LONGSOR (GERAKAN TANAH) Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, tanah, bahan timbunan atau material campuran, yang bergerak ke bawah berupa longsoran, runtuhan, aliran, atau rayapan. Peristiwa ini terjadi karena hilangnya keseimbangan pada lereng akibat hujan terus menerus, terjadinya gempabumi, pengaruh gravitasi bumi, dll.
Jenis Gerakan Tanah Longsoran TranslasiLongsoran RotasiPergerakan Blok Runtuhan Batu Rayapan Tanah Aliran Bahan Rombakan jenis yang paling banyak memakan korban jiwa jenis yang sering terjadi di Indonesia
GERAKANTANAH
Penyebab Tanah Longsor Pada prinsipnya tanah longsor terjadi apabila gaya pendorong pada lereng > gaya penahan Gaya penahan dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban dan berat jenis tanah batuan. Faktor penyebab tanah longsor : Hujan, lereng terjal, tanah tebal & kurang padat, batuan kurang kuat, jenis tata lahan, getaran/gempa, penyusutan muka air danau/bendungan, adanya beban/material tambahan, erosi, bekas longsoran, penggundulan hutan, daerah pembuangan sampah
Gelombang pecah (breaking surf) yang disebabkan oleh penyesuaian kesetimbangan gravitasi volume air laut akibat patahan pada batuan bagian atas kerak di dasar laut Tsunami
Getaran gempabumi yang sampai ke permukaan, selain dapat merusak infra struktur dapat pula menyebabkan terjadinya sesar. Sesar dapat terjadi di daratan maupun di dasar laut. Apabila sesar terjadi di dasar laut dan pergerakan yang terjadi secara vertikal, maka akan mempengaruhi ”keseimbangan air laut” dan menimbulkan gelombang pasang yang disebut sebagai ”tsunami” TERJADINYA TSUNAMI
Gelombang Tsunami Gelombang pasang yang terjadi oleh gangguan yang mendadak pada kolom air laut Gempabumi, longsor bawah laut, letusan gunung api atau tabrakan kosmis seperti meteorite dapat menyebakan tsunami yang menyerang daerah pantai
KERUSAKAN AKIBAT GEMPA
Sisa kerusakan yang terjdai akibat gempa di Kobe Jepang tahun 1995
Gunung Merapi Merapi 2010
Letusan G. Merapi, Mei - Juni 2006 TIPE LETUSAN MERAPI merupakan tipe yang sangat khas dengan ciri utama guguran awan panas (disebut wedus gembel) suhunya sekitar 600°C dengan kecepatan km/jam
Peta Daerah Bahaya Gunung Kerinci GUNUNG PI
Dapur Magma
BANJIR
Longsor Bogor Sentul
Geologi Karangsambung Kebumen
Lokasi 1 : Totogan Terlihat jelas perbedaan morfologi batuan pra-tersier (lebih dari 65 juta tahun lalu) dengan batuan tersier. Morfologi pra-tersier dicirikan oleh bukit yang menyendiri, tidak teratur, berbentuk prismatik, batuan pada morfologi ini dikenal sebagai Melange Seboro. Sedangkan morfologi tersier terlihat berupa rangkaian gunung teratur yang membujur ke arah timur berupa Gunung Paras dan Perahu, tersusun oleh batuan sedimen breksi vulkanik formasi Waturanda yang berumur Miosen awal (15 juta tahun).
Lokasi 2 : Kali Brengkok Sadang Kulon Ditemukan batuan berwarna abu-abu cerah dan tampak mengkilap jika terkena sinar matahari. Batu yang disebut “sekis mika” ini merupakan batuan tertua di Jawa, yang menjadi alas pulau ini. Batuan ini terdiri dari mineral mika dan terbentuk karena pengaruh tekanan yang sangat kuat hingga menjadi sekis mika di dalam kulit bumi. Berdasarkan penanggalan secara radioaktif, ternyata batuan ini termetamorfosakan pada zaman Kapur, 117 juta tahun lalu. Ini membuktikan bahwa sejak zaman tersebut telah terjadi tumbukan lempeng samudera dengan lempeng benua di kawasan Karangsambung, urai Chusni.
Lokasi 3 : Kali Muncar Seboro. Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 15 menit. Pada dinding Kali Muncar terlihat batuan sedimen berwarna merah memanjang sekitar 100 meter laksana kelir atau layar pertunjukan wayang dengan batuan beku pada bagian atasnya laksana kenong dan gongnya. Masyarakat sekitar menamakan singkapan batuan ini dengan nama watu kelir. Batuan beku di bagian atasnya yang tampak bulat memanjang merupakan lava basal berstruktur bantal. Lava ini terbentuk pada zone pemekaran dasar samudera, yang berdasarkan penentuan umur secara radioaktif diketahui berumur 81 juta tahun. Batuan pada lokasi ini membuktikan bahwa setidaknya sekitar 81 juta tahun lalu kawasan ini merupakan dasar samudera dengan kedalaman lebih dari meter. Melalui gaya tektonik yang sangat kuat, daerah ini mulai terangkat di atas muka laut pada kala Eosen 55 juta tahun lalu.
Lokasi 4 : Pucangan Tampak batuan berwarna hijau gelap mengkilap yang disebut “serpentinit”. Serpentinit merupakan batuan ubahan dari batuan ultra basa berwarna gelap hasil pembekuan magma pada kerak samudera. Proses ubahannya sendiri terjadi dalam dua fase. Fase pertama terjadi pada saat batuan tersebut bersentuhan dengan lingkungan air laut, sedangkan fase kedua terjadi pada saat masuk ke zone tunjaman dan terangkat ke permukaan bumi. Kesan mengkilap dan bergaris-garis tipis akibat pergesekan antar batuan karena terjadi patahan. Sekitar satu kilometer di sebelah utara lokasi ini pernah diusahakan tambang asbes hasil ubahan lebih lanjut dari batuan serpentinit.
Lokasi 5 : Totogan Di tempat ini terdapat batu marmer yang merupakan batuan hasil ubahan batu gamping yang dapat dimanfaatkan sebagai batuan ornamen. Lokasi ini merupakan bekas penambangan marmer, ketebalan marmer mencapai sekitar 100 meter dengan lebar berkisar 150 meter, warna marmer yang dijumpai adalah putih (paling dominan), merah, dan hijau. Perbedaan warna ini disebabkan adanya pengotor yang masuk ke dalam batu gamping. Marmer dari lokasi ini telah banyak dimanfaatkan untuk cendera mata serta ornamen lainnya.
Lokasi 6 : Gunung Sipako Setelah menyeberangi Kali Luk Ulo, bisa mendapatkan singkapan batuan berwarna hitam pada dinding sungai yang terjal. Batuan ini dikenal dengan nama “filit”. Batuan ini terbentuk selama proses penunjaman serta merupakan batuan metamorf berderajat rendah. Proses tektonik dan deformasi lebih lanjut berupa patahan geser searah aliran sungai, membentuk lipatan-lipatan kecil serta struktur gores garis pada batuan filit.
Lokasi 7 : Kali Mandala Kali Mandala mengalir ke Kali Luk Ulo mengikuti zone sesar Timur laut-Barat daya. Di lokasi ini tampak singkapan batuan yang merupakan asosiasi lava bantal dan rijang, sebagian tergerus menunjukkan struktur mata ikan yang menunjukkan adanya patahan geser. Zone patahan di Kali Mandala ini membatasi antara kelompok batuan tectonik melange (kelompok batuan campur aduk karena tektonik) serta kelompok batuan sedimentary melange (kelompok batuan campur aduk karena pelongsoran endapan bawah laut). Batuan ini awalnya diendapkan pada dasar samudera dan merupakan bagian dari lempeng samudera, yang kemudian masuk ke zone penunjaman dan terangkat di lokasi ini.
Lokasi 8 : Kawasan Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI Dijumpai bongkah-bongkah batu gamping berwarna coklat kekuningan, mengandung fosil foraminifera besar berbentuk seperti uang logam, antara lain berupa numulites yang berumur Eosen (55 juta tahun lalu). Selain terdapat di lokasi ini batu gamping numulites, juga terdapat di beberapa tempat dalam formasi Karangsambung-Totogan, berupa bongkah-bongkah berukuran beberapa meter hingga ratusan meter. Bongkah batu gamping ini merupakan “olistolit” hasil suatu pelongsoran besar di dasar laut dari tepian menuju tengah cekungan yang dalam. Fosil yang ada menunjukkan bahwa pada kala Eosen kawasan sekitar Karangsambung merupakan laut dangkal di mana pada tepi-tepi cekungan diendapkan batu gamping numulites.
Lokasi 9 : Kali Luk Ulo Singkapan batu di pinggir sungai ini tersusun oleh komponen kuarsa yang berwarna putih, batu pasir, rijang merah, batu lanau, batuan beku dan metamorf berwarna hitam yang tersemen dalam silikat, sehingga dinamakan batu konglomerat. Selain itu juga terlihat drag fold yang merupakan bukti pernah terjadinya patahan naik. Bukit Pesanggrahan di lokasi itu merupakan suatu bongkah besar yang tersusun oleh batuan konglomerat hasil pelongsoran bawah laut.
Lokasi 10 : Wagirsambeng Terletak di puncak punggung Gunung Wagirsambeng. Seluruhnya tersusun oleh asosiasi batu rijang dan batu lempung gampingan berwarna merah. Bila pandangan diarahkan ke utara akan terlihat morfologi menawan dari batuan-batuan tectonic melange. Sedangkan jika pandangan diarahkan ke arah timur, maka akan terlihat morfologi berbentuk tapal kuda dari rangkaian Gunung Paras dan Gunung Prahu (di bagian utara), Gunung Dliwang, Gunung Pagerori, Gunung Pranggong, dan Gunung Waturanda (di bagian selatan). Di tengah morfologi ini terlihat lembah dengan Kali Welaran yang merupakan lembah antiklin, sedangkan pada puncak Gunung Paras terlihat lipatan batuan sedimen cekung ke atas yang merupakan sinklin. Kenampakan morfologi semacam ini sering disebut sebagai morfologi amphiteater yang terjadi karena adanya proses pembalikan topografi di mana puncak lipatan sekarang berupa lembah, sedangkan lembah sinklin berubah menjadi puncak gunung. Singkapan perselingan rijang merah tua dengan batu lempung gampingan merah muda, berlapis hampir vertikal membentuk puncak-puncak punggungan yang sempit memberikan kenampakan yang mempesona sebagai suatu monumen. Morfologi amphiteater dan kondisi geologi Karangsambung dapat dilihat di tempat ini. Selain itu juga terlihat singkapan rijang yang merupakan endapan laut dalam.
Lokasi 11 : Kali Cacaban. Di sepanjang dinding Kali Cacaban ditemukan batu pasir berwarna abu-abu yang awalnya diendapkan pada daerah yang mengalami tektonik labil, terutama pada daerah-daerah zone penunjaman lempeng bumi. Kenampakan singkapan sepanjang sungai ini jelas membuktikan adanya proses tektonik pada zone penunjaman di kawasan Karangsambung.
Lokasi 12 : Jatibungkus Singkapan ini berupa bukit berukuran 350 x 150 meter, dan tampak terisolir di antara dataran di utara dan selatannya. Di bukit Jatibungkus ditemukan empat tipe batu gamping. Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar, ganggang merah, ganggang hijau, serta milliodidae. Selain itu juga ditemukan klastika kuarsa, rijang, dan batuan metamorf, yang mengindikasikan batuan ini diendapkan dekat dengan sumbernya. Batu gamping Jatibungkus awalnya merupakan sedimen yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal berupa laguna hingga lingkungan terumbu belakang yang kemudian longsor masuk ke lingkungan laut dalam. Kontak dengan lempung bersisik serta adanya bongkah-bongkah batuan metamorf, batu pasir, konglomerat, dan batuan beku, menunjukkan posisinya sebagai bongkah asing yang terlepas dari tepi cekungan yang kemudian melengser ke bagian cekungan lebih dalam.
Lokasi 13 : Waturanda Menampakkan tebing lereng yang vertikal yang terdiri dari perselingan batu pasir dengan breksi. Pada bagian tengah batuan ini ditemukan sekitar 23 siklus sedimentasi dari total formasi Waturanda yang setebal meter. Formasi ini ditafsirkan sebagai fluxoturbidite yang diendapkan pada cekungan muka busur oleh arus pantai pada masa purba. Sumber materialnya diduga berasal dari aktivitas magmatik Eosen-Miosen bawah.
Lokasi 14 : saluran Air Kemangguan Pada tepi saluran air terlihat banyak struktur pelongsoran yang yang menandakan pengendapan cepat atau adanya pergerakan tektonik dasar cekungan atau gabungan keduanya.
Lokasi 15 : Krakal Merupakan daerah pemandian air panas. Terbentuknya mata air panas yang bersifat basa ini bukan karena aktivitas gunung berapi, tetapi hasil induksi panas dari dalam bumi akibat adanya patahan yang mengenai daerah ini. (ywn)