MEMAHAMI ORANG LAIN Psikologi sosial : Pertemuan ke 3
POKOK BAHASAN Komunikasi nonverbal Atribusi
KOMUNIKASI NONVERBAL Komunikais nonverbal komunikasi antara individu yang melibatkan bahsa nonlisan seperti ekspresi wajah, kontak mata, gerak tubuh, dan postur (Zebrowitz, 1997) DePaulo ( 1992) perilaku nonverbal relatif tidak bisa dikekang, sulit dikontrol sehingga tatkala orang lain mecoba menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya, perlikau itu tetap muncul dalam ekspresi nonverbal Komunikasi nonverbal orang lain dapat mepengaruhi perasaan kita disebut penularan emosional– suatu mekanisme yg mentransfer perasaan scr otomatis dari satu org ke orang lain Saluran komunikasi nonverbal : ekspresi wajah, kontak mata, gerak tubuh, postur, dan sentuhan
EKPRESI WAJAH Ekspersi wajah sebagai petunjuk emosi seseorang 6 emosi dasar manusia : marah, takut, bahagia, sedih terkejut, jijik KONTAK MATA Tatapan mata yg dalam dan lama sebagai signal suka atau pertemanan Menghindari kontak mata tanda tidak ramah, tidak menyukai, pemalu Memandang terus menerus disebut staring (menatap) bisa dinilai marah BAHASA TUBUH Mood/emosi direfleksikan dalam posisi, postur, dan gerakan tubuh bahasa tubuh Gerakan tubuh yg bertubi-tubi (menyentuh, menggaruk, menggosok) mengindikasikan adanya ketegangan emosional. Makin tinggi frekuensi maka makin tinggi ketegangan/kegugupannya
SENTUHAN Sentuhan ditafsirkan sebagai afeksi, minat seksual, dominasi, perhatian, agresi. Jabat tangan dapat menunjukkan kepribadian seseorang Makin tinggi indeks jabat tangan, makin ekstrovert, terbuka terhadap pengalaman baru, tidak pemalu
Bagaimana mengetahui bahwa org lain berbohong? Melalui perubahan ekpresi mikro-> perubaan ekpresi wajah yg berlangsung hanya sepersekian detik. Rekasi ini muncul diwajah segera setelah hadirnya kondisi emosi tertentu yg sulit disembunyikan Ketidaksesuaian saluran, org sulit mengontrol semua saluran komunikasipada saat yang bersamaan Aspek nonverbal ucapan suara meninggi, cara bicara ragu, salah ucap Kontak mata mengedipkan mata lebih sering, pupil melebar, sulit mempertahankan kontak mata/sangat mampu saat mencoba berpura2 jujur dg cra meatap langsung mata lawan bicara Ekspresi wajah berlebihan senyum lebih lebar dr biasanya, kesedihan yg berlelbihan Faktor kognitif
ATRIBUSI Atribusi proses2 untuk mengidentifikasi penyebab2 perilaku org lain dan kemudian mengerti ttg trait2 menetap TEORI KORESPONDENSI INFERENSIAL Jones dan Davis (1965) bagaimana kita menggunakan informasi tentang perilaku seseorang sebagai dasar utk menyimpulkan bahwa org tersebut mempunyai sekumpulan sifaf2/trait tertentu – melalui obervasi thd TL yg relatif stabil dan bertahan dlm jangka waktu lama TEORI ATRIBUSI KAUSAL Memahami alasan dibalik perilaku: apakah perilaku nya dari intrnal (sifat, motif, intensi), oleh faktor eksternal (aspek2 fisik dan sosial), Konsensus derajad kesamaan reaksi org lain thd stimulus/peristiwa dg org yg sdg kita observasi Konsistensi derajad kesamaan reaksi seseorang thd stimulus/suatu peristiwa yg sama pada waktu yg berbeda Distingsi derajad perbedaan reaksi seseorang thd berbagai stimulus/peristiwa yg berbeda
DIMENSI LAIN DARI ATRIBUSI KAUSAL Tidak hanya apakah TL bersumber dr internal atau eksternal, yg penting juga adalah : 1.Apakah faktor yg mempengaruhi perilaku itu menetap/berubah? 2.Faktor ini dapat dikendalikan—dapatkah org lain mengubah/mempengaruhinya? Dalam atribusi terdapat 3 dimensi yg penting utk dipertimbangkan: eksternal- internal, stabil/tidak, dapat dikendalikan/tdk. Pemahaman ini didasari kesadaran bahwa cara berfikir kita dalam hal ini amat dipengaruhi oleh kesimpulan akan beberapa hal penting, seperti apakah setaip org bertgjwb atas perbuatannya