GERAKAN OIKUMENE DI INDONESIA HINGGA MASUKNYA PGLII DAN PGPI Kelompok : 6 Tuti wati Boangmanalu Reliyanti Monggumi
John Releigh Mott merupakan seorang tokoh besar dalam kegiatan penginjilan di kalangan mahasiswa di berbagai universitas di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Mott juga merupakan presiden dari Aliansi Dunia YMCA Pengalaman dan dedikasinya untuk penginjilan, membawa Mott menjadi Ketua Komisi Persiapan untuk Konferensi Pekabaran Injil se Dunia di Edinburgh tahun Selain dikenal sebagai tokoh penginjil dunia, Ia juga dikenal sebagai seorang tokoh pergerakan oikumene di dunia yang tiada tandingnya
Usaha dari John Mott untuk mengupayakan kesatuan gereja dirintisnya sejak awal, Pada bulan Agustus 1895 di Wettern, ia mendirikan World Student Christian Federation (WSCF). Cita-cita WSCF ini tercermin dalam mottonya yang berbunyi “UT OMNES UNUM SINT” atau “Itu semua menjadi satu”. Motto WSCF ini juga menggambarkan sifat dari organisasi ini yaitu oikumenis. John R. Mott dan rekan-rekannya sadar bahwa karya misi yang efektif membutuhkan kerja sama dan kesatuan gereja. John R. Mott sebagai penggerak utamanya, mengontrol dua organisasi besar yaitu: Faith and Order Movement (Gerakan Iman dan Tata Ibadah) untuk isu-isu doktrinal dan Life and Work Movement (Gerakan Kehidupan dan Karya) bagi misi dan pelayanan.
Para pemimpin gereja bertemu di Utrecht, pada tahun 1938, untuk menyusun sebuah konstitusi. Namun, Perang Dunia mencegah langkah maju gereja-gereja dengan rencananya tersebut. Setelah perang usai, ada rasa kesatuan yang lebih besar ketika gereja-gereja di seluruh dunia dan berupaya memulihkan keadaan. Pertemuan di Amsterdam pada tahun 1948 akhirnya menyatukan kedua badan terdahulu itu menjadi World Council of Churches (WCC) atau Dewan Gereja-gereja se-Dunia.
Gerakn oikumene di Indonesia Gerakan oikumene di Indonesia berawal dari pembentukan Dewan Gereja- Gereja di Indonesia (DGI) pada tanggal 25 Mei 1950 di Jakarta dalam Konperensi Pembentukan DGI tanggal Mei 1950 di Jakarta. Signifikansi gerakan oikumene di Indonesia adalah karena melihat keadaan gereja-gereja yang sering diwarnai perkelahian dan perpecahan. Dengan gerakan oikumene diharapkan terjalin komunikasi dan interaksi diantara umat-umat Tuhan dan denominasi-denominasi dapat meninggalkan sikap isolasinya. cita-cita oikumene dalam kekristenan diharapkan, bahwa denominasi- denominasi secara bersama-sama membangun persekutuan yang kuat dalam satu kesatuan sebagai tubuh Kristus tanpa menonjolkan dogma/doktrin masing-masing.
Dalam perkembangannya gerakan oikumene di Indonesia juga semakin berkembang. Setelah PGI, kemudian lahirlah organisasi-organisasi lokal yang oikumenis antara lain : 1.Sinode Am Gereja-gereja Sulawesi Utara/Tengah (SAG SULUTTENG). 2.Forum Komunikasi Antar Gereja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan oikumene 1.Dalam bidang hukum 2.Dalam bidang politik 3.Dalam bidang ekonomi 4.Perang dunia ke dua, proses dominasi yang muncul perang dunia ke dua dan gerakan okuimenis juga bermuara pada dewan-dewan gereja-gereja sedunia.
Masuknya PGLII Dua tahun setelah Oikumenis dewan gereja sedunia dibentuk pada tahun 1984 di Amsterdam, Belanda pada tahun 1951 dalam "Konvensi Internasional Evangelikal" Dua gerakan misi Kristen moderen dicirikan oleh dua pola pendekatan yaitu: 1.Oikumenikal 2.Lainnya evangelical
Lahirnya Persekutuan Injili Indonesia tahun 1969 tokoh-tokoh injili di Indonesia ketika membidani lahirnya gerakan dan wadah besar (PII) dimulai dengan kegiatan yang kelihatannya kecil tetapi memiliki “power” yang sangat besar dan luar biasa, yaitu “persekutuan.”
Tokoh-tokoh injili menjadikan “persekutuan“ sebagai wahana dan wacana untuk : 1.Membahas beban bersama dalam bidang pekabaran Injil dan misi di Tanah Air. 2.Menggumuli kebutuhan akan suatu wadah bagi Gereja, lembaga dan badan misi Injili di Indonesia. 3.Menampung aspirasi dari Gereja, yayasan dan badan-badan misi di Indonesia. 4.Bersekutu dan bersama-sama memberitakan Injil
lahirnya Persekutuan Injili Indonesia, di Ramayana Hotel City, Tanah Abang- Jakarta, pada tanggal 15 Juni 1971 diselenggarakan persekutuan/pertemua n yang dihadiri oleh 100 hamba-hamba Tuhan Tokoh-tokoh yang terlibat secara intens dalam pergumulan proses lahirnya PII adalah sebagai berikut : 1.Pdt. DR. P. Octavianus, 2.Pdt. DR. Ais. M. O. Pormes, 3.Pdt. G. Neigenfrad, 4.Pdt. W. Hekmann, 5.Brigjend. (Purn.) N. Huwae, 6.Philip Leo, 7.S. O. Bessie, 8.Pdt. DR. HL. Senduk, 9.Ev. S. Damaris, 10.Pdt. Ernest Sukirman 11.Pdt. Andreas Setisawan.
Masuknya PGPI Kabar Pentakosta mulai dikenal di Indonesia dengan berangkatnya 2 orang utusan Pentakosta dari Seattle, Amerika Serikat bersama keluarganya. pada tanggal 4 Januari 1921 menuju Jakarta dan tiba pada bulan Maret pada bulan Januari 1923 dibuka kebaktian Pentakosta yang pertama.
Pada tanggal 30 Maret 1923 terjadi peristiwa rohani dengan adanya baptisan air yang pertama di Indonesia, diadakan di Pasar Sore, Cepu,untuk 13 orang. Baptisan dilakukan oleh Pdt. Thiensen dari Eropa dan di antara yang dibaptis adalah F. G. Van Gessel dan istrinya, juga S. I. P. Lumoindong dan istrinya, Pada tahun 1925, untuk pertama kalinya diadakan konferensi Pentakosta untuk mempersatukan pendeta-pendeta aliran Pentakosta Pada saat itu Surabaya menjadi pusat PentakostaPekerjaan tuhan berjalan terus dan pada tanggal 4 Juni 1933 bangunan permanen gedung gereja
Pada tahun 1935 dia membuka Sekolah Alkitab "Bijbel Institut In Nederlansch Oost Indie (NIBI)" di Jl. Embong Malang, Surabaya. Pada tahun 1955, hamba-hamba Tuhan aliran Pentakosta membantuk PAPSI (Persatuan Antar Pendeta-pendeta Seluruh Indonesia). Dan kemudian berdasarkan keputusan Musyawarah Besar IV DPI tanggal 22 Oktober 1998 di Ciparua, Bogor, maka nama DPI berubah menjadi Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI)
Pengurus PGPI Pengurus periode : Ketua Umum : Pdt. DR. Jacob Nahuway, MA Ketua Harian : Pdt. Dr. Pudjo Setoto Abednego Ketua-ketua: 1.Pdt. Ir. Timotius Subekti 2.Pdt. Dr. Jusuf B. S. 3.Pdt. Drs. Mulyadi Sulaeman 4.Pdt. DR. Eliver Rajagukguk, M.Sc. 5.Pdt.Immanuel Ndoen, SH, MA, M.Th Sekretaris Umum : Pdt. DR. Freddy Pattiradjawane Sekretaris-sekretaris : 1.Pdt. R. Timotius Kastanya 2.Pdt. Mesach Nugroho S. 3.Wijjoyongko, M.Th 4.Pdt. Drs. Jan L. Simanjuntak, MM 5.Pdt. Jesayas Tobing, M.Div 6.Pdt. DR. Freddy E. Zacharia