2 TEKNIK SAMPLING Sampling Sistematik Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Systematic Sampling Suatu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan suatu pola yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah ditentukan terlebih dahulu. Bentuk pola bermacam-macam, bergantung pada tujuan inventarisasi, waktu dan biaya yang tersedia, serta kondisi populasi yang dihadapi Tujuan utama penggunaan sistematik sampling agar penempatan sampel di seluruh bagian populasi dapat tersebar merata akan diperoleh kecermatan sampling yang lebih baik untuk intensitas sampling tertentu Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Kekurangan (ditinjau dari statistik) Keuntungan Mudah dalam perencanaan dan pelaksanaan Akibatnya, waktu dan biaya yang diperlukan lebih sedikit. Kuhususnya untuk kepentingan pemetaan dan peneksiran volume kayu akan memberikan hasil yang cermat karena penempatan sampel yang terbesar merata Kekurangan (ditinjau dari statistik) Tak ada cara yang dipercaya untuk menaksir besarnya standar eror sampel. Umum : perhitungan parameter sampling dalam sistematik menggunakan rumus random. Akan tetapi dengan demikian standart eror yang di peroleh bukan merupakan ukuran rata – rata deviasi melainkan merupakan ukuran maksimal devisiasi yang kemungkinan perbedaannya dengan parameter populasi tak diketahui. Oleh karena itu angka tersebut tidak memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh tujuan menghitung standart eror, yaitu untuk mengetahui derajat kecermatan sampling. Dalam kenyataan hasil sistematik sampling dapat over atau under estimate dibanding dengan hasil random sampling. Sayangnya keadaan mana (over atau under) yang diperoleh, tak pernah dapat diketahui. Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Meminimalize kekurangan Pengambilan sampel secara sistematik menghasilkan taksiran yang cermat bila interval yang diambil tidak berimpit dengan periodisitas yang mungkin ada dalam populasi (penting dalam inventarisasi hutan merupakan populasi organis dimana setiap individu saling mempengaruhi oleh faktor topografi, tanah dan aktifitas manusia. Juga karena adanya periodisitas populasi tersebut, maka besarnya harga rata – rata sampel (X) tak dapat ditentukan apakah dia bebas dari bias apa tidak. Meminimalize kekurangan Pelaksanaan sistematik sampling dikombinasikan dengan random sampling (menentukan salah satu sampel secara random, kemudian sampel lainnya ditentukan secara sistematik sesuai dengan pola yang telah ditetapkan). Cara sistematik dengan awal random (systematic sampling with random start) unit sampling yang mendapatkan kesempatan penuh untuk dipilih sebagai sampel hanya yang terpilih pertama kali saja. Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Continuous strip sampling contious strip sampling, line plot sampling, uniform systematic distribution sistematik sampling Continuous strip sampling Sampel yang diambil beberapa jalur (strip) Jalur-jalur ini dibuat sejajar dengan ukuran dan jarak tertentu Penentuan arah jalur biasanya didasarkan pada seluruh atau sebagian dari faktor-faktor topografi, bonita tempat tumbuh, geologi dan pengaruh manusia Cth : di daerah yang berbukit arah jalur dibuat melintang garis kontur, memanjang dari puncak bukit sampai ke lembah bila ada perbedaan bonita tanah atau pengaruh manusia yang terjadi secara berangsur-angsur dari satu sisi ke sisi lain dari areal hutan yang di inventarisasi. Tujuan : untuk menyesuaikan penempatan sampel dengan heterogenitas populasi yang mungkin timbul karena pengaruh dari faktor-faktor yang ada. Lebar jalur tergantung pada ukuran atau umur tegakan yang diukur. Hutan tua atau hutan alam 20 m Hutan yang masih berukuran kecil atau hutan muda 10 m Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Jarak antara jalur tergantung IS ( IS Kecil Jarak Jalur besar) Inventarisasi hutan di luar jawa == > mengetahui komposisi jenis volume kayu dari tegakan. Lebar jalur yang dipakai adalah 20 m, panjang jalur 5 km dan jarak antara jalur berpariasi dari 1 – 5 km. 550 mdpl 525 mdpl 500 mdpl Continous strip sampling di daerah yang bertopografi miring Arah jalur tegak lurus terhadap garis kontur Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Line plot sampling Perbedaan Cara ini serupa dengan continous strip sampling baik dalam penentuan arah jalur maupun penentuan jarak antar jalur Perbedaan pengukuran tidak dilakukan pada seluruh tegakan yang berada di dalam jalur (tempat tertentu, letaknya teratur untuk seluruh jalur) Dibuat petak ukur (berbentuk empat pesegi panjang, bujur sangkar dan lingkaran) Pada petak ukur tersebut pengukuran dilakukan Contoh : Survey permudaan dan volume kayu di luar jawa Untuk survey permudaan setiap jarak 100 m dibuat petak- petak ukur berbentuk bujur sangkar berukuran 2 * 2 m dan 4 * 4 m Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
550 mdpl 525 mdpl 500 mdpl Line plot systematic sampling di daerah yang dilukiskan pada gambar Continous strip sampling dengan petak ukur berbentuk persegi panjang Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Catatan Line plot sampling perkembangan dari continous strip sampling untuk menghemat waktu dan biaya (tidak mengurangi kecermatan sampling) hutan alam klimaks, atau hutan yang relative homogen petak- petak ukur yang dibuat dapat mewakili areal-areal disekitarnya yang tidak diukur Heterogenitas dari hutan yang dihadapi kemudian berpengaruh terhadap jarak antar petak ukur di dalam jalur semakin heterongen semakin besar jarak antar petak ukur Menentukan jarak petak ukur di dalam jalur ada kaitan yang erat dengan kecermatan sampling yang diinginkan, intensitas sampling, ukuran petak ukur dan jarak antar jalur. Kombinasi yang terbaik antara jarak petak ukur di dalam jalur, ukuran petak ukur dan jarak antar jalur akan menghasilkan kecermatan sampling yang terbaik dengan pengorbanan waktu dan biaya yang serendah- rendahnya. Intensitas sampling yang sama dapat diperoleh dari berbagai macam kombinasi dari ketiga faktor tersebut. Misal : bila jarak antar petak ukur 100 m, ukuran petak ukur 20 * 100 m dan jarak antar jalur 1.000 m, maka IS : Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Uniform Systematic Distribution pengunaan line plot systematic sampling dengan berbagai kombinasi antara jarak antar petak ukur dan jarak jalur, telah melahirkan apa yang disebut Uniform systematic distribution metode ini jarak antar petak ukur dan jarak antar jalur sama, sehingga petak- petak ukur yang dibuat terletak pada titik potong antara jalur dan garis tegak lurus serta membentuk bujur sangkar. Oleh karena jarak antar petak ukur dan jarak antar jalur sama, maka penentuan arah jalur yang membujur dan melintang menjadi kurang penting. Arah jalur sering diambil berdasarkan pertimbangan praktis bentuk petak ukur dapat berupa empat persegi panjang, bujur sangkar atau lingkaran Kombinasi antara luas dan jarak antar petak ukur sangat penting ditentukan secara tepat agar dapat diperoleh hasil sampling dengan dengan kecermatan tinggi, waktu singkat dan biaya rendah Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Uniform systematic distribution dengan jarak antar petak ukur 200 Uniform systematic distribution dengan jarak antar petak ukur 200 * 200 meter dan petak ukur yang dipakai berbentuk lingkaran Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Sistematik sampling dengan awal random PERHITUNGAN : Jumlah sampel sebanyak 30 buah, IS sama Untuk memperoleh jumlah sampel 30 buah dapat ditempuh beberapa cara. Di sini setelah titik awal ditetapkan secara random, sampel berikutnya diambil setiap selang 10 (berasal dari 300/30). Dengan titik awal ini sampel yang dapat dipilih dapat dilihat pada tabel Persebaran Petak Ukur secara Sistematik (10 * 3) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 43 36 60 45 29 41 61 70 31 20 23 19 33 80 88 46 51 32 44 52 30 18 21 24 110 76 68 22 28 25 95 78 42 48 65 37 39 16 62 57 38 34 96 55 50 75 92 90 105 100 63 82 98 102 111 124 81 77 125 121 123 115 99 85 130 142 185 140 135 147 120 157 145 137 155 150 193 200 149 148 132 170 208 205 199 192 215 229 187 153 165 173 223 218 225 217 210 212 227 230 175 141 152 209 206 207 201 203 181 127 159 172 163 180 169 117 143 129 93 17 107 144 138 133 113 91 27 40 73 47 59 103 72 58 Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Hasil penarikan sampel secara sistematik dengan awal random (30 sampel) PU X X2 1 32 1024 11 20 400 21 14 196 2 45 2025 12 22 484 3 36 1296 13 38 1444 23 90 8100 4 62 3844 100 10000 24 125 15625 5 142 20134 15 130 16900 25 149 22201 6 223 49719 16 200 40000 26 141 19881 7 185 34225 17 207 42849 27 60 3600 8 155 24025 18 120 14400 28 325 9 135 18225 19 40 1600 29 121 10 70 4900 59 3481 30 49 ∑ 2.663 361.813 Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Pola penempatan petak ukur 10 Pola penempatan petak ukur 10*3 DIBANDINGKAN DENGAN 4 PU dan 8 Jalur ( 4*8) Jumlah PU = 32 : Persebaran Petak Ukur secara Sistematik (4 *8) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 43 36 60 45 29 41 61 70 31 20 23 19 33 80 88 46 51 32 44 52 30 18 21 24 110 76 68 22 28 25 95 78 42 48 65 37 39 16 62 57 38 34 96 55 50 75 92 90 105 100 63 82 98 102 111 124 81 77 125 121 123 115 99 85 130 142 185 140 135 147 120 157 145 137 155 150 193 200 149 148 132 170 208 205 199 192 215 229 187 153 165 173 223 218 225 217 210 212 227 230 175 141 152 209 206 207 201 203 181 127 159 172 163 180 169 117 143 129 93 17 107 144 138 133 113 91 27 40 73 47 59 103 72 58 Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Hasil penarikan sampel secara sistematik dengan awal random (32 sampel) PU X X2 1 80 6400 11 143 20449 21 193 37249 2 125 15625 12 70 4900 22 93 8649 3 110 12100 13 48 2304 23 25 625 4 115 13225 14 145 21025 24 441 5 62 3844 15 127 16129 185 34225 6 96 9216 16 85 7225 26 576 7 155 24025 17 31 961 27 289 8 77 5929 18 29 149 400 9 38 900 19 22201 10 142 20164 20 58 3364 30 34 1156 32 49 ∑ 2.754 331.184 Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
untuk keadaan populasi seperti yang dipakai dalam contoh Hasil inventore hutan yang dilakukan secara random dengan dua macam sistematik tersebut dapat diperbandingkan Parameter Random Sistematik 1 (30 pu) Sistematik 2 (32) 72,87 88,77 86,06 S2 2441,29 4325,08 3037,67 S 49,41 65,77 55,12 73,24 129,75 84,80 8,56 11,39 9,21 P (%) 11,74 12,83 10,70 untuk keadaan populasi seperti yang dipakai dalam contoh sistematik sampling dapat mencapai kecermatan sampling yang hampir sama dengan random sampling sederhana. Bahkan sistematik sampling yang kedua dapat diperoleh kecermatan sampling yang lebih baik. Sistematik sampling yang pertama kurang memuaskan karena PU kurang tersebar merata Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan
SEKIAN Bersambung : Sampling Sistematik Marulam Simarmata – Modul -8 – Inventore Hutan