DESIMINASI PENERAPAN BUDAYA POSITIF PADA LINGKUNGAN BELAJAR AKHMAD HAERANI MARSAF CGP ANGKATAN 8 SD NEGERI TELAJUNG 02 KECAMATAN CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI
FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”
FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas- luasnya”
FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA - Pendidikan Yang Menuntun - Kodrat Alam Dan Kodrat Zaman - Budi Pekerti
NILAI – NILAI SEORANG GURU - Berpihak Kepada Murid - Reflektif - MANDIRI - Kolaboratif - Inovatif
Budaya Positif
PERTANYAAN PEMANTIK 1.Hukuman dapat mendisiplinkan anak. 2.Pemberian hukuman dengan hal positif seperti membaca atau membersihkan halaman sekolah dapat meningkatkan disiplin anak. 3.Memberi penghargaan dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Apakah Anda setuju dengan pernyataan ini?
1.Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal 2.Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi 3.Keyakinan Kelas 4.Kebutuhan Dasar Manusia 5.Restitusi: 5 Posisi Kontrol 6.Restitusi: Segitiga Restitusi TOPIK
Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang. ●Setiap perilaku/perbuatan memiliki suatu tujuan. (Dr. William Glasser pada Teori Kontrol, 1984) ●Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan. (Diane Gossen, 1998) ●Nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila. -Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia. -Mandiri -Bernalar Kritis -Berkebinekaan Global -Bergotong royong -Kreatif NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL
N IBO Primary Years Program (PYP) Sembilan Pilar Karakter (Indonesian Heritage Foundation/IHF) -Toleransi -Rasa Hormat -Integritas -Mandiri -Menghargai -Antusias -Empati -Keingintahuan -Kreativitas Kerja sama -Percaya Diri -Komitmen -Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA -Kemandirian dan Tanggung jawab -Kejujuran (Amanah), Diplomatis -Hormat dan Santun -Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong -Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras -Kepemimpinan dan Keadilan -Baik dan Rendah Hati -Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan The Seven Essential Virtues -Empati -Suara Hati -Kontrol Diri -Rasa Hormat -Kebaikan -Toleransi -Keadilan
PERUBAHAN PARADIGMA Kegiatan Kepalan Tangan Ada A dan B (Anda dan teman Anda). Sobeklah secarik kertas kecil, tuliskan benda atau sesuatu yang sangat berharga untuk Anda. Letakkan di salah satu tangan Anda dan genggam benda/sesuatu tersebut dengan segala daya. Buatlah sebuah kepalan. Teman Anda (B) akan mencoba dengan sekuat tenaga, dengan berbagai cara untuk meminta Anda memberikan benda tersebut. B bisa membujuk, mengancam, menghardik, merayu, menyuap, apa saja agar dapat membuka kepalan tangan Anda. Apa yang terjadi?
PERUBAHAN PARADIGMA Kegiatan Kepalan Tangan Kemungkinan jawaban kita terhadap: 1. Mungkin jawaban kita akan bervariasi, antara yang bersedia membuka, dan yang tetap bertahan menutup kepalan tangannya. 2. Siapakah yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan atau yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan rekannya? Jawabannya tentu kita sendiri yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu.
●●●● Ilusi guru mengontrol murid Ilusibahwaorangdewasamemilikihakuntuk memaksa PERUBAHAN PARADIGMA TEORI KONTROL (ILUSI KONTROL)
PERUBAHAN PARADIGMA STIMULUS RESPON-TEORI KONTROL Siapa sesungguhnya yang memiliki kontrol?
Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan. MAKNA KATA DISIPLIN Hak 2005 Yayasan Pendidikan Luhur DIIZINKAN UNTUK DIPERBANYAK OLEH PELATIH BERSERTIFIKAT
Berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinyabelajar. Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri membuat orang menggali potensinyamenuju sebuah tujuan, apa yang dia hargai. Jadi seharusnya disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. MAKNA KATA DISIPLIN Hak 2005 Yayasan Pendidikan Luhur DIIZINKAN UNTUK DIPERBANYAK OLEH PELATIH BERSERTIFIKAT
Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Motivasi Internal (Tujuan Disiplin Positif) 3.Untuk menghargai diri sendiri Saya akan menjadi orang yang seperti apa bila saya melakukannya? TEORI MOTIVASI PERILAKU MANUSIA Motivasi Eksternal 2.Untuk mendapatkan imbalan dari orang lain/institusi Apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Motivasi Eksternal 1.Untukmenghindari ketidaknyamanan/hukuman Apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya?
CONTOH KASUS Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan berbaris rapi antri di depan pintu, dapat bintang dari Bu Anas!” Sebagian besar murid-muridnya menyambut tantangan tersebut, dan langsung berdiri rapi di depan pintu agar mendapatkan stiker bintang.
CONTOH KASUS Hal ini terus dilakukan Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri rapi antri di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker bintang, dan benar saja, pada saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas. Apa yang terjadi, mengapa? kira-kira apa motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas?
DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN Penghargaan menurunkan kualitas Penghargaan Menurunkan Kualitas Penghargaan mematikan kreatifitas Penghargaan Mematiakn Kreatifitas Penghargaan mengurangi motivasi intrinsik Penghargaan Mengurangi Motivasi Intrinsik
“Merdeka” menurutKiHajarDewantara “...merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri” (KiHajarDewantara,pemikiran,Konsepsi, CetakanKelima,Keteladanan,SikapMerdeka, 2013, Halaman 469)
CONTOH KASUS Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat pelajaran tersebut berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau menggambar di buku pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap pada saat berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada saat itu membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang tergagap dan malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak pun tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung hidungnya. Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa? Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman atau konsekuensi?
TINDAKAN GURU HUKUMAN ATAU KONSEKUENSI Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat lagi”, karena terlambat ke sekolah. Hukuman Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah. Hukuman Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan masker ke sekolah. Hukuman Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret. Konsekuensi Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat belajar. Konsekuensi Murid disuruh untuk tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah, karena tidak mengenakan sepatu hitam. Hukuman Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit untuk pelajaran PJOK. Konsekuensi
PERBEDAAN HUKUMAN DAN KONSEKUENSI HukumanKonsekuensi Sesuatu yang menyakitkan harus terjadiSesuatu harus terjadi Membuat anak sakit (fisik maupun hati) untuk jangka waktu lama Membuat anak merasa tidak nyaman dalam jangka waktu pendek Anak membenci kedisiplinanAnak menghargai disiplin PaksaanStimulus-tanggapan Mendorong anak menyakiti diri sendiriMendorong anak agar mudah menyesuaikan diri Konsep diri yang burukKonsep diri yang baik Anak belajar untuk menyembunyikan kesalahanAnak belajar untuk mematuhi peraturan Marah, rasa bersalah, dipermalukan, merasa tak dihargai Kehilangan hak, dibuat tidak nyaman, diasingkan untuk sementara (time out) Disadur dari Restitution, Diane Gossen, The Five Positions of Control, Yayasan Pendidikan Luhur
APA ITU ‘RESTITUSI’? Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Gossen; 2004)
9 CIRI-CIRI RESTITUSI 1.Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan. 2.Memperbaiki hubungan. 3.Tawaran, bukan paksaan. 4.Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri. 5.Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan. 6.Restitusi-diri adalah cara yang paling baik. 7.Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan. 8.Restitusi fokus pada solusi. 9.Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya.
Keyakinan Kelas
MENGAPA TIDAK PERATURAN SAJA, MENGAPA HARUS KEYAKINAN KELAS? ●Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila mengendarai kendaraan roda dua? ●Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak 1.5 meter? ●Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat mengikuti pelatihan? Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.
YANG MANA YANG MERUPAKAN KEYAKINAN KELAS, MENGAPA?
Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Penguasaan Kasih Sayang dan Rasa Diterima KebebasanKesenangan Bertahan Hidup
SEBUTKAN KEBUTUHAN APA YANG SEDANG BERUSAHA DIPENUHI OLEH ANAK-ANAK INI.
KASUS 1 Bimo, seorang anak Kelas 1, selalu berlari keluar kelas menuju jalan raya di depan sekolahnya yang ramai dengan kendaraan. Tingkahnya membuat guru, Bu Ani, bingung dan seringkali lari mengejarnya. Ketika Bu Ani bertanya kenapa Bimo melakukan itu jawaban dari Bimo adalah “Aku senang main kejar-kejaran dengan ibu guru, seru!”
KESENANGAN
KASUS 2 Bimo, seorang anak Kelas 1, selalu berlari keluar kelas menuju jalan raya di depan sekolahnya yang ramai dengan kendaraan. Tingkahnya membuat guru, Bu Ani, bingung dan seringkali lari mengejarnya. Ketika Bu Ani bertanya kenapa Bimo melakukan itu jawaban dari Bimo adalah “Ibu kejar aku karena Ibu guru sayang aku”
CINTA DAN KASIH SAYANG
KASUS 3 Dinda, seorang anak kelas 3 SD, begitu tiba di rumah sepulang dari sekolah, menangis dan mengadu pada ibunya bahwa dia benci pada Ibu Rani, gurunya. Ketika Ibunya bertanya kenapa Dinda benci pada Ibu Rani jawaban dari Dinda adalah “Aku sebel, gambarku tidak rapi, malah Ibu guru nunjukin ke teman-temanku di depan kelas””
PENGUASAAN
KASUS 4 Dinda, seorang anak kelas 3 SD, begitu tiba di rumah sepulang dari sekolah, menangis dan mengadu pada ibunya bahwa dia benci pada Ibu Rani, gurunya. Ketika Ibunya bertanya kenapa Dinda benci pada Ibu Rani jawaban dari Dinda adalah “Aku bosen, masa belajarnya cuma gitu-gitu aja..dengerin Ibu Guru aja””
KEBEBASAN
5 Posisi Kontrol
5 POSISI KONTROL - PENGHUKUM - PEMBUAT MERASA BERSALAH - TEMAN - PEMANTAU - MANAGER
5 POSISI KONTROL MOTIVASI: IDENTITAS GAGAL (Kontrol dari Luar) IDENTITAS BERHASIL/SUKSES ( Kontrol dari Luar) IDENTITAS BERHASIL/SUKSES (Kontrol Diri) Menghindari HukumanMengharapkan Imbalan atau Ketergantungan pada Orang Lain Menghargai Diri Sendiri PENGHUKUMPEMBUAT ORANG MERASA BERSALAH TEMANPEMANTAUMANAJER Guru Berbuat:Menghardik Menunjuk- nunjuk Menyakiti Menyindir Berceramah dan mengatakan, “Seharusnya…” “Ibu kecewa…” Membuatkan alasan-alasan untuk muridnya. Menghitung dan mengukurMengajukan pertanyaan-pertanyaan Guru Berkata:“Kalau kamu tidak melakukannya, awas ya! Rasakan!” “Kamu seharusnya kamu sudah tahu. Ibu lelah sekali mengatakannya. Ibu stress…” “Ayolah, lakukan demi Ibu…” “Masa kamu tidak mau, ingat tidak Ibu pernah bantu…” “Apa peraturannya?”“Apa yang kita yakini? Apa yang bisa kau kerjakan untuk memperbaiki masalah ini?” Hasil:Memberontak Menyalahkan orang lain Berbohong Menyembunyikan Menyangkal Berbohong KetergantunganMenyesuaikan diri, bila diawasi Menguatkan pribadi Kaitan dengan Dunia Berkualitas Murid meletakkan guru di luar Dunia Berkualitas Murid meletakkan guru di dalam Dunia Berkualitas Murid meletakkan guru di sebagai orang yang sangat penting di Dunia Berkualitas Murid meletakkan guru peraturan dan hukum di dunia Berkualitas Murid meletakkan dirinya sebagai individu yang positif dalam Dunia Berkualitas Murid Berkata:“Ah, biarkan saja. Nanti juga marah-marah lagi.” “Maafkan saya.”“Saya pikir Bapak/Ibu teman saya. Ternyata begitu.” “Berapa banyak bintang yang saya harus peroleh?” “Berapa halaman yang harus saya tulis?” “Bagaimana caranya saya bisa memperbaiki keadaan?” Dampak pada Murid: Mengulangi kesalahanMerasa rendah diriLemah, tidak mandiri, tergantung Menitikberatkan pada sanksi atau hadiah untuk dirinya. Mengevaluasi diri, bagaimana cara memperbaiki diri?
TUGA S Pernyataan-pernyataanSiapa yang Mengatakan? “Saya kecewa sekali dengan kamu…” “Kamu tidak pernah benar melakukannya….” “Ayolah, lakukan demi Ibu/Bapak…” “Apakah kamu mau mendapatkan stiker bintang hari ini?” “Bagaimana kamu bisa menyelesaikan masalah ini?” “Kamu selalu yang paling terakhir…”
TUGA S Pernyataan-pernyataanSiapa yang Mengatakan? “Saya kecewa sekali dengan kamu…”Pembuat orang merasa bersalah “Kamu tidak pernah benar melakukannya….” Penghukum “Ayolah, lakukan demi Ibu/Bapak…” Teman “Apakah kamu mau mendapatkan stiker bintang hari ini?” Pemantau “Bagaimana kamu bisa menyelesaikan masalah ini?” Manajer “Kamu selalu yang paling terakhir…” Penghukum
BERGERAK ANTARA Peraturan Pemantau Konsekuensi/Hadiah Nilai-nilai Manajer Memperbaikinya Kalau kamu tidak…… Saya akan (Diberi hukuman untuk membuat tidak nyaman) Apa yang kamu yakini? Bagaimana memperbaiki masalah ini? (Memperbaikinya. Kiat berdua mendapatkan apa yang kita butuhkan )
Segitiga Restitusi
MENSTABILKAN IDENTITAS Guru Berkata: Berbuat salah itu hal yang manusiawi Tidak ada manusia yang sempurna Bapak/Ibu juga buat salah Kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini Bapak/Ibu tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang benar, siapa yang salah, Bapak/Ibu lebih tertarik untuk menyelesaikan masalah. Kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri terus menerus, apakah kamu bersikap baik pada dirimu sendiri? Untuk membuatanak yang merasa gagal karena berbuat salah menjadi positif terhadap dirinya
VALIDASI KEBUTUHAN Guru Berkata: Kamu bisa saja kan melakukan hal yang lebih buruk, tapi kamu tidak melakukannya kan? Kamu pasti punya alasan mengapa melakukannya Apa yang penting bagi kamu? Kamu boleh tetap berusaha menjaga sikap itu, tapi tambahkan sikap yang lain, yang baru, Maukah kamu belajar cara lain untuk mendapat yang kamu butuhkan tanpa harus memukul? Apakah kamu bisa melakukan dengan lebih baik besok lagi? Membantu siswa mengenali basic need/kebutuhan yang ingin dipenuhinya ketika melakukan kesalahan itu. Pada dasarnya setiap tindakan manusia tujuannya adalah memenuhi basic needs, apakah itu power, freedom, love and belonging, fun atau survival….
MENANYAKAN KEYAKINAN Guru Berkata Apa nilai yang kita percaya di kelas/sekolah kita? Nilai-nilai universal apa yang telah kita sepakati? Kelas yang ideal itu seperti apa sih? Kamu ingin jadi anak seperti apa?,.. Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu melakukan itu, kamu menjadi orang yang seperti apa? Anak melihat kesalahannya dihubungkan dengan norma sosial dannilai-nilai yang mendasari manusia berinteraksi dengan orang lain.
CONTOH KASUS 1 Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah. Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru menyadari kalau tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di depan pintu kelas, Bapak Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna coklat. Sabrina berusaha menjelaskan bahwa dia terburu- buru dan salah mengenakan sepatu. Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang seragam warna sepatu. Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu harus berwarna hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain tidak mungkin kembali pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan mengatakan, “Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah. Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai peraturan”.
CONTOH KASUS 1 Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar tetap dapat mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan mengulang kesalahannya. Namun pak Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah melanggar peraturan sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya sudah kamu tidak bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat hati mencopot sepatunya dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di kelas tanpa alas sepatu Dalam kasus di atas, sikap posisi Kontrol apakah yang diambil oleh Bapak Lukman?
CONTOH KASUS 1 Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba terlibat dalam sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi emosi dan mengadakan kontak fisik, menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3 kancingnya terlepas. Pada saat itu guru piket langsung melerai mereka, dan membawa mereka ke ruang kepala sekolah. Ibu Suti sebagai kepala sekolah berupaya menenangkan keduanya, terutama Dino. “Dino sepertinya kamu saat ini sedang marah sekali.” Mendengar itu, Dino pun mengalir bercerita tentang kekesalan hatinya. Ibu Suti pun melanjutkan bahwa membuat kesalahan adalah hal yang manusiawi, dan bahwa mempertahankan diri adalah hal yang penting. Namun meminta Dino memikirkan cara lain yang mungkin lebih efektif, karena saat ini Dino berada di ruang kepala sekolah. Ibu Suti melanjutkan bertanya tentang keyakinan sekolah yang disepakati, serta apakah Dino bersedia memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan terhadap Anto? Dino pun akhirnya perlahan mengangguk. Kemudian Ibu Suti balik bertanya kepada Anto, hal apa yang bisa dilakukan Dino untuk memperbaiki masalah. Anto menjawab, “Saya perlu kancing saya diperbaiki bu. Ibu saya akan sangat marah kalau melihat kancing baju saya sampai copot 3 kancing begini.” Ibu Suti pun kembali bertanya ke Dino apakah yang akan dia lakukan untuk menggantikan 3 kancing Anto yang terlepas?
CONTOH KASUS 1 Dino berpikir sejenak, namun menjawab, “Wah tidak tahu bu, saya lem kembali mungkin ya bu?” Ibu Suti berpikir sebentar dan menanggapi, “Kalau di lem akan mudah terlepas kembali Dino. Bagaimana kalau kamu menjahitkan saja, bersediakah kamu?” Dino tampak ragu-ragu dan menanggapi, “Menjahit? Mana saya tau bagaimana menjahit bu.” Ibu Suti meneruskan, “Apakah kamu bersedia belajar menjahit?” Dino berpikir sejenak, memandang kemeja Anto, dan menanggapi, “Yang mengajari saya siapa bu?” Dengan cepat Ibu Suti menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”. Dino kembali diam sejenak, memandang kemeja Anto yang tanpa kancing. Akhirnya Dino mengangguk tanda menyetujui dan sepanjang siang itu Dino belajar menjahit dan memperbaiki kemeja Anto. Terakhir kali terlihat kedua anak laki-laki tersebut, Dino dan Anto pada jam pulang sekolah, mereka sudah bercengkrama dan bersenda gurau kembali. Dalam kasus di atas, sikap posisi Kontrol apakah yang diambil oleh Ibu Siti?
REFLEKSI 1.Hal baru apa yg mengubah paradigma saya, yang saya dapatkan? 2.Perasaan apa yang muncul selama mengikuti sesi ini khususnya mengenai makna disiplin dan motivasi intrinsik? 3.Peran among seperti apakah yang saya telah lakukan selama mengikuti sesi ini? 4.Saya akan menjadi among yang seperti apakah setelah mengikuti sesi ini?
Terima Kasih