Separatisme di Kawasan Asia Tenggara Thailand Phillipina Indonesia By : kelompok 2
Separatisme Heterogenitas di Asia Tenggara menyebabkan adanya term mayoritas dan minoritas Separatisme pada dasarnya merupakan reaksi yang didasarkan pada asumsi bahwa pemerintah memarginalkan atau mengabaikan eksistensi minoritas
Pasca Perang Dingin Dilakukan program – program otonomi dalam upaya meminimalisasi kecenderungan separatisme (Contoh : di Hal 241 – 242 bacaan 2)
Thailand Aktivitas gerakan separatis Muslim Malay di wilayah prov. Pattani, Yala, dan Narithiwat di Thailand Selatan Tiga sebab separatisme di Thailand Selatan : Romantisme masa lalu terhadap kejayaan Kerajaan Pattani Darussalam Dukungan akibat adanya kontak dengan kerabat etnis di wilayah Kelantan, Malaysia (aktivitas lintas batas negara)
Orientasi Islam, ketiga faktor tersebut terangkum dalam hijra (bahwa seluruh komunitas Islam memiliki hak dan kewajiban untuk menarik diri dari segala bentuk ‘penyiksaan’ yang beresiko pada eksistensinya) Sebab lain : kesewenang – wenangan pada minoritas, underdeveloped nature kawasan Thailand Selatan, tekanan militer yang brutal
PULO dan New PULO
Phillipina Aktivitas gerakan separatisme Muslim Moro di Pulau Mindanao Faktor penyebab separatisme : Kemarahan terhadap kedatangan transmigran Katholik dari utara yang tidak hanya merampas wilayah Muslim yang telah mendiami wilayah selatan sebagai own homeland – nya tapi juga mereduksi populasi Moro
“ideologi” Keengganan mengakui sekulerisme pemerintah Phillipina dalam sosial, politik, dan tata hukumnya “ekonomi” Kesenjangan distribusi ekonomi melahirkan frustasi di Mindanao “nilai dan norma” Kekhawatiran akan hilangnya tradisi agama, budaya,dan politik akibat kekuatan asimilasi dominasi Katolik
Indonesia Aktivitas separatisme sudah ada di Aceh sejak 1950an Faktor penyebab separatisme : “Ekonomi ‘resources’” Asumsi yang berkembang bahwa Aceh tidak pernah mendapatkan keuntungan dari sumber daya yang dimilikinya sendiri termasuk tidak mendapat prioritas pembangunan karena di era Soeharto khususnya pembangunan terpusat pada Jawa
Ketidaksetujuan terhadap kebijakan transmigrasi ppemerintah kekhawatiran terhadap penggerusan tradisi oleh tradisi politik dan budaya Jawa Penolakan terhadap sekularisme pemerintah Indonesia Tekanan militer di Aceh