Kehidupan Buddha Bagian - 2
Pelepasan keduniawian Salah satu dari kelompok pertama yang dijumpai Bodhisattva setelah meninggalkan rumahnya adalah Raja Bimbisara, penguasa dari kerajaan Magadha. King Bimbisara was so impressed with Siddhattha that he offered him half his kingdom to rule. Sidddhattha rejected this offer but promised to visit again should he attain enlightenment.
Pelepasan keduniawian Salah satu dari kelompok pertama yang dijumpai Bodhisattva setelah meninggalkan rumahnya adalah Raja Bimbisara, penguasa dari kerajaan Magadha. Raja Bimbisara sangat terkesan dengan Siddhatta sehingga Raja menawarkan kepadanya separuh dari kerajaan untuk dikuasai. Siddhatta menolak tawaran ini tetapi berjanji untuk berkunjung kembali apabila dirinya mencapai pencerahan.
Pelepasan keduniawian Raja Bimbisara kemudian menjadi salah satu pendukung terbesar Buddha. Sesalnya, dia dibunuh oleh putra kandungnya sendiri, Raja Ajatasattu, yang juga menjadi pendukung Buddha di akhir hidupnya. When Siddhattha returned to visit King Bimbisara after his enlightenment, the King donated a large park called the Bamboo Grove or Veluvana for the use of the Buddha and the Sangha.
Pelepasan keduniawian Raja Bimbisara kemudian menjadi salah satu pendukung terbesar Buddha. Sesalnya, dia dibunuh oleh putra kandungnya sendiri, Raja Ajatasattu, yang juga menjadi pendukung Buddha di akhir hidupnya. Ketika Siddhatta kembali mengunjungi Raja Bimbisara setelah pencerahannya, Raja mendermakan sebuah taman yang besar yang disebut Hutan Bambu atau Veluvana untuk kegunaan Buddha dan Sangha.
Pelepasan keduniawian Pangeran Siddhatta kemudian mendapatkan caranya menjumpai dua pertapa dan guru meditasi terkenal yang masing-masing memiliki pengikut dalam jumlah besar. They were called Alara Kalama and Uddaka Ramaputta and he studied under each of them in turn. He achieved their highest attainments and was even offered to take over their schools.
Pelepasan keduniawian Pangeran Siddhatta kemudian mendapatkan caranya menjumpai dua pertapa dan guru meditasi terkenal yang masing-masing memiliki pengikut dalam jumlah besar. Mereka dipanggil Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta dan beliau belajar di bawah bimbingan mereka secara bergiliran. Beliau memperoleh pencapaian tertinggi mereka dan bahkan ditawari untuk mengambil alih sekolah mereka.
Pelepasan keduniawian Namun, beliau menolaknya karena beliau mendapatkan bahwa bahkan tingkat meditasi tertinggi yang beliau capai melalui ajaran mereka tidak mampu membawa dirinya pada kebenaran yang sedang ia cari. Siddhattha continued his wanderings and was eventually joined by five companions who then practiced extreme asceticism with him.
Pelepasan keduniawian Namun, beliau menolaknya karena beliau mendapatkan bahwa bahkan tingkat meditasi tertinggi yang beliau capai melalui ajaran mereka tidak mampu membawa dirinya pada kebenaran yang sedang ia cari. Siddhatta melanjuti pengembaraannya dan kemudian bergabung dengan lima sahabat yang selanjutnya berlatih praktek pertapaan keras dengan dirinya.
Pelepasan keduniawian Praktek pertapaan keras dan penyiksaan diri dan penyengsaraan dianggap sebagai cara untuk menyucikan diri dan hal ini masih dipraktekkan di India pada saat ini. For six years, the Bodhisattva practiced such things as sleeping on thorns, stopping his breathing and eating just a few grains of rice a day.
Pelepasan keduniawian Praktek pertapaan keras dan penyiksaan diri dan penyengsaraan dianggap sebagai cara untuk menyucikan diri dan hal ini masih dipraktekkan di India pada saat ini. Selama enam tahun, Bodhisattva mempraktekkan hal-hal seperti tidur di atas duri, menghentikan nafasnya dan hanya makan beberapa butir nasi sehari.
Pelepasan keduniawian Beliau menjadi sangat kurus sehingga kulitnya menghitam dan beliau dapat menyentuh tulang belakang melalui perutnya. Siddhattha became little more that a skeleton on the verge of death. He then realized that neither extreme practices and self torture, nor a life of luxury and indulgence was the way to enlightenment.
Pelepasan keduniawian Beliau menjadi sangat kurus sehingga kulitnya menghitam dan beliau dapat menyentuh tulang belakang melalui perutnya. Siddhatta menjadi lebih kurang seperti tulang di ambang kematian. He then realized that neither extreme practices and self torture, nor a life of luxury and indulgence was the way to enlightenment.
Pelepasan keduniawian Beliau menjadi sangat kurus sehingga kulitnya menghitam dan beliau dapat menyentuh tulang belakang melalui perutnya. Siddhatta menjadi lebih kurang seperti tulang di ambang kematian. Beliau kemudian mulai menyadari bahwa bukan praktek keras dan penyiksaan diri, maupun kehidupan mewah dan kesenangan lah cara menuju pencerahan.
Pelepasan keduniawian Beliau mulai memahami bahwa tubuh yang segar dan sehat penting untuk pikiran jernih dam mulai makan secara sederhana untuk memelihara tubuhnya. At this point, his 5 companions abandoned him as they thought that he had given up trying to attain enlightenment. Siddhattha was now left on his own.
Pelepasan keduniawian Beliau mulai memahami bahwa tubuh yang segar dan sehat penting untuk pikiran jernih dam mulai makan secara sederhana untuk memelihara tubuhnya. Pada titik ini, ke 5 sahabatnya meninggalkannya karena mereka berpikir bahwa beliau telah menyerah dalam usaha mencapai pencerahan. Siddhattha was now left on his own.
Pelepasan keduniawian Beliau mulai memahami bahwa tubuh yang segar dan sehat penting untuk pikiran jernih dam mulai makan secara sederhana untuk memelihara tubuhnya. Pada titik ini, ke 5 sahabatnya meninggalkannya karena mereka berpikir bahwa beliau telah menyerah dalam usaha mencapai pencerahan. Siddhatta sekarang ditinggalkan sendirian.
Pelepasan keduniawian Sidhatta mendapatkan caranya ke Bodhgaya dan menurut legenda, seorang gadis desa yang bernama Sujata menawarkan padanya sebagian susu beras ketika beliau sedang bermeditasi di bawah pohon. Gadis itu salah mengiranya sebagai dewa pohon. After taking the meal and a rest, Siddhattha proceeded to a Bodhi tree to meditate and a grass-cutter called Sotthiya offered him some grass to sit on.
Pelepasan keduniawian Sidhatta mendapatkan caranya ke Bodhgaya dan menurut legenda, seorang gadis desa yang bernama Sujata menawarkan padanya sebagian susu beras ketika beliau sedang bermeditasi di bawah pohon. Gadis itu salah mengiranya sebagai dewa pohon. Setelah selesai makan dan beristirahat, Siddhatta menuju pohon Bodhi untuk bermeditasi dan seorang pemotong rumput yang bernama Sotthiya menawarkannya sebagian rumput untuk diduduki.
Pelepasan keduniawian Siddhatta kemudian bertekad bahwa dia tidak akan bangun dari tempat duduknya walaupun daging dan tubuhnya mengering sampai beliau mencapai pencerahan. He then began to enter into deep meditation. As he was about to attain enlightenment, Mara and his forces assailed the Bodhisattva to get him to give up.
Pelepasan keduniawian Siddhatta kemudian bertekad bahwa dia tidak akan bangun dari tempat duduknya walaupun daging dan tubuhnya mengering sampai beliau mencapai pencerahan. Beliau kemudian mulai memasuki meditasi mendalam. Pada saat beliau hampir mencapai pencerahan, Mara dan kesatuannya menyerang Bodhisattva untuk menyerah.
Pelepasan keduniawian Mara secara simbolis dapat berarti personifikasi dari segala jenis gangguan, keraguan dan godaan dalam pikiran Siddhatta, dalam usahanya mencapai pencerahan. Deep in the meditation of the mindfulness of breathing, the Bodhisattva overcame Mara, finally attained enlightenment and became the Buddha.
Pelepasan keduniawian Mara secara simbolis dapat berarti personifikasi dari segala jenis gangguan, keraguan dan godaan dalam pikiran Siddhatta, dalam usahanya mencapai pencerahan. Dalam meditasi perenungan pada nafas yang mendalam, Bodhisattva mengatasi Mara, mencapai pencerahan pada akhirnya dan menjadi Buddha.
Pelepasan keduniawian Buddha selama proses pencerahan melihat: His past lives; How beings arise, pass away and arise according to their own kamma; The realization of the way out of suffering which is Four Noble Truths and the Noble Eightfold Path.
Pelepasan keduniawian Buddha selama proses pencerahan melihat: Kehidupan lampaunya; How beings arise, pass away and arise according to their own kamma; The realization of the way out of suffering which is Four Noble Truths and the Noble Eightfold Path.
Pelepasan keduniawian Buddha selama proses pencerahan melihat: Kehidupan lampaunya; Bagaimana makhluk timbul, lenyap dan timbul kembali sesuai dengan kamma mereka sendiri; The realization of the way out of suffering which is Four Noble Truths and the Noble Eightfold Path.
Pelepasan keduniawian Buddha selama proses pencerahan melihat: Kehidupan lampaunya; Bagaimana makhluk timbul, lenyap dan timbul kembali sesuai dengan kamma mereka sendiri; Menyadari jalan keluar dari penderitaan yakni Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Ariya Berunsur Delapan.
Dilindungi Raja Naga Pada minggu ke 6 pencerahan, terjadi badai besar dan Raja Naga Mucalinda keluar dari kediamannya, dan melingkari tubuh Buddha untuk melindunginya. At the end of the week, King Mucalinda appeared before the Buddha as a young man and with joined hands, paid his respects.
Dilindungi Raja Naga Pada minggu ke 6 pencerahan, terjadi badai besar dan Raja Naga Mucalinda keluar dari kediamannya, dan melingkari tubuh Buddha untuk melindunginya. Pada akhir minggu tersebut, Raja Mucalinda muncul di hadapan Buddha sebagai seorang pemuda dan dengan bersikap anjali, memberikan penghormatannya.
Dilindungi Raja Naga On the 6th week of Enlightenment, there was a great storm and the Naga King Mucalinda came out of his abode, and coiled round the body of the Buddha to protect him. At the end of the week, King Mucalinda appeared before the Buddha as a young man and with joined hands, paid his respects.
Dilindungi Raja Naga Sebenarnya ada sebuah tempat di India yang disebut “Tanah Naga”, di sebelah Timur–Laut yang didiami oleh berbagai suku pegunungan. Juga, kota “Nagpur” berarti “Kota dari Naga”. At the end of the week, King Mucalinda appeared before the Buddha as a young man and with joined hands, paid his respects.
Dilindungi Raja Naga Sebenarnya ada sebuah tempat di India yang disebut “Tanah Naga”, di sebelah Timur–Laut yang didiami oleh berbagai suku pegunungan. Juga, kota “Nagpur” berarti “Kota dari Naga”. Jadi ada kemungkinan bahwa suku atau komunitas dari penduduk yang disebut Naga memberikan perlindungan pada Buddha saat cuaca buruk, dan ini menjadi berlebihan atau disalahpahami.
Setelah Pencerahan Setelah menyisihkan sebagian waktu menikmati kebahagiaan dari pencerahan Beliau, Buddha menuju Isipatana, atau Taman Rusa, di Sarnath untuk bergabung kembali dengan kelima sahabat terdahulunya untuk mengajari mereka tentang kebenaran yang telah direalisasikannya. At first, they did not welcome Him as they felt He had gone back to His life of comfort but they saw with their own eyes, His new and confident demeanour.
Setelah Pencerahan Setelah menyisihkan sebagian waktu menikmati kebahagiaan dari pencerahan Beliau, Buddha menuju Isipatana, atau Taman Rusa, di Sarnath untuk bergabung kembali dengan kelima sahabat terdahulunya untuk mengajari mereka tentang kebenaran yang telah direalisasikannya. Awalnya, mereka tidak menyambutnya karena mereka berpikir bahwa Beliau telah kembali pada kehidupan yang menyenangkan tetapi mereka melihat dengan mata mereka sendiri, sikap Beliau yang segar dan penuh dengan kepercayaan diri.
Setelah Pencerahan Buddha mengajari mereka kotbah pertama Beliau, Dhammacakkapavattana Sutta, atau kotbah tentang “Berputarnya Roda Dhamma”. Kondanna, the eldest and wisest of the five companions became a Stream-Enterer after listening to this teaching.
Setelah Pencerahan Buddha mengajari mereka kotbah pertama Beliau, Dhammacakkapavattana Sutta, atau kotbah tentang “Berputarnya Roda Dhamma”. Kondanna, yang tertua dan terbijaksana di antara kelima sahabat menjadi Pemasuk Arus setelah mendengarkan ajaran ini.
Setelah Pencerahan Setelah Buddha memberikan kotbah kedua Beliau, Anattalakkhana Sutta, atau “Kotbah tentang Tanpa-Inti”, kelima sahabat menjadi Arahat. There were now 6 Arahants in the world, including the Buddha Himself.
Setelah Pencerahan Setelah Buddha memberikan kotbah kedua Beliau, Anattalakkhana Sutta, atau “Kotbah tentang Tanpa-Inti”, kelima sahabat menjadi Arahat. Sekarang ada 6 Arahat di dunia termasuk Buddha sendiri.
Setelah Pencerahan Buddha kemudian memulai karir panjang pengajarannya selama 45 tahun, mengembara dari tempat ke tempat di sepanjang India Utara. One of the places He spent a lot of time at (19 rains retreats) was the Jetavana Grove near to the city of Savatthi. This was the second monastery donated to the Buddha and was given by a millionaire called Anathapindika, the Buddha’s greatest lay supporter.
Setelah Pencerahan Buddha kemudian memulai karir panjang pengajarannya selama 45 tahun, mengembara dari tempat ke tempat di sepanjang India Utara. Salah satu tempat yang didiami Beliau kebanyakan waktunya (19 musim hujan) adalah Bambu Jetavana dekat kota Savatthi. Ini adalah Vihara kedua yang didermakan kepada Buddha dan diberikan oleh seorang jutawan bernama Anathapindika, pendukung awam terbesar Buddha.
Setelah Pencerahan Buddha memiliki dua murid utama, Yang Mulia Sariputta dan Yang Mulia Moggallana. Pada awalnya, mereka adalah pengikut golongan Brahmana tetapi berpindah ke ajaran Buddha. Ven. Sariputta was known for his wisdom and Ven. Moggallana for his psychic powers. They are usually represented at the main altars of Theravada temples with Ven. Moggallana portrayed as having dark skin.
Setelah Pencerahan Buddha memiliki dua murid utama, Yang Mulia Sariputta dan Yang Mulia Moggallana. Pada awalnya, mereka adalah pengikut golongan Brahmana tetapi berpindah ke ajaran Buddha. Yang Mulia Sariputta dikenal dengan kebijaksanaannya dan Yang Mulia Moggallana dengan kekuatan saktinya. Mereka biasanya dihadirkan di altar utama dari Vihara-Vihara Theravada dan Yang Mulia Moggallana dilukiskan berkulit hitam.
Setelah Pencerahan Buddha kemudian meninggal dunia dalam Nibbana akhir pada usia 80 tahun, di suatu tempat kecil yang disebut Kusinara. He was cremated nearby and His remains distributed among the representatives of eight kingdoms. The National Museum of India in New Delhi houses probably some of the few genuine relics of the Buddha remaining in the world.
Setelah Pencerahan Buddha kemudian meninggal dunia dalam Nibbana akhir pada usia 80 tahun, di suatu tempat kecil yang disebut Kusinara. Beliau dikremasikan tidak jauh dan sisa-sisa pembakaran didistribusikan di antara wakil-wakil dari delapan kerajaan. The National Museum of India in New Delhi houses probably some of the few genuine relics of the Buddha remaining in the world.
Setelah Pencerahan Buddha kemudian meninggal dunia dalam Nibbana akhir pada usia 80 tahun, di suatu tempat kecil yang disebut Kusinara. Beliau dikremasikan tidak jauh dan sisa-sisa pembakaran didistribusikan di antara wakil-wakil dari delapan kerajaan. Museum Nasional India di New Delhi kemungkinan menyimpan beberapa dari sisa-sisa relik asli Buddha di dunia.
Setelah Pencerahan Kata-kata Buddha yang terakhir adalah : “All things are subject to change. Strive on with diligence for your own salvation.”
Setelah Pencerahan Kata-kata Buddha yang terakhir adalah : “Segala sesuatu adalah sasaran dari perubahan. Strive on with diligence for your own salvation.”
Setelah Pencerahan Kata-kata Buddha yang terakhir adalah : “Segala sesuatu adalah sasaran dari perubahan. Berusahalah dengan tekun untuk pembebasan diri anda sendiri.”
Dipersiapkan oleh T Y Lee www.justbegood.net