TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA KELAS X SEMESTER 1 ERNI SULISTIANA, S.Pd., M.P. SMA NEGERI ARJASA JEMBER
STANDAR KOMPETENSI Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia
KOMPETENSI DASAR Mendiskripsikan tata nama senyawa anorganiK dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
INDIKATOR Menuliskan rumus kimia Menuliskan nama senyawa biner (Ion dan Kovalen) Menuliskan nama senyawa poliatomik Menuliskan nama senyawa organik sederhana Menuliskan rumus senyawa kimia zat dengan diberikan nama-nama zat yang terlibat reaksi kimia sederhana. Menentukan koefisien reaksi pada persamaan reaksi sederhana
Rumus Kimia Rumus kimia zat menyatakan jenis dan jumlah relatif atom-atom yang terdapat dalam zat itu. Angka yang menyatakan jumlah atom suatu unsur dalam rumus kimia disebut angka indeks. Rumus kimia zat dapat berupa rumus molekul atau rumus empiris.
Rumus Molekul Rumus molekul adalah rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun satu molekul senyawa. Jadi rumus molekul menyatakan susunan sebenarnya dari molekul zat. Contoh: Rumus molekul air yaitu H2O yang berarti dalam satu molekul air terdapat dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Rumus molekul glukosa C6H12O6 yang berarti dalam satu molekul glukosa terdapat 6 atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen.
Rumus Empiris Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa. Rumus kimia senyawa ion merupakan rumus empiris. Contoh: Natrium klorida merupakan senyawa ion yang terdiri atas ion Na+ dan ion Cl– dengan perbandingan 1 : 1. Rumus kimia natrium klorida NaCl. Kalsium klorida merupakan senyawa ion yang terdiri atas ion Ca2+ dan ion Cl– dengan perbandingan 2 : 1. Rumus kimia kalsium klorida CaCl2.
Rumus empiris suatu zat dapat identik dengan rumus molekulnya Rumus empiris suatu zat dapat identik dengan rumus molekulnya. Misalnya: H2O, CCl4, HCl, dan lain- lainnya. Rumus molekul dapat merupakan penggandaan dari rumus empirisnya. Misalnya: rumus empiris glukosa CH2O dan rumus molekul glukosa C6H12O6 atau (CH2O)6. Suatu zat dapat memilki rumus empiris, tetapi tidak mempunyai rumus molekul. Misalnya: NaCl, MgCl2, K2SO4, dan lain-lain.
Tatanama Senyawa
Tatanama Senyawa Biner Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terbentuk dari dua macam unsur yang berbeda (terdiri atas unsur logam dan nonlogam). Unsur yang berada di depan disebut sesuai dengan nama unsur tersebut. Unsur yang berada di belakang disebut sesuai dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran -ida. Jumlah atom unsur disebut dengan menggunakan angka Latin (jika diperlukan).
Contoh: NO : nitrogen monoksida AlCl : aluminium klorida NO2 : nitrogen dioksida SnO : timah(II) oksida FeCl3 : besi(III) klorida
Pada senyawa biner tersebut di atas, unsur logam sebagai kation (ion positif) dan unsur nonlogam sebagai anion (ion negatif). Apabila ion positif dan ion negatif bergabung membentuk senyawa, jumlah muatannya harus nol. Sebagai contoh: ion Fe3+ apabila bergabung dengan ion S2– akan membentuk senyawa dengan rumus kimia Fe2S3, sebab untuk menjadikan netral setiap tiga ion S2– yang mempunyai muatan –2 memerlukan 2 buah ion Fe3+ yang bermuatan +3, ion Al3+ apabila bergabung dengan ion Cl- akan membentuk senyawa dengan rumus kimia AlCl3 = Aluminium klorida, sebab untuk menjadikan netral setiap satu ion Al3+ yang bermuatan +3 memerlukan tiga ion Cl– yang bermuatan –1.
Senyawa Biner Kedua-duanya Nonlogam Senyawa biner kedua-duanya nonlogam merupakan senyawa yang tersusun atas molekul-molekul, bukan ion-ion. Penamaannya ditandai dengan awalan angka Yunani yang menyatakan jumlah atom nonlogam diakhiri dengan akhiran –ida. Awalan angka Yunani Mono = 1 Di = 2 Tri = 3 Tetra = 4 Penta = 5 Heksa = 6 Hepta = 7 Okta = 8 Nona = 9 Deka = 10
Contoh: CO : Karbon monoksida N2O5 : Dinitrogen pentaoksida SO3 : Belerang trioksida CO2 : Karbon dioksida PCl5 : Fosfor pentaklorida
Senyawa yang Tersusun Atas Ion-Ion Poliatom Ion-ion dibedakan menjadi ion atom tunggal (ion monoatom) dan ion yang tersusun atas gabungan beberapa unsur yang disebut ion-ion poliatom. Cara pemberian nama senyawa yang tersusun atas kation dan anion poliatomik yaitu, nama logam kation diikuti nama anionnya. Khusus untuk logam golongan B disesuaikan dengan bilangan oksidasi unsur tersebut dalam senyawanya.
Contoh: NH4Cl : amonium klorida NaNO3 : natrium nitrat MgSO4 : magnesium sulfat Zn(OH)2 : seng(II) hidroksida (pada senyawa ini, bilangan oksidasi seng = 2) FeC2O4 : besi(II) oksalat (pada senyawa ini, bilangan oksidasi besi = 2) Fe2(SO4)3 : besi(III) sulfat (pada senyawa ini, bilangan oksidasi besi = 3)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nama senyawa ion poliatomik sebagai berikut. Kebanyakan ion poliatom bermuatan negatif kecuali ion ammonium (NH4+). Hampir seluruh ion poliatom mengandung oksigen, kecuali CN- dan NH4+. Untuk jumlah oksigen yang lebih sedikit diberi akhiran -it, dan untuk jumlah oksigen yang lebih banyak diberi akhiran -at. Contoh: SO3 2– diberi nama sulfit sedangkan SO4 2- diberi nama sulfat. Suatu senyawa bersifat netral. Oleh karena itu, apabila suatu senyawa belum netral, ion-ion yang berbeda muatannya harus disamakan terlebih dahulu dengan menambahkan angka indeks.
Contoh: Ion Pb2+ dan NO3–. Oleh karena Pb bermuatan 2+ sedangkan NO3 bermuatan –1, untuk membentuk senyawa yang netral diperlukan 2 NO3–. Maka senyawanya menjadi Pb(NO3)2 Ion Ca2+ dan ion PO43- Oleh karena Ca bermuatan +2 dan PO4 bermuatan –3, untuk membentuk senyawa netral Ca harus dikalikan 3 dan PO4 harus dikalikan 2. Maka senyawanya menjadi Ca3(PO4)2.
Tatanama Senyawa Asam Asam adalah zat yang jika dilarutkan di dalam air akan terlarut dan terurai menghasilkan ion hidrogen (H+) dan ion negatif. Semua asam diawali dengan hidrogen kecuali asam organik dan air. Pada umumnya asam merupakan senyawa biner yang mengandung hidrogen, oksigen, dan unsure nonlogam. Semua asam dinamai dengan awalan asam yang diikuti nama ion negatifnya.
Tatanama Senyawa Hidrat Beberapa senyawa yang berwujud kristal mampu mengikat air dari udara atau bersifat higroskopis, sehingga kristal senyawa tersebut mengandung "air kristal". Senyawa yang mengandung air kristal disebut hidrat. Kristal hidrat tidak berair karena molekul air terkurung rapat dalam kristal senyawa. Senyawa hidrat dinamai dengan menambahkan awalan angka Yunani yang menyatakan banyaknya air kristal hidrat di akhir nama senyawa tersebut.
Contoh: CuSO4.5H2O : tembaga(II) sulfat pentahidrat CaSO4.2H2O : kalsium sulfat dihidrat Na2CO3.10H2O: natrium karbonat dekahidrat
Persamaan Reaksi Persamaan reaksi menggambarkan reaksi kimia yang terdiri atas rumus kimia pereaksi dan hasil reaksi disertai koefisiennya masing-masing. Persamaan reaksi yang sempurna disebut juga persamaan reaksi yang telah setara. Wujud zat-zat yang terlibat reaksi harus dinyatakan dalam tanda kurung setelah rumus kimia
Syarat-syarat persamaan reaksi setara sebagai berikut: Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama (memenuhi hukum kekekalan massa). Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang berwujud gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume asalkan suhu dan tekanannya sama). Pereaksi dan hasil reaksi dinyatakan dengan rumus kimia yang benar.
Untuk membuat persamaan reaksi menjadi setara diperbolehkan mengubah jumlah molekul rumus kimia, tetapi tidak boleh mengubah rumus kimia zat-zat yang terlibat persamaan reaksi. Jumlah satuan rumus kimia disebut koefisien.
Contoh: 2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l ) Selain menggambarkan rumus kimia, persamaan reaksi yang sempurna juga menunjukkan wujud zat yang terlibat dalam reaksi. Wujud zat dalam persamaan reaksi disingkat dengan: (s) : solid (zat padat) (aq) : aqueous (larutan dalam air) (l ) : liquid (zat cair) (g) : gas Contoh: 2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l )
Tentukan koefisien reaksi dari persamaan reaksi berikut! C6H6(l ) + O2(g) → H2O(g) + CO2(g) SiO2(s) + C(s) → Si(s) + CO(g) PH3(s) + O2(g) → P4O10(s) + H2O(g) CaO(s) + NH4Cl(s) → NH3(g) + H2O(g) + CaCl2(s) Na2CO3(s) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l ) + CO2(g)