STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PABRIK BRIKET ARANG DI HTI PT

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Jakarta, 7 – 8 November 2013 Seminar Insentif Riset SINas, Kementerian Riset dan Teknologi “Membangun Sinergi Riset Nasional untuk Kemandirian.
Advertisements

INVESTASI JANGKA PANJANG SAHAM
Kumpulan Soal 3. Energi Dan Momentum
ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING)
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Biomas Kayu Pellet Presentasi Energi Pemanas Rumah Tangga (winter)
PT GOOD FLOUR MILLS Oleh Kelompok 13 Dewi Aprilina Rochmayanti
LAPORAN KEUANGAN UNTUK PERSEROAN
MATERIAL HANDLING PADA PT. INDONATA UTAMA (PRODUSEN NATA DE COCO)
PERSENTASI FISIKA.
ANALISA BIAYA DAN PENDAPATAN
BAB 12 PERDAGANGAN MARGIN.
MANAJEMEN KEUANGAN LITERATUR :
PENDAPATAN NASIONAL Pertemuan ke
MATERI KEWIRAUSAHAAN (ENTREPREUNERSHIP)
BIAYA PENGGABUNGAN USAHA
TEKNOLOGI PROSES Ada tiga kata kunci dalam mengartikan proses, yaitu input, perubahan dan output. Dengan demikian “teknologi proses” merupakan aplikasi.
Prospek Perusahaan Perkebunan
ANALISIS FINANSIAL / KELAYAKAN USAHA
Sesi : 3.
PIROLISIS dan GASIFIKASI
PENYUSUTAN dan AMORTISASI
PEMBUATAN PAKAN TERNAK KAMBING SISTEM KERING
PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN
K O M P O S T I N G.
ANUITAS BERTUMBUH DAN ANUITAS VARIABEL
Manajemen Modal Kerja Pertemuan ke-11.
PERUSAHAAN AFILIASI LAPORAN KONSOLIDASIAN
KEUANGAN KORPORAT COPORATE FINANCE.
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR
ANALISA FINANSIAL DAN EKONOMI
PPh Pasal 25 PPh Pasal 25 mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.
Metode Pembuatan Bioarang
Teknologi Biobriket.
KEUANGAN KORPORAT COPORATE FINANCE.
KAPASITAS PRODUKSI GULA
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS
Agregat BATUAN DAN PERMASALAHAN Amri,2005)
ASET TIDAK BERWUJUD.
PELUANG AGROINDUSTRI PEDESAAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN
PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates.
KEBIJAKAN DAN REVITALISASI PERTANIAN
Peluang Pasar Pemanfaatn Kompos Hasil Pengomposan Sampah Pasar
Pengertian Investasi sebagai dasar DCF
Analisis Bisnis Dan Studi Kelayakan Usaha
ASPEK FINANSIAL Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan.
Aspek Keuangan.
Studi Kelayakan Bisnis
ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING)
INCENERATOR Pengelolaan Limbah Program Studi Kesehatan Masyarakat
TEKNOLOGI UMBI-UMBIAN
ASPEK KEUANGAN.
Asep Andi Suryandi ( ), Eko Aptono Tri Yuwono ( )
PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN USAHA
Metode Pembuatan Bioarang
Metode Pembuatan Bioarang
MODUL 8 ASPEK KEUANGAN (ASPEK KEUANGAN : ALIRAN KAS)
PIROLISIS/KARBONISASI
ENERGI BIOMASSA DONNA MOH. BUDI.
ENERGI BIOMASSA.
BISNIS INDUSTRI SABUT KELAPA
Bata Ringan vs Bata Merah
I N C I N E R A S I OLEH : Eko Hendi Saputra
Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
ASPEK KEUANGAN.
PRODUKSI BERSIH Konsep produksi bersih pada industri kerupuk ikan Ikhsaniah (J1A216007) Idoan fawwaz (J1A216023) Paska riyandi (J1A216039) Robert Maruli.
Rumah Hemat & Mandiri Energi dengan Kombinasi Biogas dan Energi Mekanik Motor.
Optimasi Energi Terbarukan (Energi Biomassa dan Energi Biogas)
ENERGI BIOMASSA Mata Kuliah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) 2010 OLEH : Prof. Dr. Ir. Kurnia Sofyan.
Transcript presentasi:

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PABRIK BRIKET ARANG DI HTI PT STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PABRIK BRIKET ARANG DI HTI PT. MUSI HUTAN PERSADA SUBANJERIJI SUMATERA SELATAN

IDENTITAS PEMRAKARSA Pemrakarsa dan calon pemegang saham utama proyek arang briket kayu ini adalah PT. Musi Hutan Persada (MHP). MHP mengusahkan Hutan Tanaman Industri (HTI) Acacia Manginum, untuk menyediakan bahan baku pabrik pulp PT. Tanjung Enim Lestari (TEL). PT. MHP didirikan pada tanggal 30 Maret 1991, dan kini mengelola lahan HTI seluas 296.400 hektar.

MISI PENGUSAHAAN Dalam pengusahaannya untuk menyediakan bahan baku kayu untuk pabrik pulp PT. TEL, operasi logging HTI PT. MHP, ternyata banyak menghasilkan kayu residu (waste wood) yang tidak dimanfaatkan. Dengan kondisi ini, PT. Musi Hutan Persada bersama-sama dengan PT. Asia Bangkit Perkasa memunculkan satu gagasan untuk memanfaatkan kayu residu tersebut dengan mengambil tema: “Peluang Baru Dalam Pemanfaatan Limbah Kayu”. Bentuk pemanfaatan yang diusulkan adalah pembangunan industri arang briket dari kayu.

LATAR BELAKANG PROYEK Sektor kehutanan masih memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional Indonesia khususnya pada penerimaan devisa yang mampu memberikan sumbangan terbesar kedua setelah migas bagi penerimaan pendapatan negara. Ada banyak faktor yang menyebabkan forest-business sangat relevan di Indonesia, antara lain : Sumber daya alam berupa lahan/tanah Iklim yang sangat mendukung Sifat bahan baku yang dapat diperbaharui Sumber daya manusia yang sangat melimpah Investasi yang pada umumnya bermuatan bahan impor sangat rendah (low import content), sehingga tak terpengaruh gejolak valas

GAMBARAN UMUM PROYEK Pemikiran awal pembangunan Pabrik Arang Briket ini berasal dari banyaknya massa kayu yang tidak terpakai untuk bahan baku pabrik pulp, sehingga ditinggalkan sia-sia di lapangan. Limbah tebangan yang cukup besar tersebut berupa: kayu cabang, ranting, daun, bunga, dan kulit.

ASPEK BISNIS DAN PEMASARAN (1) Dari setiap 1 m3 kayu bulat yang diekstraksi dari hutan akan menghasilkan ± 0,25 m3 kayu olahan sedangkan sisanya 0,75 m3 akan menjadi waste. Energi biomass dalam bentuk arang dan kayu bakar merupakan sumber energi utama bagi negara berkembang. Di Asia-Pasifik, dalam tiga dekade terakhir konsumsi dari kayu bakar dan arang menunjukkan peningkatan sampai 83%. Pada tahun 2010, total konsumsi kayu bakar dan arang di daerah Asia Pasifik diproyeksikan meningkat sebesar 11% mencapai 930 juta meter kubik.

ASPEK BISNIS DAN PEMASARAN (2) Selain digunakan untuk sumber energi, arang juga digunakan untuk bahan industri (activated carbon), pertanian (untuk meningkatkan kesuburan tanah dan suplemen bahan makanan untuk ternak) dan untuk mengatasi polusi (filter udara, deodoran, dsb.) Di pasar domestik Jepang, pada saat ini 60% dari total konsumsi arang Jepang dipenuhi oleh impor dari negara-negara Asia Tenggara sebesar 160.000-170.000 ton/th. Negara eksportir terbesar untuk pasar domestik arang di Jepang adalah Cina, Indonesia, Philipina, dan Malaysia. Terdapat kecenderungan potensi impor arang Jepang terus berkembang dengan peningkatan sebesar ±15% per tahunnya.

ASPEK TEKNIS PROYEK Spesifikasi Pabrik : Kapasitas output 60 ton/hari atau 18.000 ton/tahun Perkiraan tingkat efisiensi (output/input) = 20%. Sistem proses adalah sistem tungku dan sistem reaktor Kebutuhan bahan baku untuk sistem tungku adalah limbah kayu HTI Acacia Manginum sebanyak 75.000 ton/th atau 153.000 m3/th. Kebutuhan bahan baku untuk sistem reaktor adalah arang kayu (campur) tradisional sebanyak 3.000 ton/th. Instalasi peralatan : modular. Suplai bahan baku : sumber terikat dari logging HTI PT. MHP sebesar 10.750 ha/th. Limbah kayu yang tersedia 21 m3/ha atau 225.750 m3/th. Pasar produk : Pasar terikat, terutama Jepang dan Korea. Pelabuhan ekspor : Pelabuhan Boom Baru, Palembang

SPESIFIKASI PRODUK Kualitas produk kelas A atau B (50 ton/hari) dan kelas C (10 ton/hari), dengan kandungan karbon di atas 70%. Bentuk briket : octagonal dengan lubang di tengah Dimensi ukuran : tinggi x diameter = 20-25 cm x 5 cm. Berat briket : 700 gr/batang Kemasan : box karton ukuran 8 kg

SPESIFIKASI PABRIK (1) Sistem proses yang digunakan (terdiri dari 3 lini) : Sistem tungku (briketing-karbonisasi), kapasitas output 30 ton/hari. Bahan baku utama yang digunakan adalah limbah tebangan. Sistem reaktor (karbonisasi-briketing), kapasitas output 20 ton/hari. Bahan baku yang digunakan adalah arang under grade dari sistem tungku dan limbah tebangan. Sistem reaktor (karbonisasi-briketing), kapasitas output 10 ton/hari. Bahan baku yang digunakan adalah arang tradisional dari masyarakat sekitar.

SPESIFIKASI PABRIK (2) b. Rendemen : ± 20% c. Kebutuhan tenaga operasional : ± 750 orang d. Jam operasional pabrik : 20 jam efektif per hari (dalam 2 shift) dan 25 hari dalam sebulan e. Bahan aditif yang digunakan : tepung tapioka dan air sebagai bahan perekat/penguat struktur pada sistem reaktor f. Produk yang dihasilkan : arang briket dengan kualitas ekspor (minimum kandungan karbon di atas 70%) g. Jadwal pembangunan : ± 15 bulan

SISTEM PROSES DAN TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN Proses pengarangan pada dasarnya adalah pembakaran biomassa dalam kondisi anerob, sehingga bahan biomassa tertinggal menyisakan sebagian besar senyawa-senyawa karbon. Teknologi yang digunakan dalam pengusahaan arang briket ini adalah teknologi kiln bata dan beton.

Kiln terdiri dari ruang pembakaran, pintu pemasukan kayu, lubang pembakaran, lubang udara, lubang penguapan dan cerobong asap. Bahan konstruksi yang digunakan untuk pembuatan kiln adalah : - Bata atau pasangan batu kali untuk pondasi - Pecahan bata atau kerikil untuk pengerasan lantai - Batu bata untuk dinding dan cerobong asap - Campuran tanah liat dengan pasir untuk plesteran dinding bata

TAHAPAN PROSES PENGARANGAN DENGAN TEKNOLOGI KILN BATA DAN BETON (1) Pada suhu 100o-1200C terjadi penguapan air dan sampai suhu 2700C mulai terjadi peruraian selulosa. Destilat mengandung asam organik dan sedikit metanol. Asam cuka terbentuk pada suhu 2000-2700C. Pada suhu 2700-3100C reaksi eksotermik berlangsung dimana terjadi peruaian selulosa secara intensif menjadi larutan piroglinat, gas kayu, dan sedikit ter.

TAHAPAN PROSES PENGARANGAN DENGAN TEKNOLOGI KILN BATA DAN BETON (2) 3. Pada suhu 3100-5000C, terjadi peruaian lignin dan dihasilkan lebih banyak ter sedangkan larutan piroglinat menurun. Gas CO2 menurun sedang gas CO, CH4 dan H2 meningkat. 4. Pada suhu 5000-10000C, terjadi tahap lanjut pemurnian arang atau peningkatan kadar karbon.

PROSES PRODUKSI ARANG BRIKET (1) Pengurangan ukuran: bahan baku kayu residu diparut sampai menjadi serbuk. Sebelum dibriket bahan harus dikeringkan sampai tingkat tertentu. Pembriktetan serbuk kayu : Mesin ekstruder mengempa serbuk kayu homogen dalam suhu tinggi menjadi briket berbentuk silindris dan kemudian untuk selanjutnya dibawa ke tungku pengarangan.

PROSES PRODUKSI ARANG BRIKET (2) 3. Pengarangan: briket serbuk kayu dibakar di dalam tungku pengarangan, dimana proses pirolisis terjadi. Proses pirolisis adalah pembakaran tidak sempurna dengan temperatur tinggi hingga 7000C. Pada kondisi normal, satu siklus pengarangan akan membutuhkan waktu 15 hari. 4. Pembriketan arang: arang konvensional dan arang hancur dari tungku pengarangan akan diolah dalam proses pembriketan. Arang digerus dahulu dengan menggunakan hammer crusher hingga menghasilkan serbuk arang berdiameter maksimum 3 mm. Selanjutnya perekat (binder) dan bahan aditif lainnya ditambahkan dan dicampurkan ke dalam serbuk untuk dibuat adonan dan siap untuk dikempa. Setelah pengempaan adonan dalam mesin pencetak (forming), hasil cetakan dikeringkan dalam pengering rotary dan siap untuk dikemas.

PERALATAN DAN MESIN YANG DIGUNAKAN (1) Stasiun Preparasi : bucket elevator, magnetic separator, wood chipper/crusher, belt conveyor. Stasiun Briketisasi serbuk : hopper, belt conveyor, furnace untuk rotary dryer, rotary dryer, blower, jet dryer, cyclone, screw conveyor, extruder Stasiun pengarangan : reaktor

PERALATAN DAN MESIN YANG DIGUNAKAN (2) d. Stasiun Briketisasi Arang : bucket elevator, cage elevator, cage crusher, discharge screw conveyor, electrical hoist, charcoal hopper, additive hopper, binder hopper, flat belt conveyor, horizontal kneader, bucket elevator, freet mill, forming machine, collecting belt conveyor dryer, trolley, briquette tray

ASPEK MANAJEMEN DAN TENAGA KERJA Struktur organisasi yang direncanakan adalah organisasi garis (flat). Sistem ini dipilih karena bentuknya yang sederhana sehingga cocok untuk perusahaan atau pabrik yang relatif kecil dan jumlah tenaga kerja tidak terlalu banyak. Pada pucuk pimipinan akan dipimpin oleh Dewan Komisaris dan Direksi yang bertanggungjawab pada RUPS. Operasional perusahaan akan dijalankan oleh Direktur Utama yang dibantu oleh Direktur Produksi dan Direktur Keuangan. Direktur membawahi manajer pengembangan usaha, manajer produksi, manajer pemasaran, manajer akuntansi, dan manajer personalia.

ASPEK KEUANGAN PROYEK (1) Perkiraan total biaya investasi yang dibutuhkan untuk membangun proyek ini adalah Rp. 34.346.655.480. Perkiraan Modal kerja untuk menjalankan tahap awal operasi Rp. 6.083.899.100. Perhitungan proyeksi laba-rugi menghasilkan laba bersih setiap tahun sejak tahun pertama operasi. Laba tersebut terus meningkat secara bertahap dan menjadi konstan sejak tahun ke-12

ASPEK KEUANGAN PROYEK (2) Perhitungan proyeksi neraca yang dilakukan juga menunjukkan peningkatan aktiva dan atau pasiva secara bertahap, dengan jumlah kewajiban yang semakin berkurang hingga habis. Pada sisi lain, proyeksi arus kas telah menunjukkan aliran kas netto (bersih) yang sangat berfluktuatif setiap tahun. Dengan mendasarkan pada proyeksi aliran kas, proyek Arang Briket ini dinilai layak dengan kriteria sebagai berikut : a. IRR = 23,02% b. NPV = Rp. 12.410.418.446,00 c. B/C = 1,37 d. Pay Back Period = 8,47 tahun.

KESIMPULAN Proyek pengusahaan arang briket ini sangat didukung oleh berbagai macam iklim, baik bisnis/perekonomian nasional, kebijakan pemerintah, maupun kebijakan perusahaan. Ketersediaan bahan baku, lahan, dan prasarana pendukung sangat memadai. Pemasaran produk arang briket dijamin dengan adanya peningkatan permintaan secara konstan di negara-negara maju.