Aaa.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Perkeretaapian Khusus Tahap III Tahapan Menuju Perubahan Regulasi Jakarta 21 Juni 2011.
Advertisements

Data produksi ( ) • Produksi padi, pada tahun 2007 mencapai 57,05 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
REVITALISASI MUSRENBANGDA “LESSON LEARN” PROVINSI SUMATERA SELATAN
SUMBER: Pokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI SUMBER:
EKSISTENSI KELEMBAGAAN DALAM RANGKA PENYALURAN OBAT KE FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PEMERINTAH Oleh : Sekretaris Kementerian PAN dan RB selaku Deputi.
Endah Murniningtyas Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK DISAJIKAN PADA RADALGRAM JAKARTA, 4 AGUSTUS 2009.
TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
KESIAPAN SDM INDONESIA DALAM PELAKSANAAN INTEGRASI LOGISTIK ASEAN 2013
POKOK-POKOK HASIL DESK BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN
Rapat Pansus III Dewan Sumber Daya Air Nasional
Makalah Kunci (Keynote Speech)
PENGORGANISASIAN DAN PEMBINAAN POKJANAL POSYANDU
PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH
PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH
PADA RAPAT EVALUASI PENYERAPAN ANGGARAN APBD
BIDANG INDUSTRI LOGAM MESIN ELEKTRONIKA & ANEKA
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
B. Kombaitan dan Ridwan Sutriadi
AREAL PARKIR PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA
FORUM SKPD Dinas Pendidikan 2015.
Prospek dan Kebijakan Industri Rotan Indonesia: AKAN DIBAWA KE MANA?
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
KINERJA SAMPAI DENGAN BULAN AGUSTUS 2013
PENGEMBANGAN ROTAN INDONESIA MELALUI POLA SENTRA HHBK
DINAS PERTANIAN PROVINSI BENGKULU 2012
PAPARAN KEPALA BAPPEDA KOTA BEKASI
PERMENDAG 35/M-DAG/PER/11/2011 KETENTUAN EKSPOR ROTAN DAN PRODUK ROTAN
KOTA SEHAT BERAWAL DARI LINGKUNGAN YANG SEHAT
POKOK-POKOK PIKIRAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ”SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD” DENGAN TEMA : ”MENUJU SWASEMBADA YANG KOMPETITIF DAN BERKELANJUTAN SERTA.
PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates.
KEBIJAKAN DAN REVITALISASI PERTANIAN
RUANG LINGKUP INDUSTRI KARET DAN BARANG KARET
PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN NEGARA
KEBIJAKAN PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI BERBASIS AGRO
STATISTIK PERTAMBANGAN NON MIGAS
Desentralisasi Fiskal, Struktur Anggaran dan Indikator Makro Daerah
ARAH PEMBANGUNAN EKONOMI SEKTOR PERTANIAN
Asisten Pemerintahan dan Kesra
PANGAN Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia, termasuk.
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN
Peranan Usaha Mikro, Usaha Kecil Dan Menengah (UMKM)
BERITA RESMI STATISTIK
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS UNGGAS
KINERJA SEKTOR INDUSTRI TRIWULAN II TAHUN 2015
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI, KAKAO DAN TEH INDONESIA
PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017
Arah Kebijakan Persusuan
BAHAN RAPAT KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
Industrialisasi Perikanan untuk Kesejahteraan Masyarakat
Arah Kebijakan Persusuan
Arah Kebijakan Persusuan
Kinerja Kebijakan Ekonomi & Perekonomian
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN USAHA UKM ( Studi Kasus, “ Jurnal Koperasi dan UKM”, ) mustikalukmanarief.
Peran dan Perkembangan Agribisnis di Indonesia
Industri pangan berbasis hasil UNGGAS
Arah Kebijakan Persusuan
T.Henny febriana Harumy S.Kom.,M.Kom.,M.Si
HOME SEMINAR DAERAH 4 JUNI 2015 Oleh : Yana Amalia HOME About Contact
DI SAMPAIKAN OLEH KEPALA BAPPEDA
gatotIbnusantosa.wordpress,com
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 35 TAHUN 2018
PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DIFABEL
PENANGANAN PASCA BENCANA GEMPA SUMATERA BARAT 30 SEPTEMBER 2009
LEADERSHIP AND ENTREPRENEURSHIP
DIREKTUR PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA
Ketahanan Pangan dan Gizi Ade Saputra Nasution. Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan pelaksanaan UU No.7 tahun.
Judul : Perkembangan industri di Era globalisasi Terhadap pendapatan nasional indonesia Nama : Agustinus Jono Npm :
GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA EKSPOR DAN IMPOR
Transcript presentasi:

aaa

Potensi Karet Indonesia Karet merupakan komoditas ekspor andalan perkebunan kedua setelah CPO Indonesia adalah negara penghasil dan pengekspor karet alam urutan ke 2 (dua) setelah Thailand Estimasi produksi karet Indonesia pada tahun 2011 adalah 2,64 juta ton dengan luas lahan 3,45 juta hektar (Ditjenbun) Kontribusi ekspor karet dan produk karet terhadap ekspor non migas pada periode Januari-Juli 2011 adalah sebesar 9,51%. Karet diharapkan menjadi penggerak roda pembangunan ekonomi melalui peningkatan produksi dan perbaikan mutu yang akan meningkatkan ekspor 6/24/2012

zz 6/24/2012

zz 6/24/2012

zz Sementara di Sumsel, ekspor karet menyusut hingga lebih dari 10 persen sejak Juni 2011. Penurunan ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Sumsel aka melemah tahun ini. Melemahnya ekspor ini membuat perekonomian di tingkat petani ikut merosot. 6/24/2012

Data Gapkindo Sumsel mengindikasikan bahwa rata-rata zz Data Gapkindo Sumsel mengindikasikan bahwa rata-rata bulanan produksi karet di Sumatera Selatan pada triwulan I 2012 adalah sebesar 70 ribu ton/bulan, atau naik sebesar 14,4% (qtq) atau secara tahunan naik tipis sebesar 1,6%. Berdasarkan informasi dari beberapa sumber, kenaikan kembali harga karet di pasar internasional pada bulan Januari telah meningkatkan frekuensi penyadapan karet sehingga meningkatkan pasokan karet ke industri crumb rubber. 6/24/2012

zz Nilai ekspor karet Indonesia tahun I 2012 diperkirakan meningkat 64,4% atau sebesar US$ 4,7 miliar menjadi US$ 12 miliar dari tahun lalu US$ 7,3 miliar. Kenaikan nilai ekspor yang signifikan didorong kenaikan harga karet di pasar global. 6/24/2012

Pertumbuhan PDB Nasional 6/24/2012

Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas tahun 2011 [%] 6/24/2012

AKSELERASI INDUSTRIALISASI 2012 - 2014 TARGET PEMBANGUNAN INDUSTRI Tujuan : Mempercepat pertumbuhan sektor industri dan penajaman atas Kebijakan Industri Nasional * Target yang akan dicapai harus dijalankan oleh seluruh sektor industri. 6/24/2012

PETA POTENSI AKSELARASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2013 IV. PENINGKATAN PERAN IKM Utamanya untuk mendukung penguatan struktur industri dengan memperbesar keterkaitan antara industri besar dan IKM. LOKASI DI SELURUH INDONESIA. 4 6 6 8 15 4 6 2 5 7 9 1 8 10 1 3 9 15 3 16 I. INDUSTRI BERBASIS HASIL TAMBANG II. INDUSTRI BERBASIS HASIL PERTANIAN III. INDUSTRI BERBASIS SDM & PASAR DOMESTIK (Umumnya di P. Jawa) Industri Batubara di Muara Enim Sumsel dan Palangkaraya Kalteng Industri Berbasis Migas dan Kondensat di Bontang Kaltim Industri Bijih Besi di Batu Licin dan Kulon Progo Industri Alumunium di KualaTanjung Sumut dan Alumina di Kalbar Industri Semen di Sorong Papua Barat 6. Industri Pengolahan CPO KEK Sei Mangke Sumut, Dumai Riau dan Maloy Kaltim 7. Industri Hilir Produk Karet Jambi 8. Industri Bubur Kayu (Pulp) dan Kertas di Sumatera dan Kaltim 9. Industri Pengolahan Rotan di Palu dan Cirebon 10. Industri Kakao di Sulawesi 11. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi dan Alas Kaki 12. Industri Mesin dan Peralatan 13. Industri Komponen Elektronika dan Telematika 14. Industri Alat transportasi Darat dan komponennya 15. Industri Galangan Kapal di Lamongan dan Bintan 16. Industri Garam di Nusa Tenggara Timur 17. Industri Furniture 6/24/2012

TEMA PENGEMBANGAN 6 (ENAM) KORIDOR EKONOMI INDONESIA Koridor Sulawesi 6/24/2012

PETA PENGEMBANGAN PENGOLAHAN KOMODITI UNGGULAN PROVINSI (SUMATERA & KALIMANTAN) Industri Hasil Laut Industri Minyak Atsiri Industri Penglohan Kelapa Sawit Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Karet 2. Industri Pengolahan Kakao Industri Pengolahan Kelapa Sawit 2. Industri Pengolahan Karet Industri Hasil Laut Industri Perkapalan Industri Pengolahan Karet Industri Kakao Industri Pengolahan Kelapa Sawit 2. Industri Penglohan Kelapa Industri Pengolahan Rotan Industri Hasil Laut Industri Barang Logam Industri Pengolahan Kelapa Sawit Industri Pengolahan Karet 2. Industri hasil Laut Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Jagung 2. Industri Pengolahan Tepung dan Pasta 6/24/2012

PRIORITAS NASIONAL DALAM RKP 2013 5 Ketahanan Pangan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 2 Pendidikan Prioritas Nasional Lainnya Bidang Perekonomian 13 a. Industri Pengolahan non Migas b. Kerjasama Ekonomi Internasional c. Tenaga Kerja Indonesia AKSELARASI PENGEMBANGAN: Pengembangan industri berbasis hasil tambang Fasilitasi Penumbuhan industri pengolah hasil pertanian Fasilitasi penumbuhan industri berbasis SDM dan pemenuhan kebutuhan pasar domestik Pengembangan industri kecil dan menengah 3 Kesehatan 4 Penanggulangan Kemiskinan 5 Ketahanan Pangan 6 Infrastruktur Iklim Investasi dan Iklim Usaha 7 8 Energi Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana 9 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik 10 Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi 11 Prioritas Nasional Lainnya Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 12 Prioritas Nasional Lainnya Bidang Kesejahteraan Rakyat 14 6/24/2012

Arahan Lokasi Komoditi No Sektor Komoditi / Area Katalisator/Infrast. Arahan Lokasi Komoditi Lokus Koridor 3   Pertanian  Kelapa Sawit Pelabuhan, KA, Jalan, Energi, Air Bersih  Sei Mangke, Dumai, Maloy Sumatera, Kalimantan    Karet Pelabuhan, Jalan, Energi Listrik Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan Sumatera 6  Telekomunikasi  Telematika Listrik, jaringan telkom Luar Jawa Selain Jawa 7  Energi  Batubara Pelabuhan, KA, Energi Listrik Lampung, Palembang, Palangkaraya 8 Kawasan KSN Selat Sunda  Jembatan, Jalan, Energi, KA  Lampung-Banten 6/24/2012 15

18 AKTIVITAS EKONOMI UTAMA Telema-tika Industri Perkapalan Industri Tekstil Indust. Peralt. & Mesin Inisiatif Strategik, fast-track project Industri Mak & Min Kawasan Selat Sunda Industri Baja Greater Jakarta Tanaman pangan dan perkebunan, seperti: kakao dan gula Kelapa Sawit Food Estate Karet Pariwi-sata Pengembangan terintegrasi di dalam 6 Koridor ekonomi Minyak dan Gas Perikanan Batubara Bauksit Tembaga Nikel 6/24/2012 16

Hasil Diskusi Rapat MP3EI di Bogor Telah tercapai pemahaman bersama bahwa yang menjadi fokus pembahasan dalam masterplan ini adalah pembangunan di pantai timur Sumatera dan pantai utara Jawa. Para peserta rapat pada prinsipnya telah menyetujui 8 (delapan) kegiatan yang telah siap dilaksanakan pada Koridor Ekonomi Sumatera dan 10 kegiatan pada Koridor Ekonomi Jawa sebagai berikut: Koridor Sumatera Pusat pertumbuhan Sei Mangkei Sumatera Utara dengan basis komoditi industri hilir kelapa sawit dan Karet Pusat pertumbuhan Jambi dengan basis komoditi industri hilir karet Pembangunan Hub-Internasional Kuala Tanjung Pusat pertumbuhan Dumai Riau dengan basis komoditi Industri hilir Kelapa Sawit dan Karet Pusat Pertumbuhan Karimun Kepulauan Riau dengan basis Industri Perkapalan Pusat Pertumbuhan Tanjung Api-Api dan Muara Enim Sumatera Selatan dengan basis komoditi Industri Hilir karet dan Batubara Pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) dan Kawasan Industri (di kaki Jembatan Lampung dan Banten) Pusat Pertumbuhan Banten berbasis Industri Petrokimia 6/24/2012

“................industri harus tumbuh secara signifikan diatas pertumbuhan ekonomi di masa depan” 2014 Pertumbuhan Ekonomi : 7,0 - 7,70% Petumbuhan Industri Non Migas 8,95% Konstribusi industri trhd PDB : 24,21% 2025 Pertumbuhan Ekonomi : 7,0 – 8,0% Petumbuhan Industri Non Migas 9,0% Konstribusi industri trhd PDB : 29,61% Sumber : Bappenas, Kemenperin 2011 .............. diperlukan transformasi industri 6/24/2012

“……………..transformasi industri dilakukan melalui percepatan pembangunan industri di daerah” Membangun daya saing industri di daerah berlandaskan keunggulan komparatif dengan memfasilitasi percepatan pembangunan infrastruktur industri di daerah 6/24/2012 19 19

Transformasi Industri “….transformasi Industri mengkombinasikan pendekatan Sektoral dan Regional SEKTORAL REGIONAL Transformasi Industri pendekatan regional melalui penyebaran konsentrasi industri ke daerah yang diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan industri Pengembangan Klaster Industri berbasis keunggulan komparatif daerah Transformasi Ekonomi 6/24/2012

“…………………strategi yang akan dilakukan” Mengembangkan klaster industri prioritas Mengembangkan kawasan industri terpadu Memperkuat konektivitas antara pusat-pusat pertumbuhan industri 6/24/2012

STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KARET [PENGELOMPOKAN BARANG EKSPOR] Peraturan mendag nomor 01/m-dag/per/1/2007 tentang ketentuan umum dibidang ekspor Anak Ikan dan ikan Arowana, Benih Ikan Sidat, Ikan Hias Jenis Botia, Udang galah, Udang Penaedae Karet Bongkah Bahan Remailing & Rumah Asap Kulit Mentah, Pickled & Wet Blue dari Binatang Melata Bantalan Rel Kereta Api dari Kayu dan Kayu Gergajian Kayu Bulat/Bahan Baku Serpih Binatang Liar & Tumbuhan Alam yang dilindungi / termasuk dlm APP I & III Cites) 6/24/2012

Kebijakan Pemerintah yang Mendukung Peningkatan Daya Saing Karet Off Farm Program peningkatan Ekspor 10 Komoditi Utama dan 10 Komoditi Potensial di Kementerian Perdagangan, dimana Karet termasuk dalam salah satu komoditi utama 6/24/2012

Kebijakan Pemerintah yang Mendukung Peningkatan Daya Saing Karet Beberapa jenis karet dilarang diekspor, sebagaimana diatur dalam Permendag No. 07/M-DAG/PER/4/2005, memasukkan HS 4001.22 yaitu karet bongkah (karet spesifikasi teknis yang tidak memenuhi standar mutu SIR, dan HS 4001.29 yaitu bahan-bahan remalling dan rumah asap berupa : Slabs, lumps, seraps, karet tanah Unsmoked sheet Blanket sheet Smoked lebih rendah dari kualitas IV Blanket D off 6/24/2012

Kebijakan Pemerintah yang Mendukung Peningkatan Daya Saing Karet On Farm Intensifikasi pemeliharaan tanaman karet dengan target minimal seluas 300 ribu ha (8% dari areal) sampai tahun 2025. Perluasan areal karet seluas minimal 150 ribu ha yang dicapai melalui program pembangunan karet berbantuan (pemerintah). Pengembangan karet non revitalisasi, rehabilitasi dan intensifikasi. Tahun 2011 akan dilaksanakan peremajaan karet non revitalisasi di 15 Provinsi dan 52 Kabupaten seluas 9.728 ha 6/24/2012

Klaster Karet Klaster Karet ??? 6/24/2012

Klaster Industri Barang Karet Aglomerasi perusahaan yang membentuk kerjasama strategis dan komplementer serta memiliki hubungan yang intensif EMPAT ELEMEN KUNCI KLASTER Aglomerasi perusahaan (cluster); Nilai Tambah (value added) dan Mata Rantai Nilai (value chain); Jaringan Pemasok; Infrastruktur Ekonomi. 6/24/2012

zz Kondisi yang diharapkan Kondisi Saat Ini Dukungan [existing] Infrastruktur Litbang-universitas, Peran Pemda Tk 1 dan tk 2 Perbankan Ketersediaan SDM [smkk],Kelembagaan Transformasi Industri Kondisi yang diharapkan Kondisi Saat Ini Tanpa klaster Koordinasi Pemda? Koordinasi Pusat? Export? Import? Lingkungan? ABG Iklim usaha kondusif Koordinasi Pemda Koordinasi Pusat Export membaik Import menurun Lingkungan terkendali ABG - WTS Dukungan Pemda Jambi dan Situasi Bisnis Efisiensi Pemerintahan Efiisiensi Bisnis Kinerja Ekonomi Pemda Infrstruktur 6/24/2012

zz Pemerintah Pusat Mendorong iklim bisnis yang kondusif dan mengembangkan formulasi pengembangan daya saing Pemerintah pusat Komitdan mempunyai political will untuk mengembangkan hilir karet 6/24/2012

Inventarisasi potensi industri kompon yang ada zz Inventarisasi potensi industri kompon yang ada Inventarisasi industri hilir yang ada Inventarisasi keminatan investasi pada industri hilir Pilih salah satu industri hilir yang potensial dan berpotensi ekspor Data peralatan yang dimiliki Data peralatan yang diperlukan Kerjasamakan semua data diatas dengan pokja Buat rencana bisnis sederhana dengan bantuan universitas atau kelembagaan Koordinasikan 6/24/2012

1] Kondisi Barang Karet sd 2009 Klaster Barang Karet 2 Klaster Hilir karet asosiasi baristand Peran Pemda Tk 1 dan Tk 2 diagnosis inventarisasi 1] Kondisi Barang Karet sd 2009 3. Peluang Pemrosesan 5.perkembangan ekspor karet dan produk turunannya 2] Target Barang Karet 2015-2020 4.data perkaretan indonesia 6/24/2012

Manfaatkan Kemenperin menyediakan kemudahan untuk prosedur investasi bagi investor di sektor industri hilir karet (PP 52 Tahun 2011 – Perubahan Kedua PP No. 1 Tahun 2007) Ban dan produk terkait serba ban dalam Barang jadi karet untuk keperluan industri Barang karet untuk keperluan Alas kaki dan komponennya Barang jadi karet untuk penggunaan umum Alat kesehatan dan Laboratorium 6/24/2012

Komitment dan political will untuk mengembangkan hilir karet Klaster Barang Karet 2 Pemerintah Pusat Mendorong iklim bisnis yang kondusif dan mengembangkan formulasi pengembangan daya saing Dukungan [existing] Infrastruktur Litbang-universitas Perbankan Ketersediaan SDM [smkk] Kelembagaan Peran Pemda Tk 1 dan Tk 2 Dukungan Pemda Jambi dan Situasi Bisnis Efisiensi Pemerintahan Efiisiensi Bisnis Kinerja Ekonomi Pemda Infrstruktur Komitment dan political will untuk mengembangkan hilir karet Asosiasi Mendorong keterkaitan pemerintah daerah dan pelaku bisnis dengan menciptakan daya saing berbasis KIID 6/24/2012

PENGELOMPOKKAN INDUSTRI KARET DAN BARANG KARET Kelompok IndustriI Hulu Kelompok Industri Antara Kelompok Industri Hilir Kelompok Industri Hilir Kelompok IndustriI Hulu Bokar (bahan olahan karet) Kayu karet Ban dan produk terkait serba ban dalam Barang jadi karet untuk keperluan industri Barang karet untuk keperluan Alas kaki dan komponennya Barang jadi karet untuk penggunaan umum Alat kesehatan dan Laboratorium Kelompok Industri Antara Crumb rubber ( karet lemah ) Sheet / RSS Letak pekat Thin pole crepe Brown crepe 6/24/2012

Daya Saing Investasi Daerah 6/24/2012

Daya Saing Investasi Daerah Kelembagaan Kepastian Hukum Aparatur &Pelayanan Kebijakan Daerah Kepemimpinan Lokal Keamanan,Poleksosbud Keamanan Politik Sosbud Ekonomi Daerah Potensi Ekonomi Struktur Ekonomi Tenaga Kerja Ketersedian TK Kualitas TK Biaya TK Infrastruktur Fisik Ketersediaan Infrastruktur Fisik Kualitas Infrastruktur Fiisik 6/24/2012

Lokasi Industri Barang Karet di Jawa Barat Jenis produksi yang dihasilkan skala industri DKI Jakarta Kab, Bogor Kab.Bekasi Kab.Tangerang Kab.Cianjur Padalarang Bandung Semarang Surabaya Palembang? Sarung tangan, sarung jari,dekorasi panggung/perfilman,karet busa,benang karet Balon dan sarung tangan Balon dan sarung tangan dan benang karet Sarung tangan Karet untuk transmiter Kondom dan perekat Balon udara Balon,sarung tangan dan dot bayi Skala industri rumah tangga dan uji coba pabrik Industri Rumah Tangga Uji pabrik Ujipabrik 6/24/2012

Barang Karet Dalam Negeri 0,68 0,91 1,16 a. Ban 0,42 0,52 Target 2025-2020 Realisasi 2009 dan Target 2015 & 2020   Tahun 2009 Tahun 2015 Tahun 2020 Produksi Barang Karet 1 1,4 1,82 Ekspor Barang Karet 0,5 0,6 0,7 Barang Karet Dalam Negeri 0,68 0,91 1,16 a. Ban 0,42 0,52 b. Sarung Tangan 0,05 0,07 0,09 c. Alas Karet 0,08 0,1 0,11 d. Barang Karet lainnya 0,23 0,32 0,45 Klaster 2 6/24/2012

Produksi + Impor Barang Karet 1.032 100 1.212 1.188 Kondisi Tahun 2009 Kondisi Saat sd Th 2009   2007 2008 2009 (ribu ton) % Produksi + Impor Barang Karet 1.032 100 1.212 1.188 Ekspor Barang Karet 455 44 439 36 504 42 Barang Karet utk Dalam Negeri 577 56 773 64 684 58 Klaster 2 6/24/2012

DATA PERKARETAN INDONESIA Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Karet 2005 - 2011 Tahun Luas areal,Ha Produksi [ton] Produktivitas [ton/ha] 2005 3.279,391 2.770.891 0,69 2006 3.346.427 2.637.231 0,79 2007 3.413.717 2.755.172 0,81 2008 3.424.717 2.751.286 0.80 2009 3.425.270 2.440.347 0.71 2010* 3.445.121 2.591.935 0.75 2011* 3.450.144 2.640.849 0.77 Sumber: BPS, diolah Ditekstanhut Kemendag * Angka sementara Klaster 2 6/24/2012

Perkembangan Ekspor Karet dan Produk Turunannya Juta USD Sumber: BPS, diolah Ditekstanhut Kemendag Klaster 2 6/24/2012

Luas Areal Karet Alam Beberapa Negara di Dunia (ribu Ha) China India Indonesia Malaysia Sri Lanka Thailand Vietnam 2005 741 598 3.279 1.271 116.1 2188 482.7 2006 776 615 3.346 1.264 119.5 2287 522.2 2007 875 635 3.414 1.248 119.6 2359 556.3 2008 932 662 3.424 1.247 122.1 2674 618.6 2009 975 677 3.435 1.022 124.0 - 648.6 Sumber: ANRPC, Vietnam 2009 Klaster 2 6/24/2012

Ekspor Karet Menurut Negara Tujuan Sumber: BPS, diolah Ditekstanhut Kemendag Klaster 2 6/24/2012

Peluang Pemrosesan dengan Teknologi Sederhana Kebutuhan produk barang karet dunia saat ini diperkirakan senilai 100.000.000 US$ per tahun. tidak kurang dari 1,1 juta ton sabut kelapa setiap tahun belum dimanfaatkan, Kebutuhan flinkote di dalam negeri diperkirakan mencapai 5.000 t/tahun dengan nilai 120,000,000,000 wawwwww Harga jual bantal berkisar Rp50.000-Rp75.000 atau sesuai pesanan. Harga jual bantal sebenarnya masih berpeluang untuk ditingkatkan mengingat produk serupa bermerek terkenal dijual dengan harga Rp200.000-Rp280.000. Produk terutama dipasarkan untuk ekspor dan kalangan eksklusif serta hotel-hotel berbintang. Konsumsi busa sintetis di dalam negeri tahun 2000 mencapai hampir 19 juta lembar senilai Rp46,8 miliar, busa plastik 722.000 m (nilai Rp665,5 juta), dan busa untuk jok kendaraan bermotor sebanyak 4.303 unit (nilai Rp186, 3 juta). [kena apa kok tidak busa alam yang kualitasnya jauh lebih baik?] Kembaki ke klaster karet 2 6/24/2012

Barang Dari Karet Yang BIASA diproduksi UKM aaa Barang Dari Karet Yang BIASA diproduksi UKM 6/24/2012

UKM dan Barang Jadi Karet Barang jadi yang biasa diproduksi oleh UKM barang jadi karet antara lain adalah sol sepatu, seal/gasket, onderdil mobil/motor, karpet karet, serta asesori furnitur/ rumah tangga 6/24/2012

aaa ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. 6/24/2012

aaa Masalahnya : karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan. 6/24/2012

Serat Sabut Kelapa Berkaret (Sebutret) Bisnis pengolahan sabut kelapa aaa Serat Sabut Kelapa Berkaret (Sebutret) Bisnis pengolahan sabut kelapa menjadi produk komersial sangat potensial mengingat tidak kurang dari 1,1 juta ton sabut setiap tahun belum dimanfaatkan, bahkan di beberapa daerah masih dianggap sebagai limbah. Serat sabut kelapa sangat ulet dan tahan air sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan keset dan tambang. Serat sabut kelapa juga tahan patah dan cukup Sebutret, serat sabut kelapa berkaret untuk pelapis bagian atas per pada kasur pegas dan jok mobil. 6/24/2012

RUANG LINGKUP INDUSTRI KARET DAN BARANG KARET Karet dan barang-barang karet dapat diklasifikasikan menurut The Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dan kelompok barang lapang industri (KBLI) 6/24/2012

Belum terpenuhnya persediaan bibit unggul PERMASALAHAN YANG DIHADAPI INDUSTRI KARET DAN BARANG KARET ALAM (ON FARM ) Masih rendahnya produktivitas tanaman dan baru sekitar 40% yang menggunakan klon unggul Belum terpenuhnya persediaan bibit unggul Masih rendahnya kualitas bokar Besarnya kapasitas terpasang pabrik crumb rubber jauh melebihi ketersediaan bahan olahkaret Masih rendahnya kualitas SDM petani dan kemitraan usaha serta akses permodalan Rendahnya posisi tawar petani dalam perolehan harga Masih lemahnya dukungan prasarana dan sarana 6/24/2012

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PADA PRODUK KARET Kurangnya informasi distribusi dan kebutuhan karet alami sebagai bahan baku industri produk karet Masih adanya diskriminasi pembebasan PPN 10% Masih kurangnya dukungan R & D yang difokuskan pada pengembangan produk karet Sulitnya pasokan gas untuk industri sarung tangan yang menyebabkan utilitas kapasitas industri sarung tangan hanya mencapai 40% Masih dikenakannya BMAD carbon black sebesar 10-17% Ketatnya persaingan didalam negeri (dengan produk import ) dan dinegara tujuan eksport Masih tingginya import sebagian barang-barang karet yang merupakan peluang pengembangan 6/24/2012

zz Nilai ekspor karet dan barang dari karet Sumatera Utara pada triwulan I 2012 anjlok hingga 38,18 persen atau tinggal 614,235 juta dolar AS akibat volume dan nilai jual yang turun. Penurunan devisa dari golongan barang itu cukup besar di triwulan I 2012 atau tinggal 614,235 juta dolar AS dari periode sama tahun lalu yang sudah mencapai 993,598 juta dolar AS,“ 6/24/2012

zz Pada Maret devisa dari golongan barang itu mencapai 218,666 juta dolar AS dari 202,436 juta dolar AS di Februari. "Berdasarkan data, penurunan nilai ekspor karet dan barang dari karet Sumut itu dipicu penurunan volume dan harga jual,“ Tetapi meski turun, kontribusi golongan barang itu masih tetap tinggi pada total ekspor Sumut di triwulan I 2012 atau nomor dua terbesar setelah lemak dan minyak hewan/nabati. Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, mengakui adanya penurunan ekspor karet pada tahun ini dimana pada Januari-Februari hanya sebesar 79.838.750 kilogram dari periode sama 2011 yang sudah 89.860.886 kilogram. 6/24/2012

zz ekspor karet alam Indonesia terbesar ke Amerika Serikat, Jepang, China, Singapura, Korea, Brazil, dan Jerman. Setelah krisis, pasar utama ekspor karet Indonesia mulai dialihkan ke pasar China. Rata-rata produksi karet bulanan sebesar 200 ribu ton dan ada musim puncak di mana total produksi karet bisa mencapai 220 ribu ton per bulan. Namun, produksi karet di Desember nanti diperkirakan bisa menurun hingga 180 ribu ton per bulan karena tingginya curah hujan. 6/24/2012

zz Ekspor melemah – bokar? 6/24/2012

Pohon Industri Karet 10/16/2012

Alas Karet Untuk Peternakan Butyl Sealing Type Produk Jadi Karet Alas Karet Untuk Peternakan Butyl Sealing Type Fleksible Expansion Joint Karet Untuk Audiao Video Karet Untuk Industri Automotive Karet Alas Setir Karet Bakelite Karet Butyl Karet Diaphrgma Karet Ebonit Karet Busa Spons Karet Untuk Mencabut Bulu Ayam Karet Pembersih Kaca Karet Untuk Peralatan Rumah Tangga Impact Roller untuk Belt Conveyor Karet Untuk Pembersih Kaca Karet Untuk Peralatan Rumah Tangga Karet Untuk Area Laut dan Kapal Karet Untuk Rumah Sakit Produk Karet Molding Karet Tahan Minyak Karet Ring Karet Untuk Gedung dan Rumah Karet Untuk peralatan Elektrik Karet Ekstrusi Gelang Karet Karpet Karet Karet Fender Aplikasi Karet Untuk Kaca Karet Kaki Furniture Karet Kaki Komor 10/16/2012

Barang Jadi Karet [lanjutan] Karet Lantai Area Untuk Area Olah Raga Palu Karet Karet Lining Karet Untuk Rambu Jalan Peralatan Keselamatan Dari Karet Seal Karet Sol Sepatu Karet Mangkuk Karet Karet Silikon Selang Silikon Karet Untuk PeralatanOlah Raga Karet Untuk Anti Vibrasi Wheelhock 10/16/2012

aaa Karet adalah komoditas strategis yang digunakan di berbagai industri. Saat ini Indonesia adalah produsen terbesar kedua dunia setelah Thailand, dan diproyeksikan menjadi produsen terbesar setelah tahun 2015. Industri karet adalah industri yang memiliki nilai tambah besar dari hulu sampai hilir.

aaa Produksi karet Indonesia pada tahun 2010 mencapai 2,5 juta ton dan diproyeksikan mampu mencapai 4,4 juta ton pada tahun 2020. Produk-produk karet potensial antara lain: ban, sarung tangan, alas kaki, komponen otomotif, komponen elektronika, maupun untuk keperluan rumah tangga.

aaa Nilai ekspor produk karet pada tahun 2009 mencapai US$ 1.6 milyar yang terdiri dari ban dengan nilai US$ 1.1 milyar, sarung tangan US$ 198 juta dan barang karet industri US$ 165 juta dan barang karet lainnya US$ 169 juta.

Pengelompokkan Industri Karet dan Barang Karet KELOMPOK INDUSTRI HULU KELOMPOK INDUSTRI ANTARA KELOMPOK INDUSTRI HILIR Bokar (bahan olahan karet) Kayu Karet Crumb rubber Sheet/RSS Lateks pekat Thin pole crepe Brown crepe Ban Barang jadi karet untuk keperluan industri Barang karet untuk kemeliteran Alas kaki dan komponennya Barang jadi karet untuk penggunaan umum Alat kesehatan dan laboratorium

EXIM Karet Alam Uraian 2008 2009 2010 Ribu Ton Persen Produksi Karet Alam 2.751 100 2.522 2.572 Ekspor Karet 2.295 83,42 2.100 83,27 2.200 85,54 Karet Alam utk Dalam Negeri 456 16,58 422 16,73 372 14,46 Sumber : Kemenperin, 2011

aaa Masalah Utama Dalam Industri Karet Produk crumb rubber lebih dominan diekspor (85) dan hanya sebagian kecil yang diserap dalam negeri, yaitu 422 ribu ton atau 15; Masih tingginya impor sebagian barang-barang karet dan bahan penolong industri karet yang merupakan peluang pengembangan; Masih rendahnya daya saing Industri karet hilir di pasar Asia. Alternatif Penyelesaian Pengembangan klaster industri hilir karet di dekat lokasi pengembangan koridor ekonomi dan sumber bahan baku; Pengembangan infrastruktur (seperti : jalan, pelabuhan) di lokasi pengembangan; Peningkatan kemampuan SDM Pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan SNI BOKAR

Ekspor Karet Sumatera Selatan Tahun Vol. Ekspor (ton) Nilai Devisa ($) Harga Karet Ekspor ($/kg) 2007 643.804 1,377,000 2,14 2008 658.840 1,640,000 2,49 2009 676.416 1,197,000 1,77 2010 756.747 2,528,000 3,34 Sumber : Gapkindo Sumatera Selatan (2011)

Nilai Ekspor Karet Sumsel dan penggunaan karet alam di Indonesia Nilai ekspor karet Sumatera Selatan pada Januari hingga November 2011 mencapai 3,647 miliar dolar AS atau meningkat 53,94 % bila dibandingkan periode sama tahun sebelumnya hanya 2,169 miliar dolar AS. (Bulletin Karet, 2012) PENGGUNAAN KARET ALAM DI INDONESIA Hanya 15% dari total produksi dalam negeri yang terserap ke industri hilir. 61% dari 15% yang terserap industri hilir dipakai oleh industri ban, sisanya lain-lain.

Kontribusi Karet di Sumsel Sumatera dikenal Segitiga Emas penghasil karet, yaitu Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan, karena ketiga provinsi tersebut menyumbang sekitar 70% produksi karet nasional Indonesia memberikan kontribusi sebesar 28% terhadap produksi karet alam dunia. (Bulletin Karet, 2011)

aaa

LUAS & PRODUKSI KARET Di SUMATERA SELATAN Kab. Banyuasin Luas lahan : 82.815 Ha Produksi : 91.988 Ton/Th Kab. Musi Banyuasin Luas lahan : 154.096 Ha Produksi : 106.057 Ton/Th Kab. Ogan Ilir Luas lahan : 27.251 Ha Produksi : 18.542,60 Ton/Th Kab. Muara Enim Luas lahan : 206.239 Ha Produksi : 200.922 Ton/Th Kab. Ogan Komering Ilir Luas lahan : 135.994 Ha Produksi : 167.801 Ton/Th Kab. Musi Rawas Luas lahan : 248.185 Ha Produksi : 132.405,60 Ton/Th Kota Prabumulih Luas lahan : 18.376 Ha Produksi : 16.854 Ton/Th Kota Lubuk Linggau Luas lahan : 13.739 Ha Produksi : 9.228,78 Ton/Th Kab. OKU Timur Luas lahan : 66.828 Ha Produksi : 44.588,67 Ton/Th Kab. Lahat Luas lahan : 27.133 Ha Produksi : 29.555,02 Ton/Th Kab. Ogan Komering Ulu (OKU) Luas lahan : 68.609 Ha Produksi : 66.639 Ton/Th Kota Pagar Alam Luas lahan : 1.294 Ha Produksi : 390 Ton/Th Kab. OKU Selatan Luas lahan : 3.802 Ha Produksi : 849,60 Ton/Th Kab. Empat Lawang Luas lahan : 3.999 Ha Produksi : 2.505,30 Ton/Th Total Luas : 1.058.360 Ha Total Produksi : 888.327 Ton Produktifitas : 0,839 Ton/Ha

Perkembangan Volume Ekspor Karet Tahun 2006- 2011 800.435 (s/d November 2011) 769.903 698.225 688.258 695.807

Perkembangan Nilai Ekspor Karet Tahun 2006- 2011 3.777.321(s/d November 2011) 2.419.232 1.840.817 1.415.048 1.111.016

Negara Tujuan Ekspor Karet SIR 20 Amerika serikat Jerman Cina Brazil Kanada India Turki Perancis Spanyol Belanda Italia Inggris Korea Republik Finlandia Singapore Mexico Polandia Romania Iran,Islamic Republi Argentina Afrika Selatan Rusia Belgium Colombia Venezuela Lain Lain Negara Bulgaria Irlandia

Negara Tujuan Ekspor Karet SIR 20 Slovenia Peru Philippina Hungaria Latvia Vietnam Kenya Malaysia Australia Pakistan Srilangka Costa Rica Chile Equador Jepang Uni Emirat Arab Lain Lain Negara Dubai Siria Lithuania EL-Savador Egypt/Mesir Ukraina Djbouti Greece Belgia Ethopia Kuba Tanzania

Negara Tujuan Ekspor Karet SIR 10 China Afrika Selatan Belanda Turki Argentina Amerika Serikat India Belgium Lithuania Spanyol Inggris Columbia Romania Mexico Italia Australia Kenya Jerman Sri Lanka Venezuela Perancis Ukraina Brazil

Negara Tujuan Ekspor Karet SIR 5 Amerika serikat India Lithuania Kanada Korea Republik Brazil Australia

Negara Tujuan Ekspor Karet SIR 3 Amerika serikat Kanada Singapore Chille Argentina Brazil Turki Belanda China Rep. Afrika Selatan Belgium India Spanyol Lithuania Jerman Venuzuela Australia Inggris Meksiko Vietnam Italia Malaysia

Negara Tujuan Ekspor Karet RSS1 Amerika serikat Cina Jerman India Turki Brazil Argentina Kanada Afrika Selatan Philipina Mexico Belanda Slovenia Italia Lithuania Belgium Rusia Inggris Malaysia Jepang Chile Saudi Arabia Australia Ukraina

INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER ) Kab. Musi Banyuasin PT London Sumatera Indonesia Palembang PT Pancasamudera Simpati PT Sunan Rubber PT Badja Baru PT Remco PT Aneka Bumi Pratama PT Hok Tong I PT Hok Tong II PT Kirana Musi Persada PT Multiagro Kencana Prima PT Mardec Musi Lestari PT Muara Kelingi I PT Muara Kelingi II PT Gadjah Ruku PT Sri Trang Lingga Indonesia PT Lingga Djaja PT Prasidha Aneka Niaga PT Bintang Gasing Persada PT Melania Indonesia PT Pinago Utama Kab. Musi Rawas PT Felda Indo Rubber PT Nibung Artha Mulia PT Bumi Beliti Abadi PT Kirana Windu

Data Industri Crumb Rubber

Karet sebagai Komoditi Unggulan Provinsi Sumatera Selatan Koordinasi dan Kerjasama Antar Pemangku Kepentingan Sesuai dengan : Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional Surat Keputusan Menteri Nomor 94/M-IN/PER/8/2010 tahun 2010 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sumatera Selatan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No.828/kpts/balitbangda/2010 tahun 2010 tentang Tim Sistem Inovasi Daerah Sumatera Selatan Peraturan Daerah Kab. Banyuasin Nomor 8 tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Peraturan Daerah Kab. Banyuasin Nomor 29 tahun 2005 tentang Penetapan Pemanfaatan Kawasan SECDe Tanjung Api-api Kabupaten Banyuasin Keputusan Bupati Banyuasin Nomor 611 tahun 2008 tentang Kesepakatan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Kegiatan Pembangunan Kawasan Industri Gasing di Desa Gasing Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin Peraturan Daerah Nomor 34 tahun 2007 tentang Rencana Tapak Kawasan Industri Gasing Kabupaten Banyuasin

Program/kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka Pengembangan Industri Hilir Karet di Sumatera Selatan Koordinasi lintas sektor terkait - Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Balibangnovda, Dinas Perkebunan, Baristand Palembang dan Disperindag Kab/ Kota se Sumsel. Pembinaan, Pelatihan dan Magang serta Bantuan Peralatan Pembentukan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) - Pada tahun 2010 Pemerintah Prov. Sumsel bersama Kementerian Riset dan eknologi RI telah membentuk Sistem Inovasi Daerah (SIDa) - Melalui Keputusan Gubernur No. 478/KPTS/Balitbangda/2010 telah dibentuk asosiasi peneliti yang terdiri dari peneliti Balitbangda dan Perguruan Tinggi serta Lembaga Vertikal lainnya.

Sambungan - Tim SIDa terdiri dari Balitbangnovda, Dinas Koperasi, Disperindag, Disbun, Dinas Pertanian, Bappeda dan Biro Ekonomi. - Melakukan riset, studi kelayakan dan pemetaan pengembangan industri hilir karet dan rencana Pembangunan Pusat Inovasi Karet Pembentukan Forum Komunikasi Klaster Karet dan Masyarakat Perkaretan

Permasalahan yang dihadapi dalam Pengembangan Industri Hilir Karet Masih lemahnya keterkaitan antara industri hulu dan hilir maupun antara industri besar dan industri kecil menengah. Belum terbangunnya struktur klaster (industrial cluster) yang saling mendukung Ketergantungan ekspor produk setengah jadi Terbatasnya informasi terutama bagi industri kecil dan menengah Motivasi dan kemampuan wirausaha masih rendah

STRATEGI DAN KEBIJAKAN DUKUNGAN INFRASTRUKTUR Kawasan Industri Kawasan Ekonomi Khusus Sarana / Prasarana Transportasi Sarana / Prasarana Pelabuhan SUPLAI BAHAN BAKU Dunia Usaha PT Pancasamudera Simpati PT Sunan Rubber PT Badja Baru PT Remco PT Aneka Bumi Pratama PT Hok Tong I PT Hok Tong II PT Kirana Musi Persada PT Multiagro Kencana Prima PT Mardec Musi Lestari PT Muara Kelingi I PT Muara Kelingi II PT Gadjah Ruku PT Sri Trang Lingga Indonesia PT Lingga Djaja PT Prasidha Aneka Niaga PT Bintang Gasing Persada PT Melania Indonesia INDUSTRI HILIR KARET Industri ban Industri kompon Industri alas kaki Industri penunjang otomotif Industri barang jadi karet KLASTER IND. KARET DUKUNGAN PEMERINTAH Lembaga : Dinas / Instansi terkait Regulasi : Perpres No. 28 th 2008 Kepmen No 94 th 2010 SK Gubernur No. 828 th 2010 Perda Banyuasin No 34 th 2007 Perda Banyuasin No. 8 th 2005 Perda Banyuasin No. 29 th 2005 SK Bup.Banyuasin No. 611 th 2008 Tax holiday Law Investment

LANGKAH-LANGKAH KONKRIT YANG AKAN DILAKUKAN KE DEPAN : 1. Percepatan pengembangan industri barang jadi karet 2. Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral /instansi terkait dalam percepatan pengembangan barang jadi karet 3. Memberikan kemudahan-kemudahan dalam rangka pengembangan industri barang jadi karet  membuat regulasi yang berkaitan dengan pengembangan barang jadi karet

Lanjutan 4. Komitmen gabkindo dalam penyediaan bahan baku untuk pengembangan industri barang jadi karet 5. Mendukung rencana pembangunan pusat inovasi barang jadi karet dan mendukung konsorsium pusat unggulan ristek 6. Melakukan evaluasi terhadap peralatan bantuan yang telah diberikan sehubungan dengan pengembangan industri barang jadi karet.

Potensi karet Indonesia On farm Off farm Produksi 2,64 juta ton ∑ kapasitas dan realisasi produksi pabrik ban (R4, R2, lain2) Luas lahan 3,45 juta ha ∑ kapsitas dan realisasi produksi pabrik karet pembuat alat kesehatan dan laboratorium. Kontribusi terhadap ekspor non migas Jan-Jul 2011 9,51% ∑ kapasitas dan realisasi produksi pabrik karet pembuat komponen elektronika dan peralatan listrik Sebagian bahan penolong sudah dibuat di dalam negeri ∑ kapasitas dan realisasi produksi pabrik karet pembuat komponen pabrik ∑ kapasitas dan realisasi produksi pabrik karet pembuat barang karet lainnya.

Kelemahan industri karet nasional Teknologi proses pembuatan produk jadi dari karet belum dikuasai, sehingga kualitas belum mencapai standar yang diinginkan. Mesin dan peralatan pada umumnya masih konvensional. Dukungan sektor lain khususnya energi masih belum solid.

Peluang industri karet nasional Pasar internasional terbuka dengan telah ditandatanganinya berbagai kesepakatan, baik internasional, regional maupun bilateral. Berkembangnya industri kendaraan bermotor baik R4 maupun R2. Adanya relokasi pabrik mobil dari Thailand (Honda). Adanya rencana untuk membuat mobil nasional.

Tantangan industri karet nasional Pasar domestik terbuka dengan telah ditandatanganinya berbagai kesepakatan, baik internasional, regional maupun bilateral. Masuknya produk-produk murah dari Korea dan China. Kepercayaan terhadap produk domestik masih rendah khususnya yangmenyangkut keselamatan. Tingkat penguasaan teknologi produksi yang belum mencapai mutu yang bertaraf internasional. Produk yang dihasilkan kadang belum konsisten mutunya.

Target pengembangan industri karet nasional Tumbuhnya industri komponen berbasis karet yang berkualitas memenuhi standar dengan penerapan teknologi yang sesuai. Terjadi penyerapan tenaga kerja guna mengatasi pengangguran. Peningkatan nilai ekspor. Meningkatnya substitusi impor. Penghematan devisa negara.

Strategi pengembangan industri karet nasional Melakukan koordinasi internal antar instansi guna pemanfaatan produk dalam negeri. Koordinasi khusus dengan regulator dan pelaku relokasi guna menangkap rencana relokasi industri dari Thailand ke Indonesia. Melakukan penetrasi pasar melalui meja perundingan baik yang bersifat internasional, regional maupun bilateral. Memperkuat industri karet nasional melalui berbagai cara, antara lain peningkatan kemampuan SDM, perkuatan potensi industri melalui restrukturisasi mesin dan peralatan produksi, penerpan standardisasi dsb. Promosi potensi industri melalui berbagai pameran baik di dalam maupun di luar negeri.

Langkah operasional pengembangan industri karet nasional Melakukan pembinaan industri khususnya penguasaan proses pembuatan produk dari barang-barang karet terpilih, termasuk penerapan sistem manajemen mutunya. Koordinasi dengan direktorat pembina industri otomotif baik untuk pemanfaatan komponen dalam negeri maupun dalam mendukung relokasi industri otomotif. Merancang program restrukturisasi mesin dan peralatan industri berbasis karet guna menaikkan daya saingnya. Melindungi produk dalam negeri pada berbagai perundingan baik internasional, regional maupun bilateral melalui kebijakan impor.

Langkah operasional pengembangan industri karet nasional (lanjutan) Meningkatkan koordinasi keterkaitan industri melalui sistem kluster. Mensinergikan program pembinaan pusat dan daerah agar lebih padu dan terarah. Pelibatan balai industri serta unit penelitian lain guna mengembangkan industri karet, termasuk melakukan reverse engineering agar dapat diciptakan produk serupa. Pelaku industri meningkatkan kemampuan, baik SDM maupun mesin dan peralatan guna meningkatkan daya saing.

aaa