Apa itu foto jurnalistik?
Foto yang memuat pesan/unsur berita Foto yang tidak kelebihan/kekurangan data Foto yang memberikan konteks yang jelas (sedih ya sedih, senang ya senang) Foto yang “berbicara” (*lihat pdf foto berbicara) Foto yang hanya dihasilkan dari 1 frame (satu karya, satu fotografer)
Pesan kuat
Simbolik
SoFoto jurnalistik harus kuat
Momen tepat Kontekstual Mudah ditangkap pesannya
Foto Jurnalistik Digolongkan: Hard News/Straight News->cepat dicetak, tidak boleh telat (*lihat foto Anugerah PFI 2010-foto gayus dan ibu korban orang hilang) Features->tidak harus keluar segera/soft news Portrait dan head shots Portrait: Foto manusia dengan dunianya (*lihat gambar headshot Sultan) head shots: Foto kepala/wajah (harus diambil dalam 3 posisi, yaitu kiri, kanan, dan tengah Manfaat: info wajah, berita penting, dan “ganjel”
Dua jenis foto hard news: foto tunggal dan jamak (essay foto, foto seri, dan sekuen) Essay foto: beberapa foto yang membentuk ceritera dengan alur tunggal, tiap foto punya ikatan dengan foto lain (*lihat foto Aam, jalani hidup tanpa dua tangan) Foto seri: ikatan antar foto lebih longgar meski dalam satu konteks berita (*lihat foto kemenangan Timnas Perancis) Foto Sekuen: foto kejadian berurutan (*lihat foto pasien rabies)
Apa yang perlu dipersiapkan? Sampai di lokasi langsung setting tempat Jangan main-main waktu dan posisi Jangan datang ke tkp dengan otak kosong, harus ada konsep sebelum meliput Boleh menyetting asal tidak palsu (pada dasarnya sebuah foto adalah hasil setting sehingga setting sah dalam dunia fotografi jurnalistik) (*lihat foto Pem Korut)
Sebuah foto tak bisa berdiri sendiri Butuh captions/keterangan Mengandung unsur 5W 1H atau minimal terkandung what, where, when Mengapa? Agar tak menimbulkan salah penafsiran pembaca Pesannya sampai
Peran foto jurnalistik Dokumen sejarah Pembawa pesan Pengubah kebijakan Seni yang “berbicara”
Kesimpulan… Peristiwa yang tak terdokumentasikan hanya akan terkubur tanpa sejarah