KEPUASAN DALAM BEKERJA (Yoh. 5:10 - 18) Oleh: Pdt. Yohanes Bambang Mulyono
Substansi yang mendasar dalam memahami makna pekerjaan? Hakikat pekerjaan?
Pola pikir yang umum: Hidup untuk makan bekerja sekeras-kerasnya agar kita dapat memperoleh makanan. Makan untuk hidup bekerja untuk produktif sehingga kita dapat memperoleh makanan, yaitu agar kita dapat melanjutkan hidup.
Bagaimana pandangan iman Kristen terhadap makna pekerjaan? Makna pekerjaan ditempatkan dalam pemahaman tentang Allah orang Kristen: Yahweh yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus.
Yoh. 5:17, “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga”. God who acts Arti nama “Yahweh” (hadir dan berbuat) Dia bukan Allah yang “apatheia” (bandingkan: ilah-ilah orang Yunani)
Setelah penciptaan, Allah tetap bekerja providentia Dei (pemeliharaan Allah). Di dalam diri Yesus, Allah melangsungkan pekerjaanNya karya keselamatan Di dalam Roh Kudus, Allah bekerja karya pengudusan dan penghiburan.
Dalam iman Kristen: makna pekerjaan ditempatkan dalam “order of creation” (tata penciptaan) bekerja sebagai bagian dari hakikat manusia.
Timbul pertanyaan: “apakah manusia pertama bekerja setelah ia jatuh dalam dosa, ataukah manusia pertama telah bekerja sebelum ia jatuh dalam dosa?”
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kej. 2:15). Sebelum dosa terjadi, manusia telah diperintahkan Allah untuk bekerja
Setelah kejatuhan manusia dalam dosa, justru bekerja dipahami sebagai suatu beban/penderitaan. Dosa yang menyebabkan pekerjaan bukanlah sesuatu yang indah dan menyenangkan.
Dari sikap pandangan Allah, walau manusia telah jatuh dalam dosa bekerja tetap ditempatkan sebagai sesuatu “yang suci”. Lihat I Tes. 4:11-12
“Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka” (I Tes. 4:11-12).
Pengertian: “mengusahakan tanah” (Kej Pengertian: “mengusahakan tanah” (Kej. 3:23) dipakai istilah “abudah” (Ibr.). Kata “abudah” ibadah. Bekerja itu adalah suatu ibadah
Itu sebabnya dalam Dasa Titah IV yaitu: “Ingat dan kuduskanlah hari Sabat … Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu…..” (Ul. 5;12-13). Makna bekerja selama 6 hari!
Alkitab berbicara mengenai “pekerjaan” bukan sebagai: tindakan yang dilakukan sekedar untuk memperoleh makanan. Pekerjaan etos: sistem nilai yang diberlakukan secara fungsional di dalam praktek hidup.
Etos kerja mengubah kehidupan, peradaban dan sejarah masyarakat atau bangsa. Penelitian sosiolog Max Weber dalam bukunya: Etika Protestanisme dan Roh Kapitalisme
Weber: mengapa peradaban di dunia Timur yang dahulu amat tinggi dapat menjadi melemah; sedangkan peradaban di dunia Barat yang dahulu amat terbelakang menjadi berkembang pesat dan dapat menguasai dunia?
Perubahan dalam peradaban di dunia Barat : karena terjadi perubahan ETOS HIDUP dalam menyikapi waktu dan materi
Mengapa muncul etos kerja yang transformatif terhadap waktu dan materi? Jawab Weber: pengaruh kekristenan khususnya setelah Reformasi yaitu kontribusi Protestanisme yang dikembangkan oleh Calvinisme.
Bagaimana sumbangan pemikiran Calvinisme dalam memaknai “pekerjaan”? Orang percaya asketisme: Asketisme yang terarah ke luar dunia (other worldly asceticism) Asketisme yang terarah ke dalam dunia (inner-worldly asceticism)
Asketisme yang terarah ke luar dunia doa dihargai lebih tinggi dari pada bekerja, dan hidup membiara lebih “suci” (ideal). Asketisme yang terarah ke dalam dunia orientasi hidup adalah dunia saat ini. Bahkan dunia dipahami dan dijadikan sebagai biara.
Bekerja dengan tekun, ulet,berprestasi dan rajin meraih sukses setinggi-tingginya. Tetapi: Tetap berjiwa seorang asket: sederhana, bersahaja, rendah-hati dan mengasihi Allah serta sesamanya.
Peran orang percaya dipahami sebagai “Imamat Am” (the Priesthood of All Believers) menghapus hierarkhis: “imam” dan “awam” – “biara” dan “dunia”. Dalam “Imamat Am” setiap orang percaya wajib bekerja menurut panggilan Tuhan.
Implikasi Pekerjaan sebagai Panggilan Tuhan: Pekerjaan sebagai etos hidup Berorientasi pada prestasi dan kualitas Penghargaan terhadap waktu dan materi Filosofi hidup: berhemat, tekun dan ulet Pekerjaan sebagai wujud ibadah
Rahasia kepuasan dalam bekerja: Melalui bekerja, kita mewujudkan panggilan Allah sebagai gambar dan rupaNya. Tercipta aktualisasi diri prestasi, self-confident, harga diri yang pantas. Saluran berkat menolong mereka yang lemah/gagal. Menghargai berkat-berkat Allah hidup yang mengucap syukur
Kepuasan lebih optimal: Jika berani menghadapi tantangan/krisis Demi tujuan yang lebih tinggi, berani menghadapi risiko yang telah diperhitungkan secara masak (rasional dan realistik) Mampu mempertahankan prinsip iman dan jati-diri (tidak “plin-plan”, mencari rasa aman yang semu, penjilat; tapi juga bukan pemberontak, agitator).