Cerita-cerita Buddhis dan Dhammapada

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Osiris By Geena. Introduction I chose Osiris, because he looked really cool and then when I found out a little bit about him he sounded really interesting.
Advertisements

 Syair lagu untuk anakku Anakku yang kusayangi………
Kamma What determines a successful business? •Random events? •Luck? •Fate? •Will of a god? •Hard work, market research, innovation, flexibility, precision,
Bagaimana Menghadapi Kematian All of us fear death. This is perfectly natural. However, death is part of life. Once we are born, we will have to die. No.
Tiga Karakteristik Kehidupan
31 Alam Kehidupan.
Meditasi.
Empat Kebenaran Mulia Jalan Ariya Berunsur Delapan
Pertahapan Ajaran Buddha We all travel at different paces, and we are all at different stages of progress, at different parts of our lives. There is NO.
Love comes to those who still hope although they’ve been disappointed,to those who still believe although they’ve been betrayed,to those who still love.
Once there was a man who asked GOD for Alkisah seseorang memohon kepada Tuhan agar diberikan a flower.... sekuntum bunga and a butterfly.....dan.
Bagaimana mempraktekkan ajaran Buddha sebagai seorang umat awam – Bagian 1
EXODUS 6:6-8 6 THEREFORE SAY TO THE CHILDREN OF ISRAEL: ‘I AM THE LORD; I WILL BRING YOU OUT FROM UNDER THE BURDENS OF THE EGYPTIANS, I WILL RESCUE YOU.
Children’s rights Summative By: Humphrey 6A. Children Slavery "Di bagian selatan dari Nias sampai sekarang terbanyak orang terjebak dalam perbudakan.
This is pretty strange how it worked out this way. Even if you are not religious, you should read this. Cukup mencengangkan bgm mungkin semua ini bisa.
Once there was a man who asked God for a flower and a butterfly Suatu ketika seorang lelaki mohon kepada Tuhan sekuntum bunga dan seekor kupu-kupu.
RESOLUTION DECISIONS.. “Do I STAY? Or should I GO?” “Is He (or She) the RIGHT one for me?” “Should I BUY this? Or SELL that?” “Should I INVEST in.
Writing (Building Sentences) By : Salman, S.Pd.I, M.Tesol.
PASSIVE VOICE English Lesson III
Violation of children’s By: Brenda Bimantoro. My article Tanpa akta kelahiran hak asasi anak rentan dilanggar. Foto: Sgp Anak-anak jalanan yang tidak.
Honesty often hurts Kejujuran seringkali menyakitkan But lie hurts more when it is found out Tapi kebohongan lebih menyakitkan saat diketahui.
INFINITIVE CLAUSES Infinitive clause is TO (untuk) that is put before original verb, if the words are preceded by: The other verbs To be Examples: Saya.
Komunikasi Antarpribadi dalam Praktek : Helping People to Like You
Menulis Kolom  Kolom adalah opini atau artikel. Tidak seperti editorial, kolom memiliki byline.  Kolom Biasanya ditulis reguler. Biasanya mingguan atau.
By Asmuni Gani. Apa yang harus Anda ketahui agar mampu menyusun kalimat menjadi paragraf?
CONJUNCTIONS Ahmad Syafii Alan Khadafi Arif Rahman Hakim
Verb Tense Tense denotes the time of the action indicated by a verb. The time is not always the same as that indicated by the name of the tense.
1 Pertemuan 8 Phrasal Verbs & Prefixes Matakuliah: G0134/Grammar III Tahun: 2005 Versi: revisi 1.
You are invited! Grade VIII Created by: Elanda dwi saputro 8D.
NARRATIVE (To entertain or amuse the readers/listeners)
NARRATIVE BY:VANDREKTUS DEREK,A.Md Standar Kompetensi Memahami makna teks monolog/esei berbentuk report, narrative dan analytical exposition secara akurat,
-Do you have a close friend? Does she/he have a problem? -What do you say when she/he tells her/his problem? - Did you ever come to your friend house?
Penanaman Nilai Murni melalui Kesusastraan Anak Clara Evi Citraningtyas Universitas Pelita Harapan Indonesia.
Mencari dan Menyelamatkan Yang Terhilang
This is pretty strange how it worked out this way
Kisah Telaga Warna Kalau kita pergi ke daerah Puncak, Jawa Barat, di sana terdapat sebuah telaga jika dilihat pada hari yang cerah akan terkesan airnya.
SITI ROHMAH LULU MUTHOHAROH CLASS B
HIDUP DALAM GOD’S NATURE
Conjunction.
WHAT IS THE CONJUNCTION ?
MEANING OF WORD/ PHRASE/SENTENCES
PARADIGM SHIFT JATI SURYANTO S.PD., MA.
Covenant in the Body of Christ
As If/As Though.
Allah dimuliakan-lah Bersama putra tunggal-nya Yang menebus
The Blessing Laila By : Risma Rahmatika.
AISYAH CHILDREN LITERATURE RISMA RAHMATIKA
BORNEO ENGLISH DEBATE ASSOCIATION (BEDA) SPECIAL CHARITY PROGRAM
NARRATIVE TEXT GROUP : 1. NATTAYA WALDENSIA (20) 2. NINDI PRATIWI (22) 3. UMMI KHOIRI LATHIFAH (31) 4. VINA ROHMAH SAFTRI (32) MENU.
Macam-macam Air Types of water
8 Click.
Things You Need to Know Before Running on the Beach.
Don’t Forget to Avail the Timely Offers with Uber
This is pretty strange how it worked out this way
Take a look at these photos.... Also, in case you're wondering where this hotel is, it isn't a hotel at all. It is a house! It's owned by the family of.
8 Click.
THE INFORMATION ABOUT HEALTH INSURANCE IN AUSTRALIA.
FUTURE TENSE (II) GOING TO PRESENT CONTINUOUS Going to AFFIRMATIVE Subject + to be + going to + verb I am going to play chess with my friend. She is.
How to Tell if a Girl Likes You By luvleela.com luvleela.com.
Group 3 About causal Conjunction Member : 1. Ahmad Fandia R. S.(01) 2. Hesti Rahayu(13) 3. Intan Nuraini(16) 4. Putri Nur J. (27) Class: XI Science 5.
COMMON PROBLEMS TEENAGER FACED TODAY Teenagers face real problems on a daily basis during the most awkward growth stages of their lives is between 13 and.
SIMILES. The comparison is carried out using the words ‘like’ as etc. Example : 1. as free as a bird. The word ‘free’ is compared with the word ‘bird’
Right, indonesia is a wonderful country who rich in power energy not only in term of number but also diversity. Energy needs in indonesia are increasingly.
Expressing loveExpressing sorrow Expression attention o I love you. o I love you too. o I really love you and I always will. o I truly love you endlessly.
TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN TEST KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR MATERI By: MICHAEL JACKSON START.
Draw a picture that shows where the knife, fork, spoon, and napkin are placed in a table setting.
GREETING AND LEAVE TAKING KELAS X UNIT 1. FORMAL GREETING Formal GreetingResponses Good morning Good afternoon Good evening Good morning Good afternoon.
Mary, Our Mother Jesus Christ Course Document # TX
By Group 5. Once upon a time a lion was roaming in the jungle in search of a prey. Luckily, he saw a rabbit sleeping fast under a tree. He was delighted.
Wednesday/ September,  There are lots of problems with trade ◦ There may be some ways that some governments can make things better by intervening.
Transcript presentasi:

Cerita-cerita Buddhis dan Dhammapada Biji Sesawi Makan Nasi Basi Menangisi bulan Dhammapada Syair 1 dan 2 Cermin Rahula

Biji Sesawi Once upon a time, there lived in Savatthi, a girl called Kisa Gotami who belonged to the lowest caste. Despite her poverty, she had kindness and Kebijaksanaan. A rich merchant, seeing her inner qualities, eventually married her. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Biji Sesawi Pada suatu ketika, tinggallah di Savatthi, seorang gadis yang bernama Kisa Gotami dari kasta terendah. Despite her poverty, she had kindness and Kebijaksanaan. A rich merchant, seeing her inner qualities, eventually married her. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Biji Sesawi Pada suatu ketika, tinggallah di Savatthi, seorang gadis yang bernama Kisa Gotami dari kasta terendah. Meskipun miskin, dia memiliki kebaikan dan kebijaksanaan. Seorang pedagang kaya, memandang kualitas dari dalam dirinya, lalu menikahinya. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Biji Sesawi Akan tetapi, keluarga dari suaminya memandang rendah dirinya karena dia berasal dari kasta rendah. After a few years, she gave birth to a baby boy. Her husband’s family began to accept her because she provided him with a son, and her happiness knew no bounds.

Biji Sesawi Akan tetapi, keluarga dari suaminya memandang rendah dirinya karena dia berasal dari kasta rendah. Setelah beberapa tahun, dia melahirkan seorang putra. Keluarga suaminya mulai menerimanya karena dia memberi suaminya seorang putra, dan kebahagiaannya tidak terbatas.

Biji Sesawi Sedihnya, putranya yang masih kecil tiba-tiba meninggal suatu malam. Mad with grief, she went to all her neighbours carrying the dead child and asking for medicine to bring him back to life. They all told her that the baby was dead but she refused to accept it.

Biji Sesawi Sedihnya, putranya yang masih kecil tiba-tiba meninggal suatu malam. Sedih dan hampir menjadi gila, dia pergi ke semua tetangganya sambil membawa anaknya yang telah mati dan meminta obat untuk menghidupkan anaknya kembali. They all told her that the baby was dead but she refused to accept it.

Sedihnya, putranya yang masih kecil tiba-tiba meninggal suatu malam. Biji Sesawi Sedihnya, putranya yang masih kecil tiba-tiba meninggal suatu malam. Sedih dan hampir menjadi gila, dia pergi ke semua tetangganya sambil membawa anaknya yang telah mati dan meminta obat untuk menghidupkan anaknya kembali. Mereka semua memberitahunya bahwa anak tersebut telah mati tetapi dia menolak untuk menerima.

Biji Sesawi Akhirnya, seseorang yang baik hati memberitahu dia untuk mencari bantuan dari Buddha. Dia dengan cepat menemui Buddha dan memohon kepadanya untuk menghidupkan anaknya kembali. The Buddha told her to bring him some mustard seeds. But they must come from a house where no one had lost a child, husband, parent, or friend.

Biji Sesawi Akhirnya, seseorang yang baik hati memberitahu dia untuk mencari bantuan dari Buddha. Dia dengan cepat menemui Buddha dan memohon kepadanya untuk menghidupkan anaknya kembali. Buddha memberitahu dia untuk membawakannya biji sesawi. Tetapi mereka harus datang dari rumah yang belum pernah mengalami kematian anak, suami, orang tua ataupun teman.

Biji Sesawi Kisa Gotami, dengan penuh harapan, kemudian kembali ke kota untuk mencari biji sesawi. Setiap rumah mengasihaninya dan menawarkannya beberapa biji untuk membantunya. But there wasn’t a house where no one could say that they had not lost a child, husband, parent, or friend.

Biji Sesawi Kisa Gotami, dengan penuh harapan, kemudian kembali ke kota untuk mencari biji sesawi. Setiap rumah mengasihaninya dan menawarkannya beberapa biji untuk membantunya. Tetapi tidak ada sebuah rumahpun yang tidak pernah mengalami kematian anak, suami, orang tua ataupun teman.

Biji Sesawi Tidak mampu menemukan biji sesawi, dia meninggalkan kota dengan putus asa dan berkeliling disekitar pinggiran kota. As night began to fall, she saw the lights in the city grow bright, flicker then become dark again.

Biji Sesawi Tidak mampu menemukan biji sesawi, dia meninggalkan kota dengan putus asa dan berkeliling disekitar pinggiran kota. Ketika hampir menjelang malam, dia melihat cahaya di kota, menerang, berkedip kemudian menjadi gelap lagi.

Biji Sesawi Dia kemudian mulai melihat bahwa merupakan sifat alami dari kehidupan bahwa kita dilahirkan, menjalani hidup, dan akhirnya mati. And as she suffered the loss of a loved one, so too had everyone else in the city. She realized that death is common to all and is something that everyone must face one day.

Biji Sesawi Dia kemudian mulai melihat bahwa merupakan sifat alami dari kehidupan bahwa kita dilahirkan, menjalani hidup, dan akhirnya mati. Dan ketika dia menderita kehilangan seseorang yang dicintai, begitu juga dengan setiap orang yang di kota. Dia menyadari bahwa kematian adalah biasa bagi semua orang dan harus dialami setiap orang suatu hari.

Biji Sesawi Melihat kebenaran untuk dirinya, dia menguburkan anaknya dan kembali kepada Buddha. Dia berlindung, menjadi salah satu murid Beliau dan kemudian mencapai pencerahan. Death is something we must eventually face. It is the impermanent nature of our lives.

Biji Sesawi Melihat kebenaran untuk dirinya, dia menguburkan anaknya dan kembali kepada Buddha. Dia berlindung, menjadi salah satu murid Beliau dan kemudian mencapai pencerahan. Kematian adalah sesuatu yang harus kita hadapi. Ini adalah hakikat ketidak-kekalan dari kehidupan kita.

Biji Sesawi Buddha menasehati kita untuk merenungi kematian. Ini mengingatkan kita bahwa kita akan mati suatu hari nanti. Facing this truth will enable us to see things more clearly, live our lives more responsibly and help us to become more calm and peaceful.

Biji Sesawi Buddha menasehati kita untuk merenungi kematian. Ini mengingatkan kita bahwa kita akan mati suatu hari nanti. Menghadapi kebenaran ini memungkinkan kita untuk melihati segala sesuatu dengan lebih jelas, hidup dengan lebih bertanggung jawab dan membantu kita untuk menjadi lebih tenang dan damai.

Makan Nasi Basi Once upon a time, in a city called Bhaddiya, a daughter was born to Dhananjaya, the city’s treasurer. She was called Visakha and grew up to be bright and beautiful, and had a kind and generous nature. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Pada suatu ketika, di kota yang bernama Bhaddiya, seorang putri terlahir kepada Dhananjaya, bendaharawan kota. She was called Visakha and grew up to be bright and beautiful, and had a kind and generous nature. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Pada suatu ketika, di kota yang bernama Bhaddiya, seorang putri terlahir kepada Dhananjaya, bendaharawan kota. Dia bernama Visakha dan tumbuh sebagai gadis yang cerdas dan cantik, dan memiliki sifat yang baik dan dermawan. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Ketika dia menjadi remaja, beberapa brahmin melihat Visakha dan berpikir bahwa dia merupakan istri yang ideal bagi tuan mereka, Punnavaddhana, putra dari jutawan yang bernama Migara. Accordingly, they made arrangements for Visakha to be married to Punnavaddhana. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Ketika dia menjadi remaja, beberapa brahmin melihat Visakha dan berpikir bahwa dia merupakan istri yang ideal bagi tuan mereka, Punnavaddhana, putra dari jutawan yang bernama Migara. Selanjutnya, mereka membuat pengaturan untuk menikahkan Visakha dengan Punnavaddhana. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Dari hari pertama Visakha tiba di Savatthi, kota suaminya, dia bersikap baik dan dermawan kepada setiap orang yang di kota dan semua orang mencintainya. However, Visakha's father-in-law, Migara, was unhappy with her because she was a devout follower of the Buddha while he was not. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Dari hari pertama Visakha tiba di Savatthi, kota suaminya, dia bersikap baik dan dermawan kepada setiap orang yang di kota dan semua orang mencintainya. Tetapi, mertua Visakha, Migara, tidak senang dengannya karena Visakha adalah pengikut Buddha yang berbakti sementara dirinya tidak. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Dia adalah pengikut dari pertapa telanjang, dan walaupun sangat kaya, dia bukan orang yang dermawan. Migara looked for a chance to break off the marriage between his son and Visakha, but her conduct was faultless. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Dia adalah pengikut dari pertapa telanjang, dan walaupun sangat kaya, dia bukan orang yang dermawan. Migara mencari kesempatan untuk memecah-belah perkawinan putranya dengan Visakha, tetapi tingkah lakunya tanpa cacad. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Pada suatu hari, dia sedang makan bubur manis dari mangkuk emas ketika seorang bhikkhu menghampiri rumah untuk sedekah. Although Migara saw the monk, he continued to eat as if he had not. He ignored the monk and continued with his meal. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Pada suatu hari, dia sedang makan bubur manis dari mangkuk emas ketika seorang bhikkhu menghampiri rumah untuk sedekah. Walaupun Migara melihat bhikkhu tersebut, dia terus makan dan seakan-akan tidak melihat. Dia mengabaikan bhikkhu tersebut dan melanjuti santapannya. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Visakha dengan sopan memberitahu bhikkhu tersebut, “Berlalulah, Tuan Yang Mulia, ayah mertua saya sedang makan nasi basi.” Now Migara saw his chance to break off the marriage as he thought she had brought disgrace to his family with her remark. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Visakha dengan sopan memberitahu bhikkhu tersebut, “Berlalulah, Tuan Yang Mulia, ayah mertua saya sedang makan nasi basi.” Sekarang Migara melihat kesempatan untuk memecah-belah perkawinan karena dia berpikir Visakha telah membuat malu keluarganya dengan pernyataan tersebut. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Dengan marah, dia memerintahkan Visakha untuk diusir dari rumah. Makan Nasi Basi Dengan marah, dia memerintahkan Visakha untuk diusir dari rumah. Visakha, calmly explained that he was eating the benefits of his past good deeds and was not doing anything to ensure his continued prosperity. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Dengan marah, dia memerintahkan Visakha untuk diusir dari rumah. Makan Nasi Basi Dengan marah, dia memerintahkan Visakha untuk diusir dari rumah. Visakha, dengan tenang menjelaskan bahwa dia sedang menikmati keuntungan dari perbuatan baik masa lampaunya dan tidak berbuat apapun sebagai jaminan kesejahteraan di masa yang akan datang. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Migara had to admit that she was right and asked her to stay back. Makan Nasi Basi Dia berkata,”dengan mengabaikan bhikkhu tersebut dan melanjuti santapan, bukankah tindakan Migara menyamai makan nasi basi?” Migara had to admit that she was right and asked her to stay back. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Dia berkata,”dengan mengabaikan bhikkhu tersebut dan melanjuti santapan, bukankah tindakan Migara menyamai makan nasi basi?” Migara harus mengakui bahwa Visakha benar dan memintanya untuk tinggal. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Visakha setuju dengan syarat bahwa Migara mengundang Buddha dan bhikkhunya untuk bersantap, dan mengubah sikapnya. With her patience and Kebijaksanaan, Visakha eventually converted her father-in-law to be a follower of the Buddha. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Visakha setuju dengan syarat bahwa Migara mengundang Buddha dan bhikkhunya untuk bersantap, dan mengubah sikapnya. Dengan kesabaran dan kebijaksanaan, Visakha pada akhirnya merubah ayah mertuanya menjadi pengikut Buddha. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Setiap dari kita yang di sini telah mengumpulkan banyak kamma baik di masa lampau. Jika tidak, kita tidak akan duduk di sini dengan nyaman di ruangan ini. Therefore, let us not just eat ‘stale food’. We should carry on accumulating good kamma for the future. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Oleh sebab itu,kita janganlah hanya makan ‘nasi basi’. Setiap dari kita yang di sini telah mengumpulkan banyak kamma baik di masa lampau. Jika tidak, kita tidak akan duduk di sini dengan nyaman di ruangan ini. Oleh sebab itu,kita janganlah hanya makan ‘nasi basi’. We should carry on accumulating good kamma for the future. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Kita harus terus mengumpulkan kamma baik untuk masa yang akan datang. Makan Nasi Basi Setiap dari kita yang di sini telah mengumpulkan banyak kamma baik di masa lampau. Jika tidak, kita tidak akan duduk di sini dengan nyaman di ruangan ini. Oleh sebab itu,kita janganlah hanya makan ‘nasi basi’. Kita harus terus mengumpulkan kamma baik untuk masa yang akan datang. Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Bagaimana caranya kita mengumpulkan kamma baik? Makan Nasi Basi Bagaimana caranya kita mengumpulkan kamma baik? Through the practice of dana, sila and bhavana : Dana : Kedermawanan, helping others Sila : Moralitas, keeping the Precepts Bhavana : meditation, mental cultivation Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Bagaimana caranya kita mengumpulkan kamma baik? Melalui praktek dana, sila dan bhavana : Dana : Kedermawanan, helping others Sila : Moralitas, keeping the Precepts Bhavana : meditation, mental cultivation Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Bagaimana caranya kita mengumpulkan kamma baik? Melalui praktek dana, sila dan bhavana : Dana : kedermawanan, membantu orang lain Sila : Moralitas, keeping the Precepts Bhavana : meditation, mental cultivation Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Bagaimana caranya kita mengumpulkan kamma baik? Melalui praktek dana, sila dan bhavana : Dana : kedermawanan, membantu orang lain Sila : moralitas, mengamalkan lima sila Bhavana : meditation, mental cultivation Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Makan Nasi Basi Bagaimana caranya kita mengumpulkan kamma baik? Melalui praktek dana, sila dan bhavana : Dana : kedermawanan, membantu orang lain Sila : moralitas, mengamalkan lima sila Bhavana : meditasi, pengembangan mental Dhammapada, Ch. VIII, Syair 114

Menangisi bulan Once upon a time, in a city called Savatthi, there lived a very rich but very stingy Brahmin. He had a young son whom he loved dearly. But such was the extent of his stinginess that he even made with his own hands, the gold ornaments he gave his son, to save some money.

Menangisi bulan Pada suatu ketika, di kota bernama Savatthi, tinggallah seorang brahmin yang sangat kaya tetapi sangat kikir. He had a young son whom he loved dearly. But such was the extent of his stinginess that he even made with his own hands, the gold ornaments he gave his son, to save some money.

Menangisi bulan Pada suatu ketika, di kota bernama Savatthi, tinggallah seorang brahmin yang sangat kaya tetapi sangat kikir. Dia memiliki seorang putra yang masih muda yang sangat dicintainya. Tetapi sedemikian kikirnya, dia bahkan membuat dengan tangannya sendiri, perhiasan emas untuk putranya, demi menghemat uang.

Menangisi bulan Pada suatu hari, putranya jatuh sakit karena penyakit kuning dan si ibu memohon kepada suaminya untuk mencarikan seorang dokter. However, the father not wanting to pay for a doctor, went about asking for prescriptions so that he can heal the boy himself.

Menangisi bulan Pada suatu hari, putranya jatuh sakit karena penyakit kuning dan si ibu memohon kepada suaminya untuk mencarikan seorang dokter. Akan tetapi, ayahnya yang tidak bersedia membayar uang dokter, pergi meminta resep obat sehingga dengan sendirinya dia dapat menyembuhkan putranya.

Menangisi bulan Kondisi anak tersebut semakin buruk sampai semuanya sudah terlambat. Dengan mata dewanya, Buddha mendapatkan anak yang sedang sekarat tersebut dan pergi ke rumahnya untuk sedekah. The boy caught sight of the Buddha and his heart was filled with happiness as he died. As a result of his pure mind, he was reborn in a heavenly realm.

Menangisi bulan Kondisi anak tersebut semakin buruk sampai semuanya sudah terlambat. Dengan mata dewanya, Buddha mendapatkan anak yang sedang sekarat tersebut dan pergi ke rumahnya untuk sedekah. Anak tersebut memandangi Buddha dan hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan ketika dia meninggal. Sebagai akibat dari pikirannya yang jernih, dia terlahir kembali di alam surga.

Menangisi bulan Setelah mengkremasikan tubuhnya, ayahnya dengan penuh penyesalan, pergi ke tempat pembakaran setiap malamnya untuk menangisi putranya. From the heavenly realm, the boy saw his father crying at the burning-ground, came down to earth, and reappeared next to him in the form of a youth.

Menangisi bulan Setelah mengkremasikan tubuhnya, ayahnya dengan penuh penyesalan, pergi ke tempat pembakaran setiap malamnya untuk menangisi putranya. Dari alam surga, anak tersebut mendapatkan ayahnya menangisi tempat pembakaran, turun ke bumi, dan muncul di sampingnya dalam rupa seorang pemuda.

Menangisi bulan Pemuda tersebut kemudian mulai meratapi dan menangis dengan kuat, dan ayahnya bertanya mengapa. The son (in the form of a youth) said that he was crying because he wanted to have the sun and the moon.

Menangisi bulan Pemuda tersebut kemudian mulai meratapi dan menangis dengan kuat, dan ayahnya bertanya mengapa. Putranya (dalam rupa seorang pemuda) berkata bahwa dia menangis karena dia menginginkan matahari dan bulan.

Menangisi bulan Ayahnya berkata,”mengapa kamu menangisi matahari dan bulan yang tidak bisa kamu dapati? Kamu sangat bodoh!” The youth replied, “at least the sun and the moon are there in existence. You are even more foolish because you are crying for your dead son who is no more!”

Menangisi bulan Ayahnya berkata,”mengapa kamu menangisi matahari dan bulan yang tidak bisa kamu dapati? Kamu sangat bodoh!” Pemuda tersebut membalas,setidaknya matahari dan bulan ada di sana. Kamu bahkan lebih bodoh karena kamu menangisi putramu yang sudah tidak ada lagi!”

Menangisi bulan Ayahnya menyadari kebenaran dari perkataan pemuda tersebut dan bertanya siapakah dirinya. Pemuda tersebut kemudian berterus terang bahwa dia adalah putranya. He then told his father of his heavenly rebirth due to his happy thoughts at seeing the Buddha as he passed away.

Menangisi bulan Ayahnya menyadari kebenaran dari perkataan pemuda tersebut dan bertanya siapakah dirinya. Pemuda tersebut kemudian berterus terang bahwa dia adalah putranya. Dia kemudian memberitahukan ayahnya tentang kelahirannya di alam surga berkenaan dengan pikirannya yang berbahagia ketika memandangi Buddha pada saat dia meninggal.

Menangisi bulan Keesokan harinya, ayahnya memberikan sedekah kepada Buddha, dan dengan segera menyadari Dhamma. Therefore, avoid Menangisi bulan or for things which are impossible or not even in existence.

Menangisi bulan Keesokan harinya, ayahnya memberikan sedekah kepada Buddha, dan dengan segera menyadari Dhamma. Oleh sebab itu, hindarilah tangisan kepada bulan atau sesuatu yang tidak mungkin atau bahkan tidak ada.

Learn from them, then move on. The past is no more in existence. Menangisi bulan Jangan tinggal di masa lampau, dengan menyesali kesalahan yang sudah lewat atau menimbun ingatan tentang masa lampau. Learn from them, then move on. The past is no more in existence.

Belajar dari mereka, kemudian maju. Masa lampau tidak ada lagi. Menangisi bulan Jangan tinggal di masa lampau, dengan menyesali kesalahan yang sudah lewat atau menimbun ingatan tentang masa lampau. Belajar dari mereka, kemudian maju. Masa lampau tidak ada lagi.

Menangisi bulan Jangan bermimpi tentang masa depan, dengan mengkhawatirkan keadaan yang tidak dapat dilamar atau melamun. Plan as best you can, then return to the present. The future is yet to come into existence.

Menangisi bulan Jangan bermimpi tentang masa depan, dengan mengkhawatirkan keadaan yang tidak dapat dilamar atau melamun. Berencanalah sebaik yang anda mampu, kemudian kembali ke saat sekarang. Masa depan belumlah datang.

Yang paling penting adalah saat sekarang. Menangisi bulan Yang paling penting adalah saat sekarang. By living in the present, we can see things more clearly and live our lives to the fullest.

Yang paling penting adalah saat sekarang. Menangisi bulan Yang paling penting adalah saat sekarang. Dengan hidup di saat ini, kita dapat melihat segala sesuatu dengan lebih jelas dan hidup dengan bahagia.

Dhammapada This is a collection of 423 Syairs attributed to the Buddha, and consists of teachings for the benefit of both the Sangha and laity. It is divided into 26 chapters and arranged according to topics, and the first two Syairs are among the most well-known teachings in Buddhism.

Dhammapada Ini adalah kumpulan dari 423 syair yang bersumber dari Buddha, dan berisikan ajaran untuk kebaikan Sangha dan umat awam. It is divided into 26 chapters and arranged according to topics, and the first two Syairs are among the most well-known teachings in Buddhism.

Dhammapada Ini adalah kumpulan dari 423 syair yang bersumber dari Buddha, dan berisikan ajaran untuk kebaikan Sangha dan umat awam. Dibagi kedalam 26 bab dan disusun berdasarkan topik, dan dua syair yang pertama termasuk ajaran yang paling terkenal dalam ajaran Buddha.

Dhammapada Syair 1 Pikiran adalah pelopor dari semua kejahatan. Mind is chief and evil states are all mind-made. If one speaks or acts with a corrupt mind; Suffering follows as the wheel follows the hoof of the ox.

Dhammapada Syair 1 Pikiran adalah pelopor dari semua kejahatan. Pikiran adalah pemimpin dan kejahatan adalah hasil dari pikiran. If one speaks or acts with a corrupt mind; Suffering follows as the wheel follows the hoof of the ox.

Dhammapada Syair 1 Pikiran adalah pelopor dari semua kejahatan. Pikiran adalah pemimpin dan kejahatan adalah hasil dari pikiran. Apabila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat; Penderitaan akan mengikuti bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.

Dhammapada Syair 2 Pikiran adalah pelopor dari semua kebajikan. Mind is chief and good states are all mind-made. If one speaks or acts with a pure mind; Happiness follows as one’s own shadow that never leaves.

Dhammapada Syair 2 Pikiran adalah pelopor dari semua kebajikan. Pikiran adalah pemimpin dan kebajikan adalah hasil dari pikiran. If one speaks or acts with a pure mind; Happiness follows as one’s own shadow that never leaves.

Dhammapada Syair 2 Pikiran adalah pelopor dari semua kebajikan. Pikiran adalah pemimpin dan kebajikan adalah hasil dari pikiran. Apabila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran baik; Kebahagiaan akan mengikuti bagaikan bayang-bayang yang tidak pernah meninggalkan dirinya.

Cermin Rahula Setelah pencerahannya, Buddha kembali mengunjungi kampung halamannya Kapilavatthu dan bersatu kembali dengan istrinya, Yasodhara dan putranya, Rahula. Rahula joined the Sangha at the tender age of seven, received many valuable teachings from his father and eventually became an Arahant.

Cermin Rahula Setelah pencerahannya, Buddha kembali mengunjungi kampung halamannya Kapilavatthu dan bersatu kembali dengan istrinya, Yasodhara dan putranya, Rahula. Rahula bergabung dengan Sangha di usia muda tujuh tahun, menerima banyak ajaran berharga dari ayahnya dan kemudian menjadi Arahat.

Cermin Rahula Di salah satu ajarannya, Buddha bertanya pada Rahula apabila dia mengetahui fungsi dari cermin. Rahula, then still only seven years old, answered that a mirror is for reflection. The Buddha replied that in the same way, actions of body, speech and mind should be done with repeated reflection.

Cermin Rahula Di salah satu ajarannya, Buddha bertanya pada Rahula apabila dia mengetahui fungsi dari cermin. Rahula, yang pada saat itu masih berusia tujuh tahun, menjawab bahwa cermin berfungsi untuk refleksi. The Buddha replied that in the same way, actions of body, speech and mind should be done with repeated reflection.

Cermin Rahula Di salah satu ajarannya, Buddha bertanya pada Rahula apabila dia mengetahui fungsi dari cermin. Rahula, yang pada saat itu masih berusia tujuh tahun, menjawab bahwa cermin berfungsi untuk refleksi. Buddha membalas dengan cara yang sama, tindakan dari jasmani, ucapan, dan pikiran dilakukan dengan refleksi yang terus menerus.

Cermin Rahula Sebelum seseorang melakukan tindakan dari jasmani, ucapan dan pikiran, seseorang harus refleksi apakah tindakan tersebut bisa membahayakan diri sendiri, orang lain atau kedua-duanya. If so, then it is an unwholesome action because it will result in suffering, and that action of body, speech or mind should thus be avoided.

Cermin Rahula Sebelum seseorang melakukan tindakan dari jasmani, ucapan dan pikiran, seseorang harus refleksi apakah tindakan tersebut bisa membahayakan diri sendiri, orang lain atau kedua-duanya. Jika ya, maka itu adalah tindakan yang tidak baik karena menghasilkan penderitaan, dan tindakan jasmani, ucapan dan pikiran tersebut harus dihindari.

Cermin Rahula Jika tidak, kita boleh melanjuti tindakan jasmani, ucapan atau pikiran tersebut. Therefore, we should train ourselves by constantly reflecting on our actions of body, speech and mind, and thereby eventually purify ourselves.

Cermin Rahula Jika tidak, kita boleh melanjuti tindakan jasmani, ucapan atau pikiran tersebut. Oleh sebab itu, kita harus melatih diri kita dengan terus menerus merefleksi tindakan jasmani kita, ucapan dan pikiran dan kemudian menjernihkan diri kita.

10 Tindakan Jahat 1. Membunuh 2. Mencuri Tindakan jasmani 3. Perbuatan asusila 4. Berbohong 5. Memfitnah Tindakan perkataan 6. Perkataan kasar 7. Gosip 8. Ketamakan 9. Kebencian Tindakan Mental 10. Pandangan salah

10 Tindakan Jahat 1. Membunuh 2. Mencuri Tindakan jasmani 3. Perbuatan asusila 4. Berbohong 5. Memfitnah Tindakan perkataan 6. Perkataan kasar 7. Gosip 8. Ketamakan 9. Kebencian Tindakan Mental 10. Pandangan salah

10 Tindakan Jahat 1. Membunuh 2. Mencuri Tindakan jasmani 3. Perbuatan asusila 4. Berbohong 5. Memfitnah Tindakan perkataan 6. Perkataan kasar 7. Gosip 8. Ketamakan 9. Kebencian Tindakan Mental 10. Pandangan salah

10 Tindakan Jahat 1. Membunuh 2. Mencuri Tindakan jasmani 3. Perbuatan asusila 4. Berbohong 5. Memfitnah Tindakan perkataan 6. Perkataan kasar 7. Gosip 8. Ketamakan 9. Kebencian Tindakan Mental 10. Pandangan salah

10 Tindakan Baik 1. Belas kasih 2. Kedermawanan Tindakan jasmani 3. Pengendalian diri 4. Perkataan jujur 5. Perkataan yang baik Tindakan perkataan 6. Perkataan yang menyenangkan 7. Perkataan yang bermanfaat 8. Bersimpati atas kebaikan orang lain 9. Cinta Kasih Tindakan Mental 10. Pandangan benar

10 Tindakan Baik 1. Belas kasih 2. Kedermawanan Tindakan jasmani 3. Pengendalian diri 4. Perkataan jujur 5. Perkataan yang baik Tindakan perkataan 6. Perkataan yang menyenangkan 7. Perkataan yang bermanfaat 8. Bersimpati atas kebaikan orang lain 9. Cinta Kasih Tindakan Mental 10. Pandangan benar

10 Tindakan Baik 1. Belas kasih 2. Kedermawanan Tindakan jasmani 3. Pengendalian diri 4. Perkataan jujur 5. Perkataan yang baik Tindakan perkataan 6. Perkataan yang menyenangkan 7. Perkataan yang bermanfaat 8. Bersimpati atas kebaikan orang lain 9. Cinta Kasih Tindakan Mental 10. Pandangan benar

10 Tindakan Baik 1. Belas kasih 2. Kedermawanan Tindakan jasmani 3. Pengendalian diri 4. Perkataan jujur 5. Perkataan yang baik Tindakan perkataan 6. Perkataan yang menyenangkan 7. Perkataan yang bermanfaat 8. Bersimpati atas kebaikan orang lain 9. Cinta Kasih Tindakan Mental 10. Pandangan benar

Jelaslah bahwa segala sesuatu bermula dari pikiran. So how do we train our minds?

Jelaslah bahwa segala sesuatu bermula dari pikiran. Jadi bagaimana caranya melatih pikiran kita?

Jalan Ariya Berunsur Delapan Perkataan Benar Moralitas – Fondasi dari Segalanya Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perkembangan Batin – Melatih pikiran kita Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Kebijaksanaan Pikiran Benar

Jalan Ariya Berunsur Delapan Perkataan Benar Moralitas – Fondasi dari Segalanya Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perkembangan Batin – Melatih pikiran kita Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Kebijaksanaan Pikiran Benar

Jalan Ariya Berunsur Delapan Perkataan Benar Moralitas – Fondasi dari Segalanya Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perkembangan Batin – Melatih pikiran kita Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Kebijaksanaan Pikiran Benar

Jalan Ariya Berunsur Delapan Perkataan Benar Moralitas – Fondasi dari Segalanya Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perkembangan Batin – Melatih pikiran kita Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Kebijaksanaan Pikiran Benar

Jalan Ariya Berunsur Delapan Perkataan Benar Moralitas – Fondasi dari Segalanya Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perkembangan Batin – Melatih pikiran kita Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Kebijaksanaan Pikiran Benar

Dipersiapkan oleh T Y Lee www.justbegood.net