Triarko Nurlambang Dept. Geografi FMIPA UI. Daerah Aliran Sungai laut Jaringan jalan (Sistem Grid) Struktur Kota (Pola Konsentrik)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Oleh Sri Suramti SMA N 1 Kalasan
Advertisements

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI PERTANIAN
TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
BAB 6 EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO.
Pemilihan Letak Bisnis dan lingkungan bisnis
Klasifikasi/Pengelompokan/ Penggolongan/Stratifikasi
ASPEK TEKNIS Aspek teknis adalah untuk menilai kesiapan suatu usaha dalam menjalankan kegiatannya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi dan.
Perubahan Spasial dan Perilaku antar waktu
Pelatihan Pemetaan Swadaya PNPM – P2KP
Oleh: Mangapul P.Tambunan Departemen Geografi FMIPA-UI.
PAPARAN KEPALA BAPPEDA KOTA BEKASI
MEGA URBAN, MEGAPOLITAN, DAN METROPOLITAN
Pengangguran di Indonesia
OPERASI dan PRODUKTIVITAS
Negara Maju dan Berkembang
KESEMPATAN KERJA PERKOTAAN “Perkembangan Yang Sangat Merisaukan”
SEKTOR PERTANIAN.
Peta Peningkatan Pemenuhan Energi Listrik Tiap Provinsi Hasil Model
STRATEGI LOKASI ADELINA LUBIS, SE, M.Si.
BATASAN TEORI SOSIOLOGI PERDESAAN
ANALISIS DALAM GIS OVERLAY DISTRIBUSI JARINGAN BUFFER KECENDERUNGAN
MODUL STUDI KELAYAKAN BISNIS
MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS.
PUSAT PERTUMBUHAN DAN DISPARITAS EKONOMI DAERAH
BAB 6 EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO.
MEGA URBAN, MEGAPOLITAN, DAN METROPOLITAN
Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah.
Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS
Empat Tipe Kebiasaan Membeli
TRANSFORMASI STRUKTURAL
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
Rika Kharlina Ekawati, S.E., M.T.I
Faktor-Faktor yang Menentukan Lokasi
Analisis Ekonomi Regional
Sistem Informasi Geografis
PENGERTIAN DAN BATASAN WILAYAH
Negara Maju Negara Berkembang
SEKRETARIAT BKSP JABODETABEKJUR
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
KESEMPATAN KERJA PERKOTAAN “Perkembangan Yang Sangat Merisaukan”
KEGIATAN EKONOMI PENDUDUK BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN
ANALISIS PRODUKSI.
KONSEP DAN KARAKTERISTIK KOTA SERTA PROSES PEMBENTUKANNYA
Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia
PROSES PEMBANGUNAN DALAM PEREKONOMIAN DENGAN KELEBIHAN TENAGA KERJA
TEORI LOKASI EKONOMI REGIONAL Oleh :
KONSEP WILAYAH DAN PEWILAYAHAN
CIRI UTAMA PENELITIAN GEOGRAFI: KERANGKA SPASIAL & KONSEP REGION
Urbanisasi dan Migrasi
Dinamika perubahan ekonomi dilihat dari perspektif geografi
Ahmad Waris Maulana Rara Dwi Noviarti Riski Wahyudi REKLAMASI PANTAI.
PEMBANGUNAN AGROPOLITAN BERBASIS AGRIBISNIS PETERNAKAN: SUATU KONSEP
MIGRASI.
Urbanisasi dan Kontra Urbanisasi
WILAYAH PERWILAYAHAN. Wittlesey mengemukakan unit-unit sebuah region dapat dibentuk oleh hal-hal berikut ini. 1.Ketampakan iklim saja, tanah saja sehingga.
PERUMAHAN MARJINAL IDENTIFIKASI LOKASI KAWASAN KUMUH “KELURAHAN SUANGGA” ANGGOTA ; 1.SYAHRUL HIDAYAT 2.AHMAD RAHARDI RAMELAN 3.MUH.FATURAHMAN 4.MARDIANA.
Hasil Permodelan Tahap II
BAB 9 PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL
INTERAKSI DESA KOTA Aida Kuniawati, S.Pd, M.Si
PENANGANAN PASCA BENCANA GEMPA SUMATERA BARAT 30 SEPTEMBER 2009
POLA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN SALURAN DRAINASE Studi kasus : Perumahan Pondok Ungu Permai, Kelurahan Kaliabang Tengah,
MIGRASI.
Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah.
TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI. 1. Pendahuluan Untuk melestarikan lingkungan perkotaan yang layak huni, keseimbangan antara fungsi- fungsi tersebut.
Konsep dan Jenis Migrasi. Faktor Penyebab Migrasi Faktor pendorong Makin berkurangnya sumber daya alam Menyempitnya kesempatan kerja di tempat asal Adanya.
MIGRASI.
Manajemen Ritel.
Indikator Pembangunan Ekonomi
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2020
KONSEP, PENDEKATAN, PRINSIP, DAN ASPEK GEOGRAFI OlehSUHAIDI SMAN 1 SUKAMULIA.
Transcript presentasi:

Triarko Nurlambang Dept. Geografi FMIPA UI

Daerah Aliran Sungai laut Jaringan jalan (Sistem Grid) Struktur Kota (Pola Konsentrik)

t1 t2 t3 Expansion Diffusion t1 t2 t3 Relocation Diffusion Combinataion of Expansion and Relocation

Problems Observation / description Classification Law Hypothesis Models Theory Explanation

Masalah Umum Penelitian Masalah Umum Penelitian: • Kompleksitas yang tinggi (positif ke relatif) •Representativeness dan tingkat kesalahan • Sampling technique • Waktu dan tenaga Masalah Khusus Penelitian Masalah Khusus Penelitian: • Konversi Kualitatif (data primer) ke kuantitatif (data sekunder) •Konversi data/ info ke aspek spatial/ruang • Penarikan garis delineasi (poligon) -> garis sama nilai (contohnya iso….) • Otomatisasi

Environmental cognition Spatial Cognition Cognitive mapping Mental Maps Suatu proses transformasi psikologis yang diharapkan, disimpan, recalls dan decodes information tentang lokasi dan atribut dari satu fenomena kejadian kehidupan sehari-hari. Social Mapping Sense of Place

Spatial Imagination Values Cognitive Space Affective Space Conative Psychologi cal transforma tion Cognitive Affective Conative Spatial Behavior Practices Spatial arrangement / Tata Ruang perencanaan wilayah SPACE VALUE ?

Cognitive Space Affective Space Sense of Place Spatial Attributes Physical Landscape Cultural Landscape Spatial Behavior Spatial Arrangement Regional Planning Process Positive Approach Relative Approach

Iklim Hidrologi Geomorfologi Demografi Adat Agama IptekLanskap FisikLanskap Sosial Pemahaman Karakteristik Dinamika Masyarakat Perumusan Karakteristik Sosiolinguistik Desk research Penetapan variabel makro Perumusan Dialect Topography Desk Research Penetapan Prototipe Model Hipotetis Dialect Topography Survey data primer Simulasi isogloss Perumusan Karakteristik Sosial Perumusan Prototipe Hipotetis Dialect Topography Spatial behavior

JAKARTA UTARA • Sulit berkembang lebih jauh kecuali ada peremajaan kota ataupun ekspansi lahan (reklamasi) • Ouput per kapita bruto Rp 3,36 m (proyeksi 2005) • jumlah penduduk 1,82 jt jiwa (proyeksi 2005) JAKARTA PUSAT • Merupakan daerah yang terbatas untuk dikembangkan; sebagian merupakan perumahan ‘high class’ dan apartemen di Jakarta • Pusat perdagangan dan jasa masih cukup dominan • Output per kapita bruto Rp 13,48 m (proy. 2005) • Jumlah pnddk 1,10 jt jiwa (proyeksi 2005) JAKARTA TIMUR • Akan dikembangkan sebagai pusat perindustrian dan pergudangan ke arah timur- Bekasi • Masih banyak tanah yg tersedia untuk pembangunan • Output per kapita bruto Rp 4,42 m (proy. 2005) • Jumlah pnddk 2,80 jt jiwa (proyeksi 2005) JAKARTA SELATAN • Masih banyak tanah yang dapat dikembangkan, dititikberatkan menjadi daerah resapan air • pemukiman terbatas masih dimungkinkan • Output per kapita bruto Rp 7,17 m (proy. 2005) • Jumlah pnddk 2,32 jt jiwa (proyeksi 2005) JAKARTA BARAT • Pusat perdagangan dan industri dikembangkan di daerah yang berbatasan dengan Jakrta Utara dan Pusat • Pemukiman banyak dikembangkan ke arah barat- Tangerang • Tangerang telah menjadi daerah tertutup untuk industri • Output per kapita bruto Rp 4,73 m (proy. 2005) • Jumlah pnddk 2,53 jt jiwa (proyeksi 2005) Sumber: Chotib - LD FEUI, 1999

“J” shape daerah masy. kelas atas

Serpong/Bintaro Teluk Naga / Batu Ceper Reklamasi/ waterfront city Pulogadung / Cakung Depok/ Cimanggis Cilangkap/ Cibubur Kota Bogor dan sekitarnya Cibinong/ Citeureup

Kajian untuk Jakarta • Wilayah Jakarta Utara dan Pusat sulit untuk dipenetrasi karena secara praktis bukan target area yang tepat untuk BPRS • Wilayah Jakarta Barat sulit untuk berkembang ke arah Tangerang kecuali untuk perumahan real estate kelas menengah-atas  Serpong/Bintaro (daya tarik sebagai daerah industri kalah baik dibandingkan wilayah timur) • Wilayah timur berkembang cukup pesat sebagai daerah industri dan multipliernya sehingga menarik masyarakat / industri kelas bawah dan menengah • Wilayah selatan menjadi pilihan tempat pemukiman baru bagi kalangan masy. SES bawah-menengah (terutama untuk masyarakat pekerja)  Pilihan cenderung untuk wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan Kajian Jabodetabek • Wilayah Tangerang relatif sulit berkembang ketimbang Bekasi, khususnya dikaitkan dengan perkembangan daerah industri. Multiplier sektor industri ini akan menjadi daya tarik masyarakat khususnya kelas bawah-menengah dan industri UMKM • Wilayah sebelah selatan yaitu Depok dan Bogor akan memperoleh dampak “spill-over” dari perkembangan Jakarta yang semakin mahal biaya hidupnya dan pergusuran. Walaupun ada gejala ‘back- wash’ dari penduduk pinggiran Jakarta dan sekitarnya tetapi gejala ini umumnya untuk masy. kelas menengah-atas dan tinggal di apartemen-apartemen di Jakarta.  Pilihan cenderung untuk wilayah Bekasi dan Depok/Bogor

Pengang guran Tabungan terbatas Kurang modal Produktifi tas rendah Pendapatan /kapita rendah Daya beli rendah Pertmbhn eko. rendah Keluarga besar Laju kelahiran tinggi Permintaan tenga kerja tinggi Output/ pekerja kurang Pendidikan kurang Kemiskinan Perumahan tak layak Kondisi hidup tak sehat Kesehatan buruk Kurang gizi Diet jelek Ouput pertanian kecil Sedikit input modern

Peningkatan Social Capital Otomatis Meningkatkan Kapasitas Creating Value