Peta Topografi
PETA TOPOGRAFI Sebuah peta yang memperlihatkan, bentuk, penyebaran roman muka bumi dan dimensinya
ROMAN MUKA BUMI Relief yang meliputi gunung, bukit, lembah, dataran, tebing dan sejenisnya Drainase (pola aliran air), termasuk di dalamnya laut, sungai, danau, rawa, terusan Culture ( hasil rekayasa manusia ) yang meliputi kota, jalan antar kota, jalan antar desa, jalan setapak, rel kereta api, lapangan terbang, pelabuhan laut, batas daerah dan nama tempat serta sejenisnya
Peta topografi Gambaran vertikal (proyeksi orthogonal) dari penggambaran angka-angka hasil pengukuran geodetik di lapangan. Teknik penggambaran peta topografi di mulai secara manual, berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi yang ditindaklanjuti dengan aplikai digitasi yang memanfaatkan program komputer.
Digital Elevation Model (DEM) surface
Peta topografi yang lengkap selalu disertai hal-hal sebagai berikut: (1). Skala peta, (2). Nomor lembar peta dan nama geografinya, (3). Deklinasi, (4). Kedudukan lembar peta terhadap lembar peta yang lain (bladwijzer = index to ajoining sheets), (5). Garis kontur, (6). Relief, drainase dan culture, (7). Legenda atau keterangan.
(1). Skala Peta Pada umumnya skala peta dituliskan di bagian bawah garis batas gambar peta. Cara menuliskan skala peta dapat dengan: Sistem equivalent: 1 inch = 1 mile Sistem grafis: 0------====1 km Sistem RF (Representative Fraction), yaitu ditunjukkan dalam perbandingan dengan angka misal: 1: 25.000, artinya jarak 1 cm di peta = 25.000 cm di lapangan = 250 meter (secara horizontal)
Perlu dicatat: Besaran nilai skala suatu peta topografi ini hanya berlaku untuk memperhitungkan ukuran panjang suatu satuan jarak antar tempat atau lokasi dalam tatacara teknik penggambaran pada selembar kertas. Besaran nilai skala, tidak berlaku dalam melukiskan tebal suatu garis dan sejenisnya. Misal tebal garis untuk jalan, lebar rel kereta api, lebar sungai tidak mungkin dilukiskan pada selembar kertas dengan mengikuti kaidah pengertian dan makna dari skala. Teknik penggambaran jalan, lebar rel kereta api, lebar sungai dan sejenisnya tersebut lebih ditekankan pada estetika atau kerapian dalam teknik penampilan sebuah peta.
Peta topografi terbitan P3G Peta topografi yang diterbitkan oleh P3G (Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi) untuk skala peta 1:25.000, ukuran panjang dan lebar (merupakan bentuk bujur sangkar, ukuran panjang = ukuran lebar) peta adalah 5’ (5 menit) yang identik dengan 9 km. Dengan demikian maka 1o = 60/5 x 9 km = 108 km.
Peta terbitan Bakosurtanal Untuk peta yang diterbikan oleh Bakosurtanal mempunyai bentuk empat persegi panjang (bukan bentuk bujur sangkar). Peta topografi yang diterbitkan oleh Bakosurtanal (kemudian disebut sebagai Peta Rupa Bumi = PRB), misal untuk skala 1: 250.000, ukuran panjang telah ditentukan 1o30’ dan ukuran lebar 1o. Dengan demikian pembagian peta terbitan Bakosurtanal untuk skala 1:250.000, ukuran panjang (arah timur-barat) adalah 1o30’ dan ukuran lebar (arah utara-selatan) adalah 1o, mempunyai bentuk empat persegi panjang (bukan bentuk bujur sangkar)
Tata Cara Pemberian Nomor Peta (Mengikuti Kesepakatan pada Bladwijzer) SKALA CONTOH PENOMORAN KETERANGAN 1: 1.000.000 NB 46 (Aceh); NB 47 (Aceh) Bladwijzer dari peta dunia internasional ( Hind 5.000) I-MEDAN; XI-PADANG; XIII-SURABAYA; XII-JAKARTA Petunjuk peta seluruh Indonesia AMS-INW SERIE 1301 1: 250.000 2-Serang; 8-Purwokerto: 14 Jogyakarta Bladwijzer dari Jawa, Madura dan , Hind 1046 1: 100.000 44/XL-PURWAKARTA 48/XLI-SURAKARTA 47/XLI-MAGELANG Bladwijzer Jawa Barat dan Jawa Tengah, Hind 643 1: 50.000 37/XXXIX-A Prangango; 41/ XLII-A-Tjidjulang Bladwijzer dari Jawa dan Madura (pembagian dengan huruf: a, b, c, d, e, f, g, h, i, k, l, m, n, o, p, q)
(2). Deklinasi Jarum kompas adalah jarum magnet, dan arah utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas adalah arah utara magnetic. Arah utara magnetic ini tidak berimpit dengan arah utara sebenarnya (arah utara geografis). Keduanya membentuk sudut yang besarannya berbeda-beda dari satu lokasi geografis yang satu dengan lokasi geografis lainnya, dan kadang-kadang berubah dari satu waktu ke lain waktu meskipun lokasinya sama. Sudut yang dibentuk antara arah utara magnetic dengan arah utara geografis (sebenarnya) disebut dengan istilah deklinasi.
Arah utara magnetic
Deklinasi Sudut yang dibentuk antara arah utara magnetic dengan arah utara geografis (sebenarnya)
Penulisan pada lembar peta Pada lembar peta, deklinasi dituliskan dengan magnetic declination. Nilai magnetic declination ini penting diperhatikan dalam penyesuaian kompas geologi yang akan dipakai di peta lembar itu. Petunjuk besarnya deklinasi pada peta topografi umumnya dituliskan pada bagian bawah lembar peta di sebelah kiri. Pada peta sering dituliskan sebagai berikut: Approximate mean declination 1943 for center of sheet: Annual magnetic change 3” increase.
Keterangan GN-Grid North; MN-Magnetic North; Sudut yang dibentuk antara GN dan MN adalah besarnya deklinasi. Supaya jarum kompas menunjukkan arah yang sesuai dengan arah utara geografis maka harus dilakukan koreksi deklinasi, dengan cara memutar piringan deklinasi.
(3). Kedudukan lembar peta terhadap peta yang lain dalam Bladwijzer (Index to adjoining sheets) Hal ini penting diperhatikan dalam mencari hubungan nomor lembar peta dari daerah yang bersangkutan dengan daerah yang bersebelahan atau sekeliling Lembar peta yang bersangkutan umumnya diberi warna yang lebih tampak, atau diarsir. Tulisan index`to adjoining sheets selalu dijumpai pada peta topografi yang lengkap, pada bagian bawah lembar peta sisi kanan. Apabila tidak ada keterangan yang lain, maka garis pinggir peta yang kedudukannya vertikal (tegak) selalu sejajar dengan arah utara (true north ), yang sering dituliskan sebagai Grid North. <Kode RBI_Bakosurtanal)
(4). Ekspresi Relief Garis kontur (contour lines) adalah garis yang merupakan tempat kedudukan titik-titik dipermukaan bumi yang berdekatan dan mempunyai nilai ketinggian yang sama terhadap bidang referensi. Sudah merupakan kesepakatan, bahwa bidang referensi ini dipergunakan permukaan laut sebagai titik nol. Namun demikian untuk kepentingan tertentu yang sifatnya khusus, bidang referensi tidak harus terhadap permukaan laut.
Penggambaran Peta Dalam sistem bladwijzer, peta suatu daerah pasti akan berdampingan dengan peta daerah yang berdekatan, oleh sebab itu, secara umum bidang referensi (datum plane) diambil dari ketinggian permukaan laut, dan dianggap sebagai titik 0 (nol). Untuk mengetahui tingkat ketelitian dalam penggambaran peta topografi, perhatikan garis-garis kontur di masing-masing lembar peta yang berdekatan. Penggambaran peta dengan tingkat ketelitian tinggi ditandai dengan garis kontur yang mempunyai nilai ketinggian sama, ditunjukkan bila peta topografi yang posisinya berdampingan disinggungkan pinggirnya, garis kontur yang mempunyai “nilai ketinggian sama” pasti bersambung. Dengan demikian, pola penggambaran garis-garis kontur dapat diartikan bahwa garis-garis kontur pada peta topografi akan menunjukkan tinggi dan rendahnya suatu daerah.
TEKNIK PENGGAMBARAN RELIEF Teknik penggambaran relief pada peta-peta yang dimanfaatkan oleh para pemerhati ilmu kebumian, maka disuguhkan dengan berbagai model yaitu dengan: (a). Garis-garis kontur (b). Garis-garis tinting (c). Bayangan (shading) (d). Garis hachures
(a). Garis-garis kontur Peta dengan garis kontur umum dipergunakan sebagai peta dasar dalam membuat peta geologi karena diyakini lebih praktis. Nilai ketinggian suatu tempat dapat diketahui dengan pasti dan cepat, Warna yang dipergunakan untuk menggambar peta topografi dapat dan dibenarkan hanya satu yaitu warna hitam di atas kertas yang berwarna putih. Disamping itu notasi-notasi geologi yang lain baik itu merupakan symbol struktur geologi, symbol lithologi dan symbol lainnya, misalkan jalan, sungai tidak “tenggelam” dalam peta topografi dengan model garis kontur. Anda juga dipermudah dalam membaca peta geologi.
(a). Garis-garis kontur… Dengan adanya nilai absolute besaran ketinggian garis kontur pada peta topografi, anda juga menjadi dipermudah dalam membuat garis profil (profile line) topografi pada sayatan geomorfologi atau pada sayatan atau penampang geologi. Garis kontur merupakan suatu garis sifatnya harus tertutup (bersambung) baik dalam dimensi lokal ataupun dimensi regional. Itulah sebabnya mengapa dalam teknik penggambaran peta topografi, garis-garis kontur dilukiskan hingga pada pinggir peta. Namun demikian, hal ini tidak berlaku apabila dalam satu lembar peta terdapat daratan yang berbatasan dengan laut.
Perhatikan cara menuliskan angka nilai ketinggian garis kontur
Peta Dasar Pemetaan Geologi Mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, peta topografi dengan garis kontur ini-lah yang disarankan untuk dipergunakan sebagai peta dasar untuk membuat peta geologi. Dengan demikian peta geologi yang dihasilkan akan mudah dibaca, sehingga tujuan membuat peta agar mempermudah pemakai peta dapat tercapai.
(b). Garis-garis tinting Menunjukkan ketinggian suatu tempat dengan garis-garis lengkung (yang cara penggambarannya mirip dengan garis kontur) yaitu merupakan garis-garis lengkung yang melingkar tertutup dan memusat. Garis-garis lengkung tersebut tidak ada besaran nilai ketinggian (seperti yang tampak pada garis kontur) Pada peta yang dicetak asli (bukan hasil foto copy-hitam putih) garis-garis tersebut digambarkan dengan warna coklat, makin kearah tempat dengan topografi yang lebih tinggi garis-garisnya menjadi semakin tebal dan semakin rapat sehingga tampak sebagai warna yang tampak gelap karena demikian rapatnya garis-garis lengkung itu, Sedangkan makin ke arah daerah dengan angka ketinggian makin kecil dipakai warna yang bertendesi kuning tua. Garis-garis lengkung ini (pada peta dengan garis-garis tinting sebagai petunjuk nilai ketinggian) tampak indah dan menarik untuk dilihat. Namun, apabila peta dengan model ini dipergunakan sebagai peta dasar untuk menggambar peta geologi akan dapat menimbulkan kerancuan dengan notasi yang dipergunakan sebagai symbol lithologi
(b). Garis-garis tinting… Garis-garis yang menunjukkan batas satuan batuan atau batas formasi batuan, tanda-tanda strike dan dip, gari-garis patahan, tanda-tanda struktur geologi antara lain garis symbol antiklin dan sinklin akan dapat “tenggelam” sehingga peta geologi yang dihasilkan akan sulit untuk dibaca Penggambaran garis profil (profil line) topografi tidak akan dapat dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Dengan demikian, garis profil sayatan geologi atau pada sayatan geomorfologi lebih memanfaatkan pada konsep pendekatan. Menunjukkan ketinggian banyak tempat dengan garis-garis tinting, pada umumnya dipergunakan pada peta topografi dengan skala kecil, misalnya skala 1:50.000.000.
(b). Garis-garis tinting… Peta topografi dengan garis-garis tinting dapat dilihat pada: School Atlas Der Gehele Aarde Herzien Door P.Eibergen, diterbitkan Bij J.B Wolters’ Uitgeversmaatchapaij N.V.-Groningen-Batavia (1947), misalnya pada hal.18, De Alpen, schaal 1:250.000; hal.29, Azie, schaal 1:30.000.000; hal. 32, De Grote Ocean, schaal 1:60.000.000. Atlas Indonesia dan Dunia disusun oleh Chamzawi dan Wibisono, diterbitkan oleh CV.Pradika (1983); hal.26, Sulawesi, skala 1:4.500.000; hal.37, Irian Jaya, skala 1:4.820.000; hal. 42. Asia,skala 1:50.000.000.
(b). Garis-garis tinting… Hal yang perlu diperhatikan bila akan menunjukkan besaran nilai ketinggian suatu tempat dengan mempergunakan garis-garis tinting antara lain: Pemakai peta akan mengalami kesulitan dalam membacanya. Pada peta dengan model ini anda akan mengalami kesulitan pada saat akan menentukan besaran nilai ketinggian suatu tempat. Peta dengan model tinting terbatas dipergunakan pada daerah yang berbukit-bukit atau pada daerah gunung api. Pada puncak gunung api garis-garis tersebut seolah-olah saling merapat dan akhirnya menyatu dan menghasilkan warna yang relatif gelap.
(b). Garis-garis tinting… Peta topografi dengan model ini, tidak pernah dipergunakan sebagai peta dasar untuk melukiskan peta geologi, karena akan dapat “menenggelamkan” warna symbol lithologi dan notasi-notasi geologi lainnya. Bila penggambaran peta geologi mempergunakan peta dengan model ini sebagai peta dasar, salah satu tujuan peta geologi agar memberikan informasi dan kemudahan untuk dibaca menjadi tidak tercapai.
(c). Bayangan (shading) Sering disebut dengan nama Digital Elevation Model (DEM) Keberadaan shading yang digambarkan dengan variasi warna biru (biru pucat, biru muda, biru tua) akan tampak rancu dengan simbol-simbol lithologi. Sebagai contoh: pada peta yang besaran nilai ketinggian tempat ditunjukkan dengan shading pada berbagai variasi warna biru, akan rancu dengan simbol lithologi batugamping yang juga digambarkan dengan warna biru pada peta geologi.
Digital Elevation Model (DEM) surface
Topografi diperlihatkan dalam bentuk peta Bayangan (shading)
(c). Bayangan (shading)… Dengan peta model ini anda akan mengalami kesulitan pada saat menentukan nilai ketinggian suatu tempat. Penggambaran garis profil (profil line) topografi tidak akan dapat dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Dengan demikian, garis profil topografi pada sayatan geologi atau garis profil topografi pada sayatan geomorfologi digambar lebih dengan model konsep pendekatan. Menunjukkan ketinggian banyak tempat dengan garis-garis shading, pada umumnya dipergunakan pada peta topografi dengan skala kecil, misalnya skala 1:50.000.000.
(c). Bayangan (shading)… Peta topografi dengan model shading tidak pernah dipergunakan sebagai peta dasar untuk membuat peta geologi. Bila penggambaran peta geologi mempergunakan peta dengan model ini sebagai peta dasar, salah satu tujuan peta geologi agar memberikan informasi dan kemudahan untuk dibaca menjadi tidak tercapai.
(c). Bayangan (shading)… Peta yang menunjukkan ketinggian dengan shading dapat anda jumpai pada: ATLAS Indonesia dan Dunia, yang disusun oleh Chamzawi dan Wibisono, diterbitkan oleh CV.Pradika, Jakarta tahun 1983, misal peta Jawa Barat, skala 1:1.474.000; atau Peta Azie, Schaal 1: 30.000.000, (hal 29), yang dimuat dalam Scholl Atlas Der Gehele Aarde, Herzien Door P.Eibergen, diterbitkan Bij J.B. Wolters Uitgeversmaatschappij NV- Groningen, Batavia, tahun 1947.
(c). Bayangan (shading)… Apabila diperhatikan lebih lanjut menunjukkan besaran nilai ketinggian tempat dengan tinting dan dengan shading dilakukan secara kombinasi. Hal ini dapat ditemukan pada peta-peta yang digambarkan pada Atlas Indonesia dan Dunia (1983) dan School Atlas Der Gehele Aarde (1947).
(d). Garis hachures Menunjukkan ketinggian suatu tempat dengan garis lurus setrip-setrip yang memusat. Garis-garis inilah yang disebut sebagai garis hachures. Pada peta yang asli garis-garis tersebut digambarkan dengan warna coklat, makin ke arah tempat yang secara topografis menjadi lebih tinggi garisnya menjadi semakin tebal dan semakin rapat. Apabila peta tersebut difoto copy garis-garis tersebut akan tampak dengan warna hitam di atas lembaran kertas sebagai dasar berwarna putih. Garis-garis ini akan tampak rancu dengan notasi yang dipergunakan sebagai symbol lithologi pada peta geologi. Pemakai peta geologi akan mengalami kesulitan dalam membacanya.
(d). Garis hachures… Pada peta dengan model ini anda akan mengalami kesulitan pada saat anda menentukan besaran nilai ketinggian suatu tempat. Peta dengan model hanchurs terbatas dipergunakan pada daerah yang berbukit-bukit dan gunung api. Menunjukkan ketinggian banyak tempat dengan garis-garis tinting, pada umumnya dipergunakan pada peta topografi dengan skala kecil, misalnya skala 1:50.000.000.
Penggunaan hachures Saat ini peta topografi dengan model garis hachures tidak pernah diterbitkan lagi. Peta dengan model ini, tidak dipergunakan sebagai peta dasar untuk menggambar peta geologi, karena akan dapat “menenggelamkan” warna yang dipergunakan untuk symbol lithologi dan notasi geologi yang lain. Bila penggambaran peta geologi mempergunakan peta dengan model ini sebagai peta dasar, salah satu tujuan peta geologi agar memberikan informasi dan kemudahan untuk dibaca menjadi tidak tercapai.
Peta model hachures
(6). Kultur Kultur dalam bahasa aslinya (yaitu bahasa Inggris) disebut dengan kata culture dimaksudkan suatu bentukan fisik sebagai hasil budaya atau kinerja manusia. Yang termasuk kultur dalam konteks peta topografi antara lain: Keberadaan desa, jalan antar kota, jalan antar desa, rel kereta api, lapangan terbang, pelabuhan, tempat-tempat bersejarah, bendungan, makam, tempat penambangan, tempat sumur minyak bumi dan sejenisnya, yang selalu menyertai dalam penggambaran sebuah peta topografi. Kultur tersebut tidak mempunyai peran yang signifikan pada peta geologi yang dihasilkan. Oleh sebab itu tanda-tanda atau gambar atau legenda atau keterangan yang berkaitan dengan kultur disarankan tidak perlu ditulis kembali pada uraian atau keterangan lebih lanjut pada penyuguhan peta geologi, dengan asumsi seorang geologist sudah harus dan wajib mengetahui semua arti dan makna dari gambar-gambar kultur tersebut. Saran ini dipertimbangkan agar peta geologi yang dihasilkan menjadi ringkas namun tetap informatif.
MAKNA VARIASI GARIS KONTUR PADA INTERPRETASI GEOLOGI Dari tampilan garis-garis kontur yang tergambarkan pada peta topografi, seorang geologist sudah mampu menginterpretasi kesulitan yang akan dihadapi pada saat melakukan penelitian di lapangan. Penyuguhan peta topografi dengan garis-garis kontur dapat dimanfaatkan untuk melakukan interpretasi: Keadaan topografi suatu daerah, Tingkat keragaman resistensi batuan di suatu daerah, Jenis batuan penyusun lithologi yang tersingkap, Kemungkinan adanya strukur perlipatan atau patahan.
Makna Peta Topografi Interpretasi peta topografi akan menjadi lebih mendekati kebenaran dan memiliki validitas tinggi, bila didampingi atau dikombinasi dengan hasil interpretasi foto udara. Kenampakan peta topografi yang besaran nilai ketinggian tempat digambarkan dengan garis-garis kontur, dan setelah dilukiskan secara keseluruhan pada selembar kertas dapat dimanfaatkan oleh geologist untuk melakukan interpretasi keadaan geologinya suatu daerah. Teknik pendekatan analisa ini sering disebut dengan istilah Teknik Interpretasi Peta Topografi.
Beberapa model teknik interpretasi yang dapat dilakukan Gambaran bukit-bukit yang relatif kecil dengan garis-garis kontur terpusat dan mempunyai titik-titik ketinggian di beberapa lokasi yang posisinya tersebar secara merata di permukaan bentang alam, menunjukkan penyebaran batugamping non klastik. Kenampakan yang demikian dikenal dengan istilah topografi karts. Perhatikan peta topografi lembar Wonosari, Jogyakarta dan tampalkan dengan peta geologinya. Kenampakan sinkhole dan telaga-telaga yang terisolasi, dapat dipakai sebagai indikator pelamparan batugamping. Cermati peta topografi lembar Wonosari, Jogyakarta, atau lembar Pacitan, Jawa Timur dan tampalkan dengan peta geologinya. Kenampakan danau yang cukup luas dan terisolasi, dapat dipakai sebagai indikator pelamparan batugamping. Cermati peta topografi lembar Ayamaru, Papua dan tampalkan dengan peta geologinya.
Beberapa model teknik interpretasi… Kenampakan danau yang cukup luas pada daerah tinggian, dapat dipakai sebagai indikator pelamparan batuan volkanik atau batuan pyroklastik. Cermati peta topografi lembar Ambarawa, Jawa Tengah (dengan danau Rawapening-nya); peta topografi lembar Kintamani, Bali (dengan danau Batur-nya); dan peta topografi lembar Pematangsiantar (dengan danau Toba-nya) Garis-garis kontur yang searah dan rapat kadang-kadang dapat menunjukkan daerah jalur patahan. Perhatikan peta topografi lembar Padangsidempuan, Sumatera, dan tampalkan dengan peta geologinya. Garis-garis kontur yang relatif renggang, merupakan daerah dataran dengan jenis lithologi yang relative lunak. Cermati peta topografi lembar Jogyakarta, Jawa Tengah, dan tampalkan dengan pet geologinya.
Beberapa model teknik interpretasi… Bukit yang relatif besar, dengan garis kontur yang letaknya saling merapat ke arah topografi tinggi, merupakan penyebaran batuan volkanik atau gunung api. Perhatikan peta topografi lembar Magelang, Jawa Tengah, dan tampalkan dengan peta geologinya. Daerah tubuh sungai yang memanjang dengan garis kontur yang letaknya relatif lurus dan rapat, kadang-kadang menunjukkan jalur daerah patahan. Perhatikan peta topografi lembar Jogyakarta, Jawa Tengah, pada Sungai Opak, dan tampalkan dengan peta geologinya. Daerah perbukitan memanjang dengan letak garis kontur yang relative lurus dan agak renggang namun merupakan garis-garis tertutup kadang-kadang mencirikan sebagai daerah perlipatan. Perhatikan peta topografi lembar Jatirogo, Jawa Timur, dan tampalkan dengan peta geologinya.
Beberapa model teknik interpretasi… Daerah yang membentuk depresi dengan ukuran yang cukup luas sehingga tampak sebagai kaldera merupakan penyebaran batuan volkanik. Perhatikan peta topografi lembar Malang, Jawa Timur (dengan kaldera G.Tengger-nya) dan tampalkan dengan peta geologinya. Garis kontur yang rapat dan memanjang sehingga tampak mengekspresikan tebing yang terjal, merupakan daerah gawir patahan. Perhatikan peta topografi daerah Baturagung, Klaten, Jawa Tengah. Garis kontur yang rapat di sepanjang pantai akan mengekspresikan pantai dengan tebing yang terjal, sebagai tanda abrasi gelombang laut yang kuat. Tempat seperti itu tidak layak untuk pembangunan pelabuhan laut.
Beberapa model teknik interpretasi… Garis kontur yang terbuka ke arah kiri dan atau ke arah kanan di pinggir pantai, mengekspresikan sebagai muara sungai yang cukup besar dengan tingkat sedimentasi cukup tinggi. Perhatikan peta topografi lembar Jogyakarta, pada muara sungai Progo Disepanjang sungai yang besar dengan pulau-pulau kecil di dalamnya dan meander yang tampak di pinggiran sungai mengekspresikan endapan alluvial yang cukup subur namun rawan terjadinya bahaya kebanjiran. Perhatikan peta topografi Jawa Tengah (dengan Sungai Bengawan Solo-nya). Peta topografi dengan sungai yang bermeander dalam jumlah banyak menunjukkan penyebaran endapan alluvial. Pertahatikan peta topografi lembar Kalimantan (dengan Sungai Mahakam-nya).
Akurasi intertretasi peta Namanya juga interpretasi, kadang-kadang belum tentu sesuai seratus persen dengan kenyataan yang ada di lapangan, namun demikian sudah dapat memberikan gambaran pada anda sebagai geologist, berbagai bentuk gejala-gejala geologi yang nantinya akan anda temukan di lapangan. Interpretasi peta topografi ini akan lebih teliti apabila didampingi dengan hasil interpretasi foto udara daerah yang bersangkutan. Dengan mengenal relief dan rona, anda sudah dapat melakukan interpretasi awal jenis struktur geologi dan jenis lithologi yang akan ditemui di daerah tersebut.
Akurasi interpretasi peta… Perlu diingat, kemampuan melakukan interpretasi peta topografi dan interpretasi foto udara salah satu diantaranya ditentukan oleh pengalaman lapangan selama anda berprofesi sebagai geologist. Perlu disadari betul bahwa pengalaman tidak akan datang sekejab seperti anda mendapatkan titik-titik air hujan, makin sering ke lapangan akan makin banyak pengalaman yang kadang-kadang belum pernah anda dijumpai di buku pustaka. Pengalaman merupakan guru yang terbaik adalah merupakan suatu kenyataan
Interpretasi Peta
Perkembangan teknologi Teknologi indera makin lama makin berkembang dan memberikan kemudahan bagi anda sebagai geologist. Tersedianya program Google Earth, yang dapat di-akses melalui computer via internet, telah memungkinkan anda mendapatkan gambaran secara garis besar tentang struktur geologi dan variasi tingkat resistensi lithologi suatu daerah. Untuk melakukan interpretasi kenampakan geologi dengan Google Earth dilakukan secara bertahap dan sistimatis. Dari Google Earth dapat diperoleh keterangan mengenai kedudukan koordinat (letak lintang dan bujur suatu tempat) serta ketinggian suatu tempat serta kenampakan geologi lainnya. Geologist yang mempunyai “banyak pengalaman lapangan dan banyak jam terbang”, mampu membaca tampilan geologi suatu daerah via Google Earth.
Perkembangan teknologi… Dengan remote sensing dimungkinkan anda sebagai seorang geologist yang telah banyak “makan garam”, mampu membuat deliniasi kontak atau batas lithologi dan deliniasi struktur geologi baik merupakan patahan atau perlipatan. Tersedianya teknologi Econos, memungkinkan penelitian geologi mendapat berbagai kemudahan. Daya tangkap Econos sangat teliti, hal ini dapat dibuktikan antara lain singkapan lithologi yang luasnya 10 meter persegi dapat diidentifikasi, struktur patahan, struktur perlipatan tampak sangat nyata atau kendaraan yang panjangnya 5 meter saja dapat direkam. Perlu dicatat, teknologi Econos memerlukan biaya yang tidak sedikit, namun akurasinya dapat diandalkan.
3.4. DRAINAGE PATTERN. Drainage pattern (pola aliran) sungai pasti tampak pada peta topografi, ataupun pada foto udara. Pola aliran sungai yang digambarkan pada peta topografi, atau tampilan pada foto udara meliputi sungai permanent dan sungai intermitten. Sungai permanent adalah sungai yang mengalirkan air sepanjang musim (baik pada musim kemarau ataupun pada musim hujan, tentu saja dengan besaran debitnya berbeda). Sungai intermitten adalah sungai yang hanya mengalirkan air pada musim hujan saja.
Kenampakan pola aliran sungai kaitannya dengan keadaan geologi suatu daerah Pada peta topografi selain garis kontur juga dicantunkan keberadaan sungai. Sungai merupakan ekspresi daerah dengan penyebaran lithologi yang lemah atau tingkat resistensi rendah, mudah tererosi. Zona patahan merupakan daerah yang lemah, ditempat tersebut akan terbentuk breksiasi, milonit. Keduanya merupakan bagian yang lemah dan mudah tererosi. Zona patahan biasanya pada peta topografi merupakan garis-garis yang relative lurus. Hal serupa kemudian akan terekspresikan sebagai sungai. Oleh sebab itu apabila pada peta topografi, atau pada foto udara, foto Econos, bahkan dalam peta topografi skala regional atau tampil dalam bentuk bentang alam pada Google Earth, kenampakan terjadinya sungai yang hampir lurus dapat dan kuat diduga merupakan suatu jalur patahan.
Kenampakan pola aliran sungai kaitannya dengan keadaan geologi … Patahan geologi yang dianggap “sudah mati” sangat mungkin dapat terjadi reaktivasi (aktif) kembali apabila ada trigger yang bersifat endogen (berasal dari dalam kulit bumi, misal kekuatan yang timbul akibat gempa tektonik). Sebagai contoh, patahan Sungai Opak (lihat peta geologi Lembar Jogyakarta) yang diyakini “telah mati”, terjadi reaktivasi sebagai akibat gempa tektonik Jogyakarta, yang terjadi pada hari Sabtu, tanggal 27 Mei 2006. Rumah-rumah yang dibangun di daerah lembah sekitar sungai Opak merupakan daerah yang paling parah mengalami kerusakan.
REPRODUKSI PETA TOPOGRAFI Apabila anda membeli peta topografi masa kini, yang dikenal sebagai PETA RUPA BUMI (diterbitkan oleh Bakosurtanal), dicetak dengan berbagai macam warna pada satu peta. Bila peta ini dipergunakan sebagai peta dasar untuk membuat peta geologi, akan menimbulkan sedikit masalah dalam menampilkan symbol-symbol peta geologi yang diekspresikan dengan warna (bukan dengan gambar-gambar). Dengan teknologi reproduksi atau foto copy muthakir yang telah dikembangkan, warna-warna pada PETA RUPA BUMI, dapat dihilangkan, sehingga yang tampak dan diperoleh adalah peta kontur dengan dasar kertas putih, tulisan huruf dan angka serta garis-garis penyertanya dapat diubah menjadi warna hitam termasuk warna garis konturnya. Peta hasil reproduksi ini dapat dipergunakan sebagai peta dasar untuk berbagai keperluan dalam membuat peta thematik, termasuk sebagai peta dasar untuk membuat peta geologi.
Peta Rupa Bumi terbitan Bakosurtanal (yang asli) Telah tercantum keterangan sebagai berikut: Gedung dan bangunan lain meliputi: permukiman, bangunan, tempat bangunan sejarah, kantor pemerintah, menara, tambang, sumur bahan bakar, sumur gas`alam, pusat pembangkit listrik, kawat listrik tegangan tinggi, pipa bahan bakar. Perhubungan meliputi: jalan arteri-satu jalur, dua jalur, jalan kolektor, jalan sedang dibangun, jalan lain, jalan setapak, tambangan, jalan kereta api, stasiun, terowongan, lapangan terbang, lapangan terbang internasional, Relief dan titik kontrol meliputi: garis kontur, kontur indeks, garis kontur bantuan, tebing, batu-daerah pasir atau kerakal, tinggi titik, titik kontrol geodesi. Tumbuh-tumbuhan: meliputi: sawah, perkebunan, hutan, belukar, ladang. Batas administrasi meliputi: batas negara, batas propinsi, batas kabupaten atau kota, batas kecamatan, batas hutan lindung. Perairan meliputi: garis pantai, batu karang, terumbu, beting karang, sungai, air terjun, arah aliran, rawa, empang, penggaraman, danau, terusan atau saluran air, bendungan, tempat berlabuh, menara suar.
Penggunaan Peta Rupa Bumi Seiring giat membangun sarana dan prasarana fisik, sangat dimungkinan akan terjadi penambahan bangunan fisik yang lain. Misal yang semula terdapat hutan lindung pada suatu saat akan hilang; saat ini disuatu daerah tidak ada lapangan terbang internasional, dimasa mendatang akan dibangun; yang semula hutan kemudian berubah fungsi menjadi perkebunan; yang semula ladang berubah menjadi tempat permukiman; dan lain sebagainya. Dengan demikian maka Peta Rupa Bumi yang telah diterbitkan oleh Bakosutanal itu belum merupakan peta topografi “lengkap” dan final, yang pada suatu saat akan ditambahkan lagi dengan berbagai notasi, atau notasi yang telah ada menjadi berkurang. Walaupun demikian, Peta Rupa Bumi ini, masih dapat dipergunakan sebagai peta dasar untuk membuat peta geologi, dengan mengambil keterangan yang telah dicantumkan pada peta, namun sifatnya selektif. Berkaitan dengan hal tersebut nampaknya Peta Rupa Bumi yang sudah diterbitkan, pada suatu saat perlu dilakukan pengurangan atau penambahan atau penyempurnaan atau dengan kata singkat perlu di-revisi, disesuaikan dengan kondisi yang baru.
TEMPAT MEMPEROLEH PETA TOPOGRAFI Di Indonesia peta topografi dengan berbagai macam skala dapat diperoleh di Direktorat Geologi Bandung, Jalan Diponegoro 57 Bandung (sekarang disebut sebagai Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi Bandung = P3G Bandung), atau di Kantor Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) c.q. Pusat Pemetaan Dasar Rupa Bumi dan Tata Ruang, jln. Raya-Bogor,km.46, Cibinong, Jakarta, Indonesia, telephon/Fax: 021-87901254. Peta terbitan Bakosurtanal juga dapat dibeli di outlet peta Bakosurtanal di beberapa kota besar yang ada Perguruan Tinggi atau Universitas yang menyelenggarakan pendidikan disiplin ilmu kebumian, antara lain geologi, ataupun geografi. Di Jogyakarta, outlet tersebut bertempat di Ruko, Kompleks Puskesmas Depok, yang berada di sebelah utara Kompleks Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta.