Kemampuan ‘menantang’ terkadang disebut juga konfrontasi. Egan (2002) ketika kita sedang menyimak/memperhatikan, ‘menantang’ dapat berguna untuk menolong orang lain mengembangkan dan mengeksplorasi persepsi mereka Kita dapat membuat orang lain bekerja dengan informasi yang lebih banyak dan lebih baik, apabila kita ‘menantang’ persepsi yang sudah ada → memperluas dan mendalami sudut pandang internal sang pembicara. Challenging inconsistencies dan Possible distortions of reality kemampuan utama dalam menantang persepsi orang lain yang dapat kau masukkan dalam praktik kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain.
Ketidakkonsistenan yang biasa dilakukan dapat digolongkan menjadi beberapa kategori seperti: 1. ketidakkonsistenan antara verbal, suara, dan bahasa tubuh 2. ketidakkonsistenan antara kata-kata dan tindakan 3. ketidakkonsistenan antara pernyataan dahulu dan sekarang 4.ketidakkonsistenan antara pandanganmu dan pandanganku tentang dirimu 5. ketidakkonsistenan antara pandanganmu dan pandangan mereka tentang dirimu
Pembuatan suatu klarifikasi melalui tantangan yaitu dengan ‘menantang’ pernyataan lawan bicara dengan kemungkinan fakta yang berlawana Baik dilakukan ketika untuk mereka yang keadaannya sedang berada ‘di bawah’, merasa rendah diri atau pesimis sehingga mereka banyak mengutarakan pernyataan negatif.
Dengan memberikan respon klarifikasi yang bertentangan dengan pernyataan yang teman kita utarakan kita mengutarakan pandangan lain yang lebih positif dan menyangkal pandangan negatifnya itu Pada akhirnya bisa dijadikan pertimbangan olehnya dan mengajaknya untuk membuat suatu hal positif tersebut benar-benar terjadi.
1. Memulai dengan mengerti secara aktif. Selalu memulai respon kita dengan menunjukan bahwa kita telah mendengarkan dan mengerti pesan yang disampaikan oleh pembicara. Lalu kita bangun respon menantang 2. Jika mungkin, bantu pembicara untuk menantang diri mereka sendiri. Kita membiarkan pembicara untuk membuat kesimpulan sendiri dari apa yang telah dia sampaikan pada kita. 3. Jangan berbicara dengan tinggi hati.
4. Gunakan ‘otot’ yang minimal dalam menantang. Menantang hanya sebatas sesuai dengan kebutuhan agar tujuan kita tercapai. 5. Hindari suara dan gerakan tubuh yang mengancam. 6. Meninggalkan tanggung jawab akhir kepada pembicara. Membiarkan pembicara untuk menentukan apakah tantangan yang kita berikan sangat menolong mereka untuk menyampaikan eksplorasi mereka.