TUMPENG RUWATAN DAN FALSAFAH HIDUP JAWA Avi Meilawati
Tumpeng Ruwatan TUMPENG Robyong Urubing Damar Kresna Sangga Buwana Kendhit Kukuh Megana Gingsul
Tumpeng robyong Robyong (1937: 534) berarti alen-alen dianggo rerenggan ditata pating krenthil ‘lingkaran untuk hiasan ditata satu-satu’. Makna tumpeng robyong adalah ‘nasi dibentuk seperti kerucut untuk selamatan dengan hiasan-hiasan melingkar yang dipasang satu-satu’.
Tumpeng Urubing damar Urub (1937: 445) berarti gebyaring geni ‘nyala api’. Damar (1937: 64) berarti I. dilah, diyan; II. Blendoking wit kanggo nggilapake kayu. Damar dalam pemaknaan ini berarti ‘penerang’. Tumpeng urubing damar dimaksudkan sebagai ‘penerang kehidupan seperti halnya nyala api’
Tumpeng Kresna Kresna (1937: 251) berarti 1. Ireng, 2. Wage. Kresna dalam makna tumpeng berarti ‘hitam’. Tumpeng Kresna berarti ‘nasi dibentuk seperti kerucut untuk selamatan dengan diberi hiasan warna hitam’.
Tumpeng Sangga buwana Kata sangga dalam kamus Bausastra Djawa (1937: 544), mempunyai beberapa pengertian, yaitu: 1. Dicuwak saka ngisor, 2. Ditumpangake ing tangan, 3. Disanggemi bakal dianakake, 4. Dilakoni, 5. Ditahan, dilawan tumrap tindak peksa. wilanganing pari, 5 utawa 6 gedheng golongan pepanthan, sakabehe Pengertian sangga dalam pemaknaan tumpeng mengambil arti pertama yang bermakna ‘diletakkan di atas telapak tangan.’ Buwana (1937: 55) berarti: 1. Jagat, 2. Tanah kang jembar ‘bumi; tanah yang lapang’. Tumpeng Sangga Buwana berarti ‘nasi dibentuk seperti kerucut untuk selamatan dengan hiasan telur dadar diletakkan di bagian alas tumpeng seperti halnya penyangga bumi’.
Tumpeng Kendhit Kendhit (1937: 208) 1. Tali kang dianggo sabukan, 2. Corak putih kang ngubengi weteng, 3. Watesing mega ing gunung, 4. Ban, 5. Kalenan kang tengah. Pemaknaan kendhit dalam analisis ini mengambil arti ketiga, yaitu batas mega di gunung. Tumpeng kendhit berarti nasi dibentuk kerucut untuk selamatan dengan hiasan potongan buah kelapa sebagai kendhit/ corak putih atau batas mega di gunung.
Tumpeng Kukuh Kukuh (1937: 233) 1. Sentosa, ora gampang rusak, 2. Kenceng, puguh kekarepane. Arti kukuh yang diambil dalam pengertian ini adalah arti kedua, yaitu keinginan yang kuat. Tumpeng kukuh berarti nasi dibentuk seperti kerucut untuk selamatan dengan hiasan daun jati melambangkan niat yang kuat.
Tumpeng Megana Kata megana diartikan dengan janganan berasal dari kata dasar jangan (1937: 81) yang berarti lelawuhan nganggo ampas utawa duduh. Janganan berarti 1. sayuran, gegodhongan sing kena dijangan, 2. gudhangan, kuluban, 3. barang mas-inten sing dijanganake. Secara umum, megana berarti sayuran. Makna tumpeng megana adalah nasi dibentuk seperti kerucut untuk selamatan dengan menggunakan bermacam sayuran yang dicapur dengan parutan kelapa.
Tumpeng Gingsul Kata gingsul berarti ora prenah tumrap untu ‘keadaan tidak rapi pada gigi’ (1937: 146). Gingsul berasal dari kata gangsul yang berarti 1.Ora rampak, 2. Kliru, 3. Songol tumrap ujar (1937: 132). Sesuai makna leksikalnya, tumpeng gingsul berarti tumpeng yang tidak rapi, pada bagian tengah tumpeng ditambahkan telur ayam utuh (wawancara dengan informan dua tanggal 20 Maret 2009).
Filsafat Tumpeng
Tumpeng Robyong Variasi sayur yang menjadi hiasan tumpeng robyong menyimbolkan variasi manusia yang bermacam-macam bentuk maupun kepribadiannya. Variasi manusia tersebut menjadikan banyak perbedaan yang harus disikapi jika manusia berhubungan satu sama lain. Jika tidak menghargai perbedaan maka yang terjadi adalah adanya konflik. Filsafat hidup orang Jawa adalah menghindari konflik, maksudnya adalah bagaimana cara manusia saling menghargai adanya perbedaan sehingga masing-masing individu diharapkan dapat bersikap ngrumangsani, sehingga tercipta kehidupan yang harmonis dalam masyarakat.
Tumpeng Kresna Tumpeng kresna merupakan simbol warna hitam yang dalam kepercayaan Jawa merupakan perwujudan dari arinta puser (Partahadiningrat). Arinta puser merupakan salah satu dari empat saudara yang menyertai dalam kehidupan manusia yang bertugas menjaga suara. Empat saudara yang dimaksud adalah keblat papat yang terdiri dari kakang kawah, adhi ari-ari, arinta rah, arinta puser, kelima adalah pusat, yaitu diri manusia sendiri sebagai pelaku kehidupan (Hariwijaya, 2006: 98).
Tumpeng Kendhit Kendhit diartikan sebagai batas mega di gunung. Gunung merupakan simbol tempat dewa bersemayam, yang biasa disebut sebagai meru. Adanya batas di bagian atas tersebut menandakan tahap atas dalam proses pencarian ilmu kasampurnan yang menuju pada Manunggaling Kawula Gusti. Menurut Zoetmoelder (2000: 121),
Tumpeng Kukuh Tumpeng kukuh menandakan kesejatian rasa. Rasa sejati hanya didapatkan dengan usaha mempunyai niat yang kuat, keinginan yang kuat. Hubungan dengan falsafah hidup Jawa, jika sudah mencapai tingkatan atas dalam martabat tujuh, maka akan dapat merasakan rasa sejati, yaitu manunggaling kawula gusti.
Tumpeng Sangga buwana Tumpeng sangga buwana merupakan penyimbolan kedudukan manusia di antara makhluk ciptaan lain yang berada di dunia, baik makhluk hidup maupun alam beserta isinya. Manusia merupakan khalifah yang bertugas amangku bumi, menjaga bumi dari kerusakan. Semua yang terjadi di alam, bencana maupun ketentraman, kuncinya berasal dari tindakan manusia.
Tumpeng Urubing damar Tumpeng urubing damar juga disebut tumpeng pucuk Lombok abang karena di puncak tumpeng ditancapkan cabe merah. Tumpeng pucuk Lombok abang merupakan simbol dari sinar kehidupan. Cabe merah yang diletakkan di puncak tumpeng menyimbolkan damar atau obor sebagai penerang jalan menuju Tuhan. Maksudnya adalah agar manusia yang diruwat mendapatkan kemudahan dalam menjalani kehidupannya dengan mendapatkan sinar yang menerangi jalan yang awalnya gelap dan sulit dilalui menjadi terang dan mudah dilalui dengan bantuan sinar tersebut.
Tumpeng Megana Tumpeng megana merupakan kerata basa dari mergane bisa ana. Maksudnya adalah perwujudan dari segala sesuatu yang ada di dunia, bisa ada karena penciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Tumpeng megana berwujud tumpeng di bagian tengah, bagian pinggir adalah caruban sayur. Sayur yang dicampur adalah bayem, kecambah, dan kangkung. Maksud dari setiap sayur yang dicampur masing-masing adalah: bayem berasal dari kata ‘ayem’ maksudnya adalah orang yang diruwat mendapatkan ketentraman. Kecambah dalam bahasa Jawa disebut thokolan yang diambil dari kata thukul yang berarti tumbuh. Thokolan merupakan benih yang akan menghadirkan tanaman baru. Maksudnya adalah kehidupan seseorang akan lestari dengan hadirnya kehidupan baru. Kangkung merupakan tanaman yang dapat hidup di dua alam, yaitu di perairan dan di daratan. Maksud digunakan kangkung adalah agar manusia yang diruwat menjadi lebih tangguh dalam menjalani kehidupan, dapat menjalani cobaan dan halangan berupa apapun, dimanapun dia berada dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Gereh pethek atau ikan asin merupakan hewan yang hidup berkoloni di lautan. Hidup ikan asin ini selalu berkelompok, tak pernah hidup sendirian. Makna gereh pethek adalah agar manusia yang diruwat dapat hidup bergotong-royong diterima di masyarakat, karena gotong royong dalam masyarakat Jawa merupakan sumber kekuatan. Maksudnya, dengan bergotong-royong, kegiatan sesulit apapun dapat diselesaikan jika bersama-sama. Sebagai urap ‘bumbu yang dicampurkan’, digunakan parutan kelapa. Maksudnya adalah agar manusia yang diruwat dapat lebih berguna dalam masyarakat, seperti pohon kelapa yang berguna dari ujung daun, batang, buah, sampai akar dapat dimanfaatkan dalam hidup manusia (Partadiningrat).
Matur Nuwun