CARA BUDIDAYA SILVOFISHERY (CBS) Oleh: Ir. DARMAN ALAMSYAH, MMA. SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI RIAU PEKANBARU
PENDAHULUAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN SAAT INI TENGAH SERIUS MEWUJUDKAN PRINSIP BLUE ECONOMY DALAM PENGELOLAAN SUUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN. PRINSIP UTAMA DARI BLUE ECONOMY TERSEBUT DIANTARANYA ADALAH: 1). KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN (PRO-ENVIROMENT) KARENA MEMASTIKAN BAHWA PENGELOLAANNYA BERSIFAT ZERO WASTE; 2). MENJAMIN KEBERLANJUTAN (SUSTAINABLE); 3). MENJAMIN ADANYA SOCIAL INCLUSIVENESS; 4). TERCIPTANYA PENGEMBANGAN INOVASI BISNIS YANG BERAGAM ( MULTIPLE CASH FLOW).
WILAYAH PESISIR DAN LAUT INDONESIA MEMPUNYAI KEKAYAAN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVIERSITY) TERBESAR DI DUNIA, YANG TERCERMIN PADA KEBERADAAN EKOSISTEM PESISIR SEPERTI HUTAN MANGROVE, TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN DAN BERJENIS-JENIS IKAN, BAIK IKAN HIAS MAUPUN IKAN KONSUMSI (BAPPENAS, 2007 DALAM BADERAN, 2012). AKAN TETAPI AKIBAT PEMBANGUNAN, WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN YANG PADAT PENDUDUK DAN TINGGI INTENSITAS PEMBANGUNANNYA TERDAPAT BERBAGAI GEJALA KERUSAKAN LINGKUNGAN. SAAT INI, TERCATAT INDONESIA MEMPUNYAI HUTAN MANGROVE SELUAS 9,36 JUTA HEKTAR YANG TERSEBAR DI SELURUH INDONESIA. SEKITAR 48 PERSEN ATAU SELUAS 4,51 JUTA HEKTAR RUSAK SEDANG DAN 23 PERSEN ATAU 2,15 JUTA HEKTARE LAINNYA RUSAK BERAT (HTTP://INDOMARITIMEINSTITUTE.ORG). KERUSAKAN HUTAN MANGROVE DI INDONESIA SEBAGIAN BESAR DIAKIBATKAN OLEH ULAH MANUSIA. BAIK BERUPA KONVERSI MANGROVE MENJADI SARANA PEMANFAATAN LAIN SEPERTI PEMUKIMAN, INDUSTRI, REKREASI DAN LAIN SEBAGAINYA.
DEWASA INI, PENGELOLAAN LINGKUNGAN SECARA TERPADU DISINYALLIR TERBUKTI MEMBERIKAN PELUANG PENGELOLAAN YANG CUKUP EFEKTIF DALAM RANGKA MENYEIMBANGKAN ANTARA PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN PEMANFAATAN EKONOMI. SALAH SATU METODE REHABILITASI YANG MEMUNGKINKAN PERAN AKTIF MASYARAKAT ADALAH PENERAPAN TEKNOLOGI SILVOFISHERY. SILVOFISHERY ADALAH SISTEM PERTAMBAKAN TEKNOLOGI TRADISIONAL YANG MENGGABUNGKAN ANTARA USAHA PERIKANAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE, YANG DIIKUTI KONSEP PENGENALAN SISTEM PENGELOLAAN DENGAN MEMINIMALKAN INPUT DAN MENGURANGI DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN (MACINTOSH ET AL, 2002 DALAM SHILMAN, 2012). KESELARASAN EKOLOGI MERUPAKAN MASALAH LINGKUNGAN YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN LEBIH KARENA MENYANGKUT KEBERLANGSUNGAN HIDUP YANG KOMPLEKS DAN MELIBATKAN BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN. KEBERLANGSUNGAN HIDUP YANG KOMPLEKS DAPAT DILIHAT DARI BEBERAPA PARAMETER ANTARA LAIN PARAMETER TINGKAT BIODIVERSITAS (KEANEKARAGAMAN). HAL ITU DAPAT DIWUJUDKAN KETIKA LINGKUNGAN MENYEDIAKAN HABITAT YANG MASIH LESTARI. SEHINGGA DIPERLUKAN IMPLEMENTASI SISTEM PEMBANGUNAN YANG BERBASIS SUSTAINABLE ECOLOGY.
MENURUT WCED (1987) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ADALAH PEMBANGUNAN YANG MAMPU MEMENUHI KEBUTUHAN SEKARANG TANPA MENGABAIKAN KEMAMPUAN GENERASI YANG AKAN DATANG DALAM MEMENUHI KEBUTUHANNYA. DENGAN MELIBATKAN MANGROVE DALAM SISTEM TAMBAK, TENTUNYA AKAN MEMBERIKAN MANFAAT YANG LEBIH UNTUK LINGKUNGAN BAIK ITU DARI SEGI EKOLOGI MAUPUN DARI SEGI EKONOMI. DARI SEGI EKOLOGI, MANGROVE MEMILIKI PERAN YANG KOMPLEKS TERUTAMA SEBAGAI NURSERY GROUND, FEEDING GROUND DAN SPAWNING GROUND. ARTINYA, MANGROVE BERPERANAN PENTING SEBAGAI PENYEDIA HABITAT YANG BAIK BAGI EKOSISTEM PERAIRAN YANG KOMPLEKS UNTUK MEMPERTAHANKAN KELESTARIAN JENISNYA BAIK ITU BAGI BIOTA TERESTRIAL MAUPUN BIOTA AKUATIK SEHINGGA SECARA TIDAK LANGSUNG EKOSISTEM MANGROVE BERPERAN PENTING DALAM MENJAGA TINGKAT KELESTARIAN BIOTA ENDEMIK PESISIR TERSEBUT. SELAIN ITU, MANGROVE JUGA BERPERAN SEBAGAI PENYUMBANG NUTRIEN SEBAB SERASAH MANGROVE YANG TELAH JATUH DAN MEMBUSUK MENJADI PENYUMBANG SIKLUS BIOGEOKIMIA TERUTAMA SIKLUS NITROGEN YANG BERPERAN PENTING BAGI PERTUMBUHAN TUMBUHAN.
DALAM UPAYA MEMBANGUN INDONESIA SEBAGAI NEGARA PENGHASIL PRODUK PERIKANAN TERBESAR DI DUNIA PADA 2015, DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KKP TERUS MENGGENJOT SEKTOR-SEKTOR YANG MENUNJANG PROGRAM TERSEBUT. DARI TARGET SEKITAR 6,8 JUTA TON PADA 2011, DITINGKATKAN MENJADI 9,4 JUTA TON PADA 2012. BERBAGAI LANGKAH DAN STRATEGI TERUS DILAKUKAN PEMERINTAH. BAHKAN, SAMPAI 2014 AKAN DIGENJOT HINGGA 221 PERSEN DARI TOTAL AWAL SEKITAR 5,26 JUTA TON, MENJADI 16,89 JUTA TON UNTUK JENIS RUMPUT LAUT, PATIN LELE, NILA, IKAN MAS, GURAME, KAKAP, IKAN KERAPU, DAN BANDENG. JENIS PERIKANAN BUDIDAYA UNTUK UDANG AKAN TERFOKUS DI DAERAH ACEH, LAMPUNG, KEMUDIAN PANTAI UTARA, BALI, SUMBAWA SAMPAI LOMBOK, DAN SULAWESI SELATAN. INDONESIA AKAN BERUSAHA AGAR IKAN-IKAN HASIL BUDIDAYANYA BISA BERSAING UNTUK DI EKSPOR KARENA MAHALNYA IKAN LAUT MENJADIKAN ALTERNATIFE IKAN BUDIDAYA DIMINATI BANYAK MASYARAKAT, MULAI DARI IKAN DARI IKAN PATIN, LELE, GURAME, NILA, MAS, KAKAP, DAN BANDENG SEHINGGA INDONESIA BISA MENJADI NEGARA PENYUPLAI BENIH IKAN KE LUAR NEGERI (DIRJEN PERIKANAN BUDIDAYA KKP, 2012).
MODEL SILVOFISHERY YANG SEDANG DIKEMBANGKAN YL INVEST CO LTD BEKERJA SAMA DENGAN AKADEMI PERIKANAN SIDOARJO DI INDONESIA ADALAH MEMPERTAHANKAN VEGETASI MANGROVE SELUAS 60 PERSEN DAN AREA KOSONG YANG DIJADIKAN KOLAM UNTUK BUDIDAYA UDANG DAN IKAN BANDENG SELUAS 40 PERSEN. UNTUK TAHAP AWAL, LUAS AREAL TAMBAK UDANG YANG KITA JADIKAN MODEL SILVOFISHERY DI BINTAN SEKITAR 2 HEKTAR. SELUAS 60 PERSEN ATAU 120.000 METER PERSEGI DITANAMI BAKAU SEBANYAK 8.000 POHON. SISANYA 40 PERSEN ATAU 8.000 METER PERSEGI DIJADIKAN KOLAM/TAMBAK UNTUK TEMPAT BUDIDAYA UDANG DAN IKAN. SELANJUTNYA, KATA AKUNE YANG SUDAH 7 TAHUN MEMBERIKAN PENDAMPINGAN PENANAMAN BAKAU DI KAWASAN PESISIR DAN TAMBAK UDANG DI BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA. KETUA KELOMPOK TANI KHARISMA BINTAN, ADY INDRA PAWENNARI, MENYAMPAIKAN APRESIASINYA ATAS INOVASI PENGUSAHA JEPANG YANG TERGABUNG DALAM PERUSAHAAN YL INVEST CO LTD YANG MEMPERKENALKAN MODEL PENGEMBANGAN TAMBAK SILVOFISHERY YANG RAMAH LINGKUNGAN. KONSEP SILVOFISHERY PADA TAMBAK UDANG INI CUKUP BAGUS. JADI, UDANG DAN IKAN SEOLAH-OLAH HIDUP DI DALAM HABITAT ASLINYA. SATU SISI, PADA SAAT MUSIM PANAS, UDANG DAN IKAN DAPAT BERTEDUH DI BAWAH POHON BAKAU. DI SISI LAIN, AKAR POHON BAKAU MENYEDIAKAN MAKANAN ALAMI BAGI UDANG DAN IKAN, KATA ADY SEMBARI MENJELASKAN LUAS AREAL TAMBAK UDANG DAN IKAN BANDENG YANG DIKELOLA KELOMPOKNYA DI BINTAN MENCAPAI 100 HEKTAR (HTTP://BERITAENAK.WORDPRESS. COM/2013/02/04/JEPANG-JADIKAN-BINTAN-MODEL-PELESTARIAN-HUTAN-MANGROVE/) .
T U J U A N PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN/UDANG DI TAMBAK MELALUI KONSEP SILVOFISHERY, BERTUJUAN ANTARA LAIN: 1). MEMPENGARUHI DISAMPING SANGAT EFISIEN JUGA MAMPU MENGHASILKAN PRODUKTIVITAS YANG CUKUP BAIK DENGAN HASIL PRODUK YANG TERJAMIN KEAMANANNYA KARENA MERUPAKAN PRODUK ORGANIK (NON-CEMICAL). BUKAN HANYA ITU KONSEP INI JUGA MAMPU MENGINTEGRASIKAN POTENSI YANG ADA SEHINGGA MENGHASILKAN MULTIPLE CASH FLOW ATAU BISNIS TURUNAN ANTARA LAIN ADALAH BISNIS WISATA ALAM (ECO- TAURISM BUSINESS) YANG SANGAT PROSPEKTIF, PENGEMBANGAN UMKM PENGOLAHAN PRODUK MAKANAN DARI BUAH MANGROVE, DISAMPING BISNIS TURUNAN LAINNYA; 2). DAPAT MENGEMBANGKAN USAHA JENIS KOMODITAS PERIKANAN PADA SILVOFISHERY ANTARA LAIN : KAKAP, KERAPU, BANDENG, ATAU BARONANG, JENIS CRUSTASE (UDANG, KEPITING BAKAU DAN RAJUNGAN), KERANG-KERANGAN (KERANG HIJAU ATAU KERANG BAKAU); 3). SILVOFISHERY MERUPAKAN POLA PENDEKATAN TEKNIS YANG TERDIRI ATAS RANGKAIAN KEGIATAN TERPADU ANTARA KEGIATAN BUDIDAYA IKAN, UDANG ATAU USAHA KEPITING LUNAK, DENGAN KEGIATAN PENANAMAN, PEMELIHARAAN, PENGELOLAAN DAN UPAYA PELESTARIAN HUTAN MANGROVE.
PENATAAN LAHAN TAMBAK MODEL SILVOFISHERY KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGGALAKKAN KOMODITAS EKSPOR PERIKANAN, TURUT ANDIL DALAM MERUBAH SISTEM PERTAMBAKAN YANG ADA DALAM WILAYAH KAWASAN HUTAN. EMPANG PARIT YANG SEMULA DIGARAP OLEH PENGGARAP TAMBAK PETANI SETEMPAT, BERANGSUR BERALIH “KEPEMILIKANNYA” KE PEMILIK MODAL, SERTA MERUBAH MENJADI TAMBAK INTENSIF YANG TIDAK BERHUTAN LAGI (BRATAMIHARDJA, 1991 DALAM ANWAR DAN GUNAWAN, 2006). SILVOFISHERY PENGELOLAAN TERPADU MANGROVE-TAMBAK DIWUJUDKAN DALAM BENTUK SISTEM BUDIDAYA PERIKANAN YANG MEMASUKKAN POHON MANGROVE SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM BUDIDAYA YANG DIKENAL DENGAN SEBUTAN WANAMINA (SILVOFISHERY). SILVOFISHERY PADA DASARNYA IALAH PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASAN MANGROVE DENGAN CARA MEMBUAT TAMBAK YANG BERBENTUK SALURAN YANG KEDUANYA MAMPU BERSIMBIOSIS SEHINGGA DIPEROLEH KUNTUNGAN EKOLOGIS DAN EKONOMIS (MENDATANGKAN PENGHASILAN TAMBAHAN DARI HASIL PEMELIHARAAN IKAN DI TAMBAK. PEMANFAATAN MANGROVE UNTUK SILVOFISHERY SAAT INI MENGALAMI PERKEMBANGAN YANG PESAT, KARENA SYSTEM INI TELAH TERBUKTI MENDATANGKAN KEUNTUNGAN BAGI PEMERINTAH DAN NELAYAN SECARA EKONOMIS. FUNGSI MANGROVE SEBAGAI NURSERY GROUND SERING DIMANFAATKAN UNTUK KEPENTINGAN PENGEMBANGAN PERIKANAN (SILVOFISHERY).
DESAIN PENATAAN LAHAN TAMBAK MODEL SILVOFIHERY BERBASIS PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DAN PELESTARIAN EKOSISTEM MANGROVE. SUMBER DAYA PERIKANAN DI WILAYAH HUTAN MANGROVE SANGAT KAYA SEHINGGA SERING DIEKSPLOITASI SECARA BERLEBIHAN, MISALNYA DIJADIKAN LAHAN TAMBAK. SEBAGAI CONTOH AREA MANGROVE DI KABUPATEN BERAU TERUTAMA DI DELTA BERAU, BANYAK DIMANFAATKAN UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG. NAMUN SAYANGNYA BUDIDAYA TAMBAK DILAKUKAN DENGAN CARA MEMBUKA AREA MANGROVE, SEHINGGA FUNGSI EKOLOGIS EKOSISTEM MANGROVE HILANG. HAL INI DAPAT MENJADI ANCAMAN BAGI KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA PERIKANAN.
PENGELOLAAN KAWASAN MANGROVE MENGACU PADA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG, MAKA DASAR PENETAPAN SASARAN REHABILITASI KAWASAN MANGROVE DAN SEMPADAN PANTAI ADALAH SEBAGAI BERIKUT: A. KRITERIA SEMPADAN PANTAI ADALAH DARATAN SEPANJANG TEPIAN YANG LEBARNYA PROPOSIONAL DENGAN BENTUK DAN KONDISI FISIK PANTAI MINIMAL 100 METER DARI TITIK PASANG TERTINGGI KE ARAH DARAT (PASAL 14, KEPPRES NO. 32 TAHUN 1990); B. PERLINDUNGAN TERHADAP KAWASAN PANTAI BERHUTAN BAKAU DILAKUKAN UNTUK MELESTARIKAN HUTAN BAKAU SEBAGAI PEMBENTUK EKOSISITEM HUTAN BAKAU DAN TEMPAT BERKEMBANGBIAKNYA BERBAGAI BIOTA LAUT, DISAMPING SEBAGAI PERLINDUNGAN PANTAI DARI PENGIKISAN AIR LAUT SERTA PERLINDUNGAN USAHA BUDIDAYA DIBELAKANGNYA (PASAL 26, KEPPRES NO. 32 TAHUN 1990); C.KRITERIA KAWASAN PANTAI BERHUTAN BAKAU ADALAH MINIMAL 130 KALI NILAI RATA-RATA PERBEDAAN AIR PASANG TERTINGGI DAN TERENDAH TAHUNAN DIUKUR DARI GARIS AIR SURUT TERENDAH KE ARAH DARAT (PASAL 27, KEPPRES NO. 32 TAHUN 1990).
DI DALAM UNDANG-UNDANG NO DI DALAM UNDANG-UNDANG NO.27 TAHUN 2007 TENTANG PENGOLAHAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PADA BAGIAN KETIGA PASAL 9 AYAT 3 DIAMANATKAN BAHWA PERENCANAAN RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DILAKUKAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESERASIAN, DAN KESEIMBANGAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM, FUNGSI PEMANFAATAN DAN FUNGSI PERLINDUNGAN, DIMENSI RUANG DAN WAKTU, DIMENSI TEKNOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA, SERTA FUNGSI PERTAHANAN DAN KEAMANAN. MENURUT KUSMANA (2009), EKOSISTEM MANGROVE HARUS DIKELOLAH BERDASARKAN PADA PARADIGMA EKOLOGI YANG MELIPUTI PRINSIP-PRINSIP INTERDEPENDENSI ANTAR UNSUR EKOSISTEM, SIFAT SIKLUS DARI PROSES EKOLOGIS, FLEKSIBILITAS, DIVERSITAS DAN KOEVOLUSI DARI ORGANISME BESERTA LINGKUNGANNYA DALAM SUATU UNIT FISIK DAS DAN MERUPAKAN BAGIAN INTEGRAL DARI PROGRAM PWPLT (PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN TERPADU). ALTERNATIF PEMANFAATAN DAERAH PESISIR YANG BERSIFAT MULTIPLE-USE DIMANA MANGROVE SEBAGAI SALAH SATU UNSUR EKOSISTEMNYA. MENURUT TRIYANTO, DKK. (2012), BUDIDAYA SISTEM SILVOFISHERY DI DALAM AREA HUTAN MANGROVE MEMUNGKINKAN ADANYA BUDIDAYA PERIKANAN TANPA PERLU MENGKONVERSI AREA MANGROVE. DENGAN ALTERNATIF PENGELOLAAN SEPERTI INI DIHARAPKAN DAPAT MENINGKATKAN NILAI EKONOMI HUTAN MANGROVE, TANPA MENGANCAM FUNGSI EKOLOGISNYA.
UPAYA/AKSI DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN BEKERJASAMA DENGAN OISCA JEPANG DAN INSTANSI TERKAIT MISALNYA, SEJAK TAHUN 2003 TELAH MENANAM MANGROVE DI DESA BEDONO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. BAIK DI DAERAH PESISIRNYA SEBAGAI PEMECAH OMBAK MAUPUN DI SEKITAR TAMBAKNYA DENGAN MODEL SILVOFISHERY. KARENA DARI PENGALAMAN SEBELUMNYA SEPERTI DI KETAHUI, DESA PESISIR YANG BERADA DIPANTAI JAWA TENGAH ITU SEJAK TAHUN 1988 TERKENA ROB, EROSI, PENCEMARAN, KERUSAKAN MANGROVE. PADAHAL JAUH SEBELUMNYA (TAHUN 1974) TERJADI KERUSAKAN SEIRING DENGAN PERKEMBANGAN PERTAMBAKAN UDANG. DAMPAKNYA, SEJAK TAHUN 1988 AIR LAUT MERAMBAH PEMUKIMAN AKIBAT TERJADINYA EROSI PANTAI DI DESA BEDONO. HINGGA PADA TAHUN 1999 PENDERITAAN MASYARAKAT TERDAPAT PADA PUNCAKNYA YAITU DI DUSUN PANDAN SARI DAN DUSUN SENIK JUGA NYARIS TENGGELAM KERENA SELALU TERGENANG AIR LAUT, TERUTAMA JIKA LAUT PASANG KERUSAKAN INI TIDAK HANYA TERJADI PADA PEMUKIMAN, TETAPI JUGA TERJADI PADA PRASANA FISIK SEPERTI JALAN YANG MENGHUBUNGKAN DUSUN-DUSUN DI DESA BEDONO. ADAPUN AKTIVITAS DAN USAHA YANG DAPAT DILAKUKAN DI LAHAN TAMBAK, ADALAH:
ADAPUN AKTIVITAS DAN USAHA YANG DAPAT DILAKUKAN DI LAHAN TAMBAK, ADALAH: 1). KOMODITAS PERIKANAN (YANG DAPAT DIKEMBANGKAN) KOMODITAS PERIKANAN YANG SESUAI UNTUK BUDIDAYA DI AIR PAYAU KAWASAN MANGROVE ADALAH KEPITING BAKAU (SCYLLA SERRATA), IKAN BANDENG (CHANOS CHANOS), UDANG WINDU (PENAEUS MONODON), UDANG VANAMEI (PENAEUS VANNAMEI), IKAN PATIN (PANGASIUS PANGASIUS), IKAN KAKAP (LATES CALCARIFER), RUMPUT LAUT. SEDANGKAN KOMODITAS PERIKANAN YANG SESUAI UNTUK BUDIDAYA SILVOFISHERY DI KAWASAN MANGROVE ADALAH KEPITING BAKAU. KEPITING BAKAU MEMPUNYAI KARAKTERISTIK YANG SEDIKIT BERBEDA DENGAN KOMODITAS LAINNYA KARENA KEMAMPUANNYA UNTUK BERTAHAN HIDUP DALAM KONDISI KURANG AIR. OLEH KARENA ITU MEMBUDIDAYAKAN KEPITING TIDAK MEMERLUKAN TAMBAK YANG LUAS (TRIYANTO, DKK., 2012). 2). TANAMAN BAKAU (MANGROVE) PENANAMAN BENIH ATAU BIBIT MENGROVE DALAM SISTEM WANAMINA YAITU DENGAN MEMBUAT TAMBAK ATAU KOLAM DAN SALURAN AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN SEPERTI IKAN BANDENG, UDANG, DAN LAIN-LAIN. DENGAN DEMIKIAN TERDAPAT PERPADUAN ANTARA TANAMAN MANGROVE (WANA) DAN BUDIDAYA SUMBERDAYA IKAN (MINA). ADA BANYAK CARA DALAM MEMANFAATKAN MANGROVE SECARA LESTARI, DIANTARANYA ADA LIMA BENTUK UTAMA, YAITU: (A) TAMBAK TUMPANGSARI, DENGAN MENGKOMBINASIKAN TAMBAK DENGAN PENANAMAN MANGROVE; (B) HUTAN RAKYAT, DENGAN PENGELOLAAN YANG BERKELANJUTAN DENGAN SIKLUS TEBANG 15-30 TAHUN ATAU TERGANTUNG DARI TUJUAN PENANAMAN;
(C) BUDAYA MEMANFAATKAN MANGROVE UNTUK MENDAPATKAN HASIL HUTAN SELAIN KAYU SEPERTI KEGIATAN DKP (PEMERINTAH) DAN LPP MANGROVE (PEMERHATI) BERHASIL MEMANFAATKAN BUAH DAN DAUN MANGROVE SEBAGAI BAHAN BAKU BERAGAM MAKANAN KECIL DAN MINUMAN SIRUP KARENA BERDASARKAN PENELITIAN LABORATORIUM,BUAH MANGROVE MENGANDUNG GIZI SEPERTI KARBOHIDRAT, ENERGI, LEMAK, PROTEIN DAN AIR; (D) SILVOFISHERY (MINA HUTAN); (E) BENTUK KOMBINASI PEMANFAATAN MANGROVE YANG SIMULTAN (DIPOSAPTONO,S. DKK., 2009).
SILVOFISHERY KONSEP SILVOFISHERY INI DIKEMBANGKAN SEBAGAI SALAH SATU BENTUK BUDIDAYA PERIKANAN BERKELANJUTAN DENGAN INPUT YANG RENDAH (NOFIANTO,2008 DALAM MIASTO,2010). PENDEKATAN ANTARA KONSERVASI DAN PEMANFAATAN KAWASAN MANGROVE INI MEMUNGKINKAN UNTUK MEMPERTAHANKAN KEBERADAAN MANGROVE YANG SECARA EKOLOGI MEMILIKI PRODUKTIFITAS RELATIF TINGGI DENGAN KEUNTUNGAN EKONOMI DARI KEGIATAN BUDIDAYA PERIKANAN. SALAH SATU TEKNOLOGI YANG MENGACU PADA PRINSIP TERSEBUT ADALAH DENGAN MENERAPKAN SISTEM TAMBAK SILVOFISHERY. SILVOFISHERY ATAU YANG SERING DISEBUT DENGAN WANAMINA MERUPAKAN SUATU POLA AGROFORESTI YANG MEMADUKAN ANTARA MANGROVE DENGAN TAMBAK YANG DIWUJUDKAN DALAM BENTUK SISTEM BUDIDAYA PERIKANAN. ADA BEBERAPA TIPE TAMBAK SILVOFISHERY YANG SUDAH DITERAPKAN ANTARA LAIN: 1). TAMBAK SILVOFISHERY MODEL EMPANG PARIT; 2). KOMPLANGAN, 3). MODEL JALUR, 4) DAN TANGGUL. PADA TAMBAK MODEL EMPANG PARIT LAHAN UNTUK HUTAN BAKAU DAN EMPANG MASIH MENJADI SATU HAMPARAN YANG DIATUR OLEH SATU PINTU AIR. PADA MODEL KOMPLANGAN, LAHAN UNTUK HUTAN MANGROVE DAN EMPANG TERPISAH DALAM DUA HAMPARAN YANG DIATUR OLEH SALURAN AIR DENGAN DUA PINTU YANG TERPISAH UNTUK HUTAN MANGROVE DAN EMPANG. SELANJUTNYA ADALAH WANAMINA MODEL JALUR YANG MERUPAKAN HASIL MODIFIKASI DARI TAMBAK WANAMINA MODEL EMPANG PARIT DENGAN PENAMBAHAN SALURAN-SALURAN DI BAGIAN TENGAH YANG BERFUNGSI SEBAGAI EMPANG. SEDANGKAN UNTUK TAMBAK MODEL TANGGUL, HUTAN MANGROVE HANYA TERDAPAT DI SEKELILING TANGGUL. SEDANGKAN PADA TIPE JALUR ATAU MODEL KAO-KAO INI MANGROVE DITANAM PADA GULUDAN-GULUDAN. SELAIN MELIBATKAN MANGROVE, TAMBAK SILVOFISHERY YANG BERBASIS POLIKULTUR JUGA TELAH DITERAPKAN YAITU DENGAN MELIBATKAN PERAN RUMPUT LAUT MISALNYA DARI JENIS SARGASSUM SP YANG MENGHASILKAN DUA KEUNTUNGAN SEKALIGUS YAITU KEUNTUNGAN EKOLOGIS DAN KEUNTUNGAN EKONOMIS.
1). POLA EMPANG PARIT POLA EMPANG PARIT MERUPAKAN MODEL SILVOFISHERY YANG UMUM DIKEMBANGKAN DENGAN MEMBUAT SALURAN AIR TEMPAT MEMBUDIDAYAKAN/MEMELIHARA IKAN ATAUPUN UDANG. SALURAN AIR INI MENGELILINGI LAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUKSILVOFISHERY, SEDANGKAN TUMBUHAN MANGROVE DAPAT DITANAM DI BAGIAN TENGAH, SEHINGGA TERDAPAT PERPADUAN ANTARA TUMBUHAN MANGROVE (WANA/SILVO) DAN BUDIDAYA IKAN (MINA/FISHERY). KONDISI INI DAPAT DITERAPKAN PADA AREAL BEKAS TAMBAK YANG AKAN DIREHABILITASI DENGAN MEMANFAATKAN PELATARAN TAMBAK (BAGIAN TENGAH) UNTUK DITANAMI MANGROVE, SEDANGKAN BAGIAN CAREN ATAU PARIT TETAP DIBIARKAN SEPERTI SEMULA. DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM EMPANG PARIT INI, MAKA LAHAN YANG AKAN DIREFORESTASI DAPAT MENCAPAI SEKITAR 80% DARI LUASAN TAMBAK. PENANAMAN MANGROVE DAPAT DILAKUKAN DENGAN JARAK TANAM 1 X 1 METER ANTAR INDIVIDU MANGROVE (BENGEN 2000 DALAM MIASTO, 2010). NAMUN DEMIKIAN, MENURUT FITZGERALD (1997 DALAM MIASTO, 2010), KEPADATAN MANGROVE YANG DITANAM DAPAT BERVARIASI ANTARA 0.17-2.5 POHON/M2.
GAMBAR 1. POLA EMPANG SARI KEPADATAN VEGETASI YANG RENDAH COCOK DITERAPKAN UNTUK TAMBAK IKAN BANDENG, SEDANGKAN KEPADATAN VEGETASI YANG LEBIH TINGGI SESUAI UNTUK DITERAPKAN PADA BUDIDAYA UDANG DAN KEPITING BAKAU. JENIS MANGROVE YANG DITANAM UMUMNYA ADALAH BAKAU (RHIZOPHORA SP) ATAU DAPAT JUGA MENGGUNAKAN JENIS API-API (AVICENNIA SPP), (SHILMAN, 2012 ). KANAL UNTUK MEMELIHARA IKAN/UDANG BERUKURAN LEBAR 3-5 M DAN KEDALAMAN SEKITAR 40-80 CM DARI MUKA PELATARAN. DENGAN BERBAGAI MODIFIKASI DISAIN DASAR TERSEBUT, MAKA LUASAN PERAIRAN TERBUKA YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMELIHARA IKAN/UDANG DAPAT DISESUAIKAN HINGGA MENCAPAI 40-60%. BERBAGAI JENIS IKAN, SEPERTI BANDENG, KERAPU LUMPUR, KAKAP PUTIH, DAN BARONANG, SERTA UDANG DAN KEPITING BAKAU, DAPAT DIPELIHARA SECARA INTENSIF DI KANAL TERSEBUT. GAMBAR 1. POLA EMPANG SARI
2). MODEL KOMPLANG (SELANG-SELING) MODEL KOMPLANG MERUPAKAN SUATU SISTEM SILVOFISHERY DENGAN DESAIN TAMBAK BERSELANG-SELING ATAU BERSEBELAHAN DENGAN LAHAN YANG AKAN DITANAMI MANGROVE. LAHAN UNTUK MANGROVE DAN EMPANG TERPISAH DALAM DUA HAMPARAN YANG DIATUR OLEH SALURAN AIR DENGAN DUA PINTU AIR YANG TERPISAH. LUAS AREAL YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK SILVOFISHERY DENGAN MODEL INI DISARANKAN ANTARA 2-4 HA, SEHINGGA NANTINYA AKAN DIKEMBANGKAN UKURAN TAMBAK YANG STANDAR UNTUK MEMELIHARA IKAN/UDANG MINIMAL ADALAH 1 HA. MODEL INI MERUPAKAN SUATU METODE BUDIDAYA AIR PAYAU DENGAN INPUT YANG RENDAH DAN MENGHASILKAN DAMPAK NEGATIF YANG MINIMAL TERHADAP LINGKUNGAN (EKOSISTEM). SISTEM KOMPLANGAN YANG DITERAPKAN TEGAK LURUS DENGAN GARIS PANTAI MEMUNGKINKAN SEJUMLAH ALIRAN AIR TAWAR MENUJU KE MANGROVE DI DALAM AREAL GREENBELT. MODEL INI JUGA DAPAT MENJAGA KELIMPAHAN KEANEKARAGAMAN SUMBERDAYA ALAM HAYATI. DARI BEBERAPA PENJELASAN TERSEBUT, DIKETAHUI BAHWA SILVOFISHERY SISTEM EMPANG PARIT DAN KOMPLANGAN DAPAT DITERAPKAN UNTUK MENJAGA KELESTARIAN DAN FUNGSI KAWASAN MANGROVE DENGAN KEGIATAN BUDIDAYA PERIKANAN TETAP DAPAT BERLANGSUNG DI AREAL TERSEBUT.
GAMBAR 2. MODEL KOMPLANG SELANJUTNYA, DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN (2013) MENAMBAHKAN BAHWA PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN/UDANG DI TAMBAK MELALUI KONSEP SILVOFISHERY, DISAMPING SANGAT EFISIEN JUGA MAMPU MENGHASILKAN PRODUKTIVITAS YANG CUKUP BAIK DENGAN HASIL PRODUK YANG TERJAMIN KEAMANANNYA KARENA MERUPAKAN PRODUK ORGANIK (NON-CEMICAL). BUKAN HANYA ITU KONSEP INI JUGA MAMPU MENGINTEGRASIKAN POTENSI YANG ADA SEHINGGA MENGHASILKAN MULTIPLE CASH FLOW ATAU BISNIS TURUNAN ANTARA LAIN ADALAH BISNIS WISATA ALAM (ECO-TAURISM BUSINESS) YANG SANGAT PROSPEKTIF, PENGEMBANGAN UMKM PENGOLAHAN PRODUK MAKANAN DARI BUAH MANGROVE, DISAMPING BISNIS TURUNAN LAINNYA.
BEBERAPA MODEL SILVOFISHERY SECARA UMUM TERDAPAT TIGA MODEL TAMBAK SILVOFISHERY, YAITU; 1). EMPANG PARIT, 2).KOMPLANGAN, 3). JALUR/TANGGUL. GAMBAR 3. MODEL JALUR SELAIN ITU TERDAPAT PULA TAMBAK SISTEM TANGGUL YANG BERKEMBANG DI MASYARAKAT. 1). PADA TAMBAK SILVOFISHERY MODEL EMPANG PARIT, LAHAN UNTUK HUTAN MANGROVE DAN EMPANG MASIH MENJADI SATU HAMPARAN YANG DIATUR OLEH SATU PINTU AIR. 2). PADA TAMBAK SILVOFISHERY MODEL KOMPLANGAN, LAHAN UNTUK HUTAN MANGROVE DAN EMPANG TERPISAH DALAM DUA HAMPARAN YANG DIATUR OLEH SALURAN AIR DENGAN DUA PINTU YANG TERPISAH UNTUK HUTAN MANGROVE DAN EMPANG (BENGEN, 2003). 3). TAMBAK SILVOFISHERY MODEL JALUR MERUPAKAN HASIL MODIFIKASI DARI TAMBAK SILVOFISHERY MODEL EMPANG PARIT. PADA TAMBAK MODEL INI TERJADI PENAMBAHAN SALURAN-SALURAN DI BAGIAN TENGAH YANG BERFUNGSI SEBAGAI EMPANG. SEDANGKAN, 4). TAMBAK MODEL TANGGUL, HUTAN MANGROVE HANYA TERDAPAT DI SEKELILING TANGGUL. TAMBAK JENIS INI YANG BERKEMBANG DI KELURAHAN GRESIK
DAN KARIANGAU KODYA BALIKPAPAN. BERDASARKAN 3 POLA SILVOFISHERY DAN POLA YANG BERKEMBANG DI MASYARAKAT, DIREKOMENDASIKAN POLA SILVOFISHERY KOMBINASI EMPAT PARIT DAN TANGGUL.SELANJUTNYA MENURUT FITZGERALD AND WILLIAM,2002 DALAM SHILMAN (2012) MENJELASKAN BAHWA ADA BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM DESAIN KOLAM SILVOFISHERY ADALAH SEBAGAI BERIKUT: A). RASIO ANTARA MANGROVE AREA DAN AREA AIR KOLAM; B). RASIO ANTARA AREA AIR DAN PANJANG TANGGUL KOLAM (MENUNJUKAN LUAS AREA PRODUKSI DENGAN NILAI ONGKOS INVESTASI); C). RASIO LEBAR PINTU UNTUK MEMASUKAN BENIH ALAM DAN FLUSHING TAMBAK (50CM/HA); D). TIDAL FLUSHING RATE AND TIDAL FLUSHING RANGE; E). MENGALIRKAN AIR PADA KOLAM KETIKA AIR STAGNAN, YAITU TERJADI KADAR OKSIGEN RENDAH TERUTAMA PADA AIR BAGIAN BAWAH; F). UKURAN PANJANG DAN LEBAR KANAL DAN; G). POSISI LOKAASI, KEADAAN TANAH, KELIMPAHAN STOK ALAMI.
SEDANGKAN MENURUT CLOUGH ET. AL SEDANGKAN MENURUT CLOUGH ET.AL. (2002) DALAM SHILMAN (2012), UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADA TAMBAK SISTEM SILVOFISHERY, ADA BEBERAPA YANG PERLU DIPERHATIKAN YAITU : A).MENJAGA KEDALAMAN AIR KOLAM PADA KISARAN 1 METER DENGAN MENGURANGI LUMPUR YANG ADA, KETIKA LUMPUR SERING MENJADI PERMASALAHAN UTAMA 30 % DARI LUAS KOLAM HARUS DIGALI PADA KEDALAMAN 1,5 METER TERMASUK SALURAN PEMBUANGANNYA; B). MENGURANGI PERGANTIAN AIR KETIKA PANEN UDANG ALAM YAITU SETIAP 15 HARI SAAT PASANG PURNAMA, ATAU MENERAPKAN SIKLUS PANEN MENJADI 45-60 HARI, DENGAN MENGGANTI AIR PERMUKAAN SAJA DAN MEMASUKAN BIBIT UDANG PADA SAAT PASANG; C). MEMINIMALKAN EFEK YANG MERUGIKAN DARI PENGANGKATAN SEDIMEN PADA DASAR TERHADAP KOLAM DAN EKOSISTEM MANGROVE. IDEALNYA TANAH DARI LUMPUR KOLAM DITEMPATKAN PADA SATU AREA YANG LUAS UNTUK DIJADIKAN KEBUN TANAMAN; D).MELAKSANAKAN PENDEDERAN BENIH UDANG YANG BAIK, UNTUK PENAEUS MONODON DISIAPKAN 10-20% DARI LUAS KOLAM DILAKASANAKAN SELAMA 20-30 HARI DENGAN PEMBERIAN PAKAN SETIAP HARI BERUPA IKAN REBUS DAN TELUR. PADA KOLAM PEMBESARAN KEPADATAN 1-2 INDIVIDU/M2.
DENGAN MONITORING SETIAP 10-15 HARI, DIHARAPKAN PADA AKHIR PEMELIHARAAN SR BERKISAR ANTARA 30-40 PERSEN. UNTUK MANAJEMEN PEMELIHARAAN MANGROVE DISARANKAN BEBERAPA HAL MENGENAI PANANAMAN DAN PENJARANGAN SEBAGAI BERIKUT : A). PADAT PENANAMAN BERKISAR 7000-10.000 POHON/HA; B). UNTUK SELANJUTNYA PENJARANGAN PERTAMA DAPAT DILAKUKAN UMUR 7-8 TAHUN MENJADI 5000 POHON/HA; C).DAN PENJARANGAN YANG KEDUA PADA UMUR 12 TAHUN, YAITU MENJADI 2000 POHON PER HEKTAR; D). PANEN TOTAL DILAKUKAN PADA MANGROVE BERUMUR 18-20 TAHUN; E). PERBEDAAN UMUR TANAM DARI MASING- MASING PETANI ADALAH 2-4 TAHUN, YANG TIDAK KALAH PENTING ADALAH FLEXIBILITAS PENERAPAN HAL DI ATAS OLEH PARA PETANI; F). DIVERSIFIKASI TANAMAN DAN JENIS BUDIDAYA SANGAT DIMUNGKINKAN SESUAI KONDISI, MISALNYA PENANAMAN JENIS POHON BUAH YANG TOLERAN TERHADAP SALINITAS, ATAU JENIS POHON KAYU YANG LAIN, ATAU BUDIDAYA KEPITING BAKAU SELAIN BUDIDAYA UDANG DAN IKAN; G). LEBIH PENTING LAGI ADALAH REKOMENDASI STRATEGI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG UNTUK PEMANFAATAN TANAH DAN ALOKASI SUMBERDAYA YANG MENGAKIBATKAN PERUBAHAN TOPOGRAFI SEHINGGA MENYEBABKAN SEDIMENTASI DAN EROSI PADA MUARA SUNGAI.
MANFAAT DAN KEUNTUNGAN SILVOFISHERY A). MANFAAT: BEBERAPA MANFAAT YANG DAPAT DIPEROLEH DENGAN MENERAPKAN SILVOFISHERY, YAITU: 1).KONTRUKSI PEMATANG TAMBAK AKAN MENJADI KUAT KARENA AKAN TERPEGANG AKAR-AKAR MANGROVE DARI POHON MANGROVE YANG DITANAM DI SEPANJANG PEMATANG TAMBAK DAN PEMATANG AKAN NYAMAN DIPAKAI PARA PEJALAN KAKI KARENA AKAN DIRIMBUNI OLEH TAJUK TANAMAN MANGROVE 2).HASIL PENELITIAN MARTOSUBROTO DAN NAAMIN (1979) MENUNJUKKAN TERDAPAT HUBUNGAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA LUAS KAWASAN MANGROVE DENGAN PODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA DIMANA SEMAKIN MENINGKATNYA LUASAN MANGROVE MAKA PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA JUGA TURUT MENINGKAT. 3).SALAH SATU NILAI EKOLOGIS DARI EKOSISTEM MANGROVE TELAH DIGUNAKAN SEBAGAI PENGOLAH LIMBAH CAIR SEJAK 1990, PERCOBAAN LAPANGAN DAN EKSPERIMEN RUMAH HIJAU TELAH DI UJIKAN EFEK DARI PENGGUNAAN EKOSISTEM MANGROVE UNTUK MENGOLAH LIMBAH. HASIL DARI STUDI LAPANGAN DI PELESTARIAN SUMBERDAYA ALAM NASIONAL FUTIAN, CHINA, MENGINDIKASIKAN PENAMBAHAN KONSENTRASI POLUTAN DI LAHAN MANGROVE TIDAK MENYEBABKAN TERDETEKSINYA KERUSAKAN PADA TANAMAN MENGROVE, INVERTEBRATE BENTIK, ATAU SPESIES ALGAE. 4).PENINGKATAN PRODUKSI DARI HASIL TANGKAPAN ALAM DAN INI AKAN MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PETANI IKAN. 5).MENCEGAH EROSI PANTAI DAN INTRUSI AIR LAUT KE DARAT SEHINGGA PEMUKIMAN DAN SUMBER AIR TAWAR DAPAT DIPERTAHANKAN 6).TERCIPTANYA SABUK HIJAU DI PESISIR (COASTAL GREEN BELT) SERTA IKUT MENDUKUNG PROGRAM MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL KARENA MANGROVE AKAN MENGIKAT KARBONDIOKSIDA DARI ATMOSFER DAN MELINDUNGI KAWASAN PEMUKIMAN DARI KECENDERUNGAN NAIKNYA MUKA AIR LAUT. 7).MANGROVE AKAN MENGURANGI DAMPAK BENCANA ALAM, SEPERTI BADAI DAN GELOMBANG AIR PASANG, SEHINGGA KEGIATAN BERUSAHA DAN LOKASI PEMUKIMAN DI SEKITARNYA DAPAT DISELAMATKAN.
PENGEMBANGAN BUDIDAYA KEPITING BAKAU DENGAN SISTEM SILVOFISHERY: B). KEUNTUNGAN: PENGEMBANGAN BUDIDAYA KEPITING BAKAU DENGAN SISTEM SILVOFISHERY: 1). DAPAT JUGA MENJADI ALTERNATIF AKTIVITAS EKONOMI BAGI RAKYAT PEDESAAN DI PESISIR DAN DAPAT MENGURANGI TEKANAN EKOLOGIS TERHADAP HUTAN MANGROVE. 2). SISTEM SILVOFISHERY INI JUGA SANGAT COCOK UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA BUDI DAYA KEPITING MENGHASILKAN KEPITING DEWASA. KEPITING YANG GEMUK DAN MATANG GONAD MEMPUNYAI NILAI JUAL YANG LEBIH TINGGI. NAMUN DEMIKIAN, DEWASA INI SALAH SATU PRODUKSI BUDI DAYA KEPITING DEWASA YANG SANGAT MENJANJIKAN BILA DILIHAT DARI NILAI JUALNYA ADALAH PRODUKSI KEPITING LUNAK (SESAAT SETELAH MOLTING), DENGAN HARGA JUAL MENCAPAI DUA KALI LEBIH TINGGI DIBANDING DENGAN YANG BERKULIT KERAS (FUJAYA, 2007). 3). OLEH KARENA ITU, BANYAK PETANI IKAN DAN UDANG BERALIH MEMELIHARA KEPITING CANGKANG LUNAK (SOFT SHELL). DIMANA PADA PLATARAN TAMBAK, PEPOHONAN MANGROVE TETAP DIPELIHARA UNTUK DIJADIKAN AREAL PEMELIHARAAN KEPITING CANGKANG KERAS.
KESIMPULAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT INDONESIA MEMPUNYAI KEKAYAAN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVIERSITY) TERBESAR DI DUNIA, YANG TERCERMIN PADA KEBERADAAN EKOSISTEM PESISIR SEPERTI HUTAN MANGROVE, TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN DAN BERJENIS-JENIS IKAN, BAIK IKAN HIAS MAUPUN IKAN KONSUMSI DAN LAIN-LAIN. SALAH SATU METODE REHABILITASI YANG MEMUNGKINKAN PERAN AKTIF MASYARAKAT ADALAH PENERAPAN TEKNOLOGI SILVOFISHERY. SILVOFISHERY ADALAH SISTEM PERTAMBAKAN TEKNOLOGI TRADISIONAL YANG MENGGABUNGKAN ANTARA USAHA PERIKANAN DENGAN PENANAMAN MANGROVE, DI MANA DENGAN KONSEP PENGENALAN SISTEM PENGELOLAAN DENGAN MEMINIMALKAN INPUT DAN MENGURANGI DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN. KONSEP SILVOFISHERY INI DIKEMBANGKAN SEBAGAI SALAH SATU BENTUK BUDIDAYA PERIKANAN BERKELANJUTAN DENGAN INPUT YANG RENDAH. PENDEKATAN ANTARA KONSERVASI DAN PEMANFAATAN KAWASAN MANGROVE INI MEMUNGKINKAN UNTUK MEMPERTAHANKAN KEBERADAAN MANGROVE YANG SECARA EKOLOGI MEMILIKI PRODUKTIFITAS RELATIF TINGGI DENGAN KEUNTUNGAN EKONOMI DARI KEGIATAN BUDIDAYA PERIKANAN.
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN (2013) MENAMBAHKAN BAHWA PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN/UDANG DI TAMBAK MELALUI KONSEP SILVOFISHERY. BUKAN HANYA ITU, KONSEP INI JUGA MAMPU MENGINTEGRASIKAN POTENSI YANG ADA SEHINGGA MENGHASILKAN MULTIPLE CASH FLOW ATAU BISNIS TURUNAN ANTARA LAIN ADALAH BISNIS WISATA ALAM (ECO-TAURISM BUSINESS) YANG SANGAT PROSPEKTIF, PENGEMBANGAN UMKM PENGOLAHAN PRODUK MAKANAN DARI BUAH MANGROVE, DISAMPING BISNIS TURUNAN LAINNYA. BEBERAPA MODEL SILVOFISHERY, SECARA UMUM TERDAPAT TIGA MODEL TAMBAK SILVOFISHERY, YAITU; 1). EMPANG PARIT, 2). KOMPLANGAN, 3). JALUR/TANGGUL. ADAPUN MANFAAT DAN KEUNTUNGAN SILVOFISHERY, SEBAGAI BERIKUT: A). MANFAAT: BEBERAPA MANFAAT YANG DAPAT DIPEROLEH DENGAN MENERAPKAN SILVOFISHERY: 1. KONTRUKSI PEMATANG TAMBAK AKAN MENJADI KUAT KARENA AKAN TERPEGANG AKAR-AKAR MANGROVE DARI POHON MANGROVE YANG DITANAM DI SEPANJANG PEMATANG TAMBAK DAN PEMATANG AKAN NYAMAN DI INJAK /JALAN KAKI KARENA AKAN DIRIMBUNI OLEH TAJUK TANAMAN MANGROVE, 2. HASIL PENELITIAN MARTOSUBROTO DAN NAAMIN (1979) MENUNJUKKAN TERDAPAT HUBUNGAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA LUAS KAWASAN DENGAN PODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA DIMANA SEMAKIN MENINGKATNYA LUASAN MANGROVE MAKA PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA JUGA TURUT MENINGKAT.
3. SALAH SATU NILAI EKOLOGIS DARI EKOSISTEM MANGROVE TELAH DIGUNAKAN SEBAGAI PENGOLAH LIMBAH CAIR SEJAK 1990, PERCOBAAN LAPANGAN DAN EKSPERIMEN RUMAH HIJAU TELAH DI UJIKAN EFEK DARI PENGGUNAAN EKOSISTEM MANGROVE UNTUK MENGOLAH LIMBAH. HASIL DARI STUDI LAPANGAN DI PELESTARIAN SUMBERDAYA ALAM NASIONAL FUTIAN, CHINA, MENGINDIKASIKAN PENAMBAHAN KONSENTRASI POLUTAN DI LAHAN MANGROVE TIDAK MENYEBABKAN TERDETEKSINYA KERUSAKAN PADA TANAMAN MENGROVE, INVERTEBRATE BENTIK, ATAU SPESIES ALGAE. 4. PENINGKATAN PRODUKSI DARI HASIL TANGKAPAN ALAM DAN INI AKAN MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PETANI IKAN. 5. MENCEGAH EROSI PANTAI DAN INTRUSI AIR LAUT KE DARAT SEHINGGA PEMUKIMAN DAN SUMBER AIR TAWAR DAPAT DIPERTAHANKAN 6. TERCIPTANYA SABUK HIJAU DI PESISIR (COASTAL GREEN BELT) SERTA IKUT MENDUKUNG PROGRAM MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL KARENA MANGROVE AKAN MENGIKAT KARBONDIOKSIDA DARI ATMOSFER DAN MELINDUNGI KAWASAN PEMUKIMAN DARI KECENDERUNGAN NAIKNYA MUKA AIR LAUT. 7. MANGROVE AKAN MENGURANGI DAMPAK BENCANA ALAM, SEPERTI BADAI DAN GELOMBANG AIR PASANG, SEHINGGA KEGIATAN BERUSAHA DAN LOKASI PEMUKIMAN DI SEKITARNYA DAPAT DISELAMATKAN.
B). KEUNTUNGAN: PENGEMBANGAN BUDIDAYA KEPITING BAKAU DENGAN SISTEM SILVOFISHERY: 1). DAPAT JUGA MENJADI ALTERNATIF AKTIVITAS EKONOMI BAGI RAKYAT PEDESAAN DI PESISIR DAN DAPAT MENGURANGI TEKANAN EKOLOGIS TERHADAP HUTAN MANGROVE. 2). SISTEM SILVOFISHERY INI JUGA SANGAT COCOK UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA BUDI DAYA KEPITING MENGHASILKAN KEPITING DEWASA. KEPITING YANG GEMUK DAN MATANG GONAD MEMPUNYAI NILAI JUAL YANG LEBIH TINGGI. NAMUN DEMIKIAN, DEWASA INI SALAH SATU PRODUKSI BUDI DAYA KEPITING DEWASA YANG SANGAT MENJANJIKAN DENAGN NILAI JUALNYA ADALAH PRODUKSI KEPITING LUNAK (SESAAT SETELAH MOLTING), DENGAN HARGA JUAL MENCAPAI DUA KALI LEBIH TINGGI DIBANDING DENGAN YANG BERKULIT KERAS. 3). BANYAK PETANI IKAN DAN UDANG BERALIH MEMELIHARA KEPITING CANGKANG LUNAK (SOFT SHELL). DIMANA PADA PLATARAN TAMBAK, PEPOHONAN MANGROVE TETAP DIPELIHARA UNTUK DIJADIKAN AREAL PEMELIHARAAN KEPITING CANGKANG KERAS.
REFERENSI 1. APLIKASI TAMBAK SILVOFISHERY UNTUK KESELARASAN EKOLOGI PERAIRAN TAMBAK HTTP://BERANDA- MITI.COM/APLIKASI-TAMBAK-SILVOFISHERY-UNTUK-KESELARASAN-EKOLOGI-PERAIRAN-TAMBAK/. 2. AZMITA,ANGGI.2013.KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS DI EKOSISTEM MANGROVE SILVOFISHERY DAN MANGROVE ALAMI KAWASAN EKOWISATA PANTAI BOE KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR.MAKASSAR:UNIVERSITAS HASANUDDIN. 3. GUNAWAN,HENDRA,DKK.2007. STATUS EKOLOGIS SILVOFISHERY POLA EMPANG PARIT DI BAGIAN PEMANGKUAN HUTAN CIASEM PAMANUKAN, KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN PURWAKARTA. VOL. IV NO. :429- 439. 4. PENGERTIAN DAN DEFINISI SILVOFISHERY ATAU WANAMINA HTTP://1.BP.BLOGSPOT.COM/-OLA3ZCCVM0C/T1RD3X3X79I/AAAAAAAAAWG/OKZFU71BUEK/S1600/WANAMINA-SILVOFISHERY.GIF. 5. PENGERTIAN DAN DEFINISI AGROFORESTRI | AGROFORESTRY | WANATANI HTTP://JAILANIAHMAD86.BLOGSPOT.COM/2013/11/HUBUNGAN-AGROFORESTRY-DAN-SILVOFISHERY.HTML 6. “PENATAAN LAHAN TAMBAK SISTEM SILVOFISHERY DALAM PELESTARIAN EKOSISTEM MANGROVE” OLEH: SYAINULLAH WAHANA (WAHANALATAMBAGA@GMAIL.COM). COPYRIGHT © 2013BALAI PENELITIAN KEHUTANAN BANJARBARU, JL. A. YANI KM. 28,7 LANDASAN ULIN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN TELEPHONE (0511) 4707872 / FAX (0511) 4707872. POSTING DATE: 29 SEPTEMBER 2013. HTTP://GREEN.KOMPASIANA.COM/PENGHIJAUAN/2013/09/29/PENATAAN-LAHAN-TAMBAK-MODEL-SILVOFISHERY-596971.HTML. 7. SILVOFISHERY SEBAGAI PILIHAN STRATEGI REHABILITASI MANGROVE – OLEH ADNAN ARDHANA HTTP://FOREIBANJARBARU.OR.ID/ARCHIVES/1144. COPYRIGHT © 2013BALAI PENELITIAN KEHUTANAN BANJARBARU, JL. A. YANI KM. 28,7 LANDASAN ULIN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN TELEPHONE (0511) 4707872 / FAX (0511) 4707872.
8. BADERAN, DEWI.W.K.2012. MODEL VALUASI EKONOMI SEBAGAI DASAR UNTUK REHABILITASI KERUSAKAN HUTAN MANGROVE DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA PROVINSI GORONTALO. 9. HTTP://INDOMARITIMEINSTITUTE.ORG/2011/12/EKOSISTEM-MANGROVE-BENTENG-DARATAN-MERINTIH- TERGERUS-KESERAKAHAN/ MIASTO, YUDHA. 2010. KAJIAN POTENSI MANGROVE DALAM PENGEMBANGAN SILVOFISHERY DI KABUPATEN TULANG BAWANG, PROPINSI LAMPUNG. DIUNDUH DARI REPOSITORY.IPB.AC.ID PADA SHILMAN, M.I.2012. KAJIAN PENERAPAN SILVOFISHERY UNTUK REHABILITASI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA DABONG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMNTAN BARAT. DIUNDUH DARI REPOSITORY.IPB.AC.ID PADA TANGGAL 10 DESEMBER 2013. 11. JEPANG JADIKAN BINTAN MODEL PELESTARIAN HUTAN MANGROVE. HTTP://BERITAENAK.WORDPRESS.COM/2013/02/04/JEPANG-JADIKAN-BINTAN-MODEL-PELESTARIAN-HUTAN- MANGROVE/