ETHICS IN AUDITING: AUDITING FUNCTION
INTRODUCTION Secara teoritis, akuntansi pada dasarnya berfungsi menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk berbagai tujuan: Fungsi Decision Making Fungsi Akuntabilitas Pelaporan Keuangan berkualitas (Miller & Bahnson 2002): Sebanyak mungkin informasi Kepentingan publik Voluntary (Suka rela) Efisiensi pasar Untuk menjamin kewajaran perlu akuntan publik Ethics in Auditing
INTRODUCTION Akuntan harus bersikap: Kompeten, Obyektif, Memiliki integritas yang tinggi, Independen Sikap ini hrs dijaga karena adanya “fiduciary relationship” antara akuntan dan kliennya: Service yg diberikan dipandang penting bagi klien Level pengetahuan klien dan akuntansi berbeda secara signifikan Klien percaya dan tergantung pada judgment dan keahlian akuntan Bagaimana kenyataannya? Ethics in Auditing
SKANDAL BISNIS & AKUNTANSI Sunbeam, Kmart, Enron, WorldCom, Global Crossing (USA), BCCI, Maxwell, Polly Peck (UK), Parmalat (Italia) and HIH Insurance, One.Tel (Australia). PT Bank Bali, Sinar Mas Group, Kimia Farma, LIPPO BANK (Indonesia), Bangkok Bank of Commerce (Thailand), United Engineers Bhd (Malaysia), Samsung Electronics and Hyundai (Korea). Keterlibatan Akuntan: Arthur Andersen Ethics in Auditing
APA YANG DAPAT DIPELAJARI DARI SKANDAL BISNIS TERSEBUT? Ada masalah etika berkaitan dengan perilaku auditor Ada tekanan etika yang mempengaruhi skandal tersebut Apa yang harus diperhatikan oleh akuntan dalam pekerjaan audit? Ethics in Auditing
TRUST Pekerjaan audit berkaitan dengan aspek kepercayaan (trust) Perhatikan kasus berikut ini: Manajemen perusahaan membuat laporan keuangan yang menyesatkan (misrepresentation) dan hal ini tidak diketahui pemakai laporan keuangan. Setelah dilakukan audit, auditor “mengamini” informasi yang ada dalam laporan tersebut. Apa yang terjadi dengan keputusan yang dibuat pemakai yang berbasis pada informasi dalam laporan keuangan tersebut? Apa yang terjadi seandainya semua perusahaan melakukan hal tersebut dan didukung oleh auditor yang nakal? Ethics in Auditing
lanjutan Perilaku tidak etis dapat menimbulkan chaos! Chaos dapat terjadi karena pasar modal tidak dapat berjalan tanpa adanya trust. Kerjasama (cooperation) merupakan hal yang penting, tetapi trust merupakan prasyarat terjadinya kerjasama Jika salah saji (misrepresentation) menjadi universal practice, maka kerjasama tidak akan mungkin diciptakan. Ethics in Auditing
lanjutan Misrepresentation merupakan suatu kebohongan Pembohong adalah free riders yang hanya menginginkan keuntungan secara tidak jujur (unfair advantage). Pembohong selalu menginginkan pihak lain bertindak benar, jujur dan percaya sehingga mereka selalu dapat “ditipu” oleh pembohong. Pembohong selalu menerapkan double standards. Apa konsekuensinya? Auditor tidak hanya harus dipercaya (trustworthy), tetapi juga harus menunjukkan sikap yang dapat dipercaya Auditor harus bersikap skeptis (curiga) dalam menjalankan pekerjaan audit. Ethics in Auditing
TANGGUNG JAWAB AUDITOR PADA PUBLIK Karena pekerjaannya, auditor memiliki tanggung jawab terhadap publik Hubungan auditor dengan klien berbeda dengan hubungan profesi lainnya dengan kliennya (bandingkan dengan pengacara atau dokter) Ada conflict of interest: loyal pada publik atau loyal pada client? Ethics in Auditing
lanjutan Auditor adalah profesi sehingga harus bertindak profesional Auditor tidak hanya berperan sebagai pencatat (recorder) tetapi juga berfungsi sebagai “public watchdog” Dalam perekonomian yang modern dan kompleks, publik tidak memiliki semua akses untuk memonitor kegiatan bisnis, sehingga perlu “pengawas”, yaitu auditor! Konsekuensinya: Auditor memiliki fiduciary responsibility pada publik Independent dari klien merupakan syarat terciptanya trust. Auditor harus menjadi analis yang tidak memiliki kepentingan (disinterested analyst) Ethics in Auditing
TANGGUNG JAWAB UTAMA AUDITOR Tanggung jawab utama auditor adalah memastikan kebenaran laporan keuangan Tanggung jawab lainnya di atur dalam standar auditing: Proficiency on the part of the auditor Independence in fact and in appearance Due professional care (professional skepticism) Adequately planned and properly supervised field work Sufficient understanding of the internal control structure of thee audited entity Ethics in Auditing
Tanggung jawab auditor (lanjutan): Sufficient inspection, observation, and inquiries to afford a “reasonable basis” for an opinion Report stating whether the financial statements are in accord with GAAP Identification of circumstances in which the principles have not been consistently observed Disclosures (including notes and wording) in the financial statements are to be regarded as reasonably adequate unless otherwise stated A report shall contain either an opinion of the statement taken as a whole, or an assertion to the effect that an opinion cannot be expressed Ethics in Auditing
Disajikan secara wajar (presented fairly) Opini auditor: …laporan keuangan disajikan “secara wajar”…. Apa yang dimaksud auditor dengan istilah presented fairly? LK adalah wajar dan sesuai dengan GAAP? LK wajar karena laporan tersebut sesuai GAAP? LK akan wajar tergantung pada seberapa jauh kewajaran GAAP? Atau Apapun GAAP nya, penyajian LK adalah wajar? Ethics in Auditing
Disajikan secara wajar (presented fairly) Fairness merupakan kata yang “ambigious” Jadi, dalam menentukan apakah judgment yang dibuat manajer perusahaan dalam memilih dan menggunakan metode akuntansi sudah benar/belum sangat tergantung pada interpretasi auditor. Auditor bertanggung jawab untuk menentukan bahwa informasi yang disajikan merupakan gambaran (picture) yang sebenarnya dan akurat bagi pemakai. Ethics in Auditing
The evaluation of internal auditing control Cohen Report menghendaki auditor memiliki tanggung jawab sebagai berikut: The evaluation of internal auditing control Apakah internal auditing control and system cukup? Basis kepercayaan atas pekerjaan internal auditor Detecting and reporting errors, irregularities, and/or fraud Perlu sikap professional skepticism Dalam perencanaan audit perlu menilai risiko adanya material misstatement Ethics in Auditing
INDEPENDENCE Fungsi “public watchdog” menghendaki auditor betul-betul independen dari klien dan memegang tegus kepercayaan publik. Patuh pada aturan adalah perlu, tetapi bukan merupakan kondisi yang cukup bagi independensi Ancaman bagi independensi: Self-interest threats Self-review threats Advocacy threats Familiarity threats Intimidation threats Ethics in Auditing
INDEPENDENCE Independence Standard Board (ISB): Assessing the level of independence risk No independence risk (virtually impossible compromised objectivity) Remote independence risk (very unlikely compromised objectivity) Some independence risk (possible compromised objectivity) High independence risk (probable compromised objectivity) Maximum independence risk (virtually certain compromised objectivity) Ethics in Auditing
Independence Standard Board (ISB): Determining the acceptability of the level of independence risk Apakah tingkat risikonya dapat diterima? Considering benefits and costs Manfaat yang diperoleh dari berkurangnya independensi harus melebihi costnya Considering interested parties’ views in addressing auditor independence Ethics in Auditing
SO WHAT (Terus piye jal) Prosedur dan aturan yang dibuat untuk meningkatkan independensi auditor hanyalah berupa panduan (pedoman) Yang paling penting adalah bagaimana auditor berkeyakinan bahwa aspek “etika” merupakan hal yang lebih penting dibanding prosedur atau teknis Berperilaku Etis dalam auditing…SIAPA TAKUT? Ethics in Auditing