PERTEMUAN 3 PENALARAN
Penalaran sebagai hasil kegiatan intelektual yang merupakan keunggulan dan sekaligus kekuatan manusia. Penalaran menghasilkan berbagai temuan dan karya-karya besar yang dapat merubah peradaban. Membuat manusia menjadi lebih bijak dalam menghadapi persoalan.
Penalaran? Adalah kegiatan berpikir berupa pengambilan kesimpulan-kesimpulan yang disertai alasan-alasannya. Seperangkat gagasan yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan alasan-alasan yang dijadikan titik tolaknya. Manusia bukan mahluk sempurna adanya beberapa kesalahan dalam membuat penalaran.
Untuk menentukan sehat atau tidaknya penalaran, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Menentukan premis dan konklusi. Menentukan premis tersembunyi. Deduksi dan Induksi. Isi dan bentuk penalaran. Memahami kaidah pokok berpikir.
1.Menentukan premis dan konklusi Premis : alasan pendukung. Konklusi : kesimpulan dalam penalaran. Untuk menentukan sehat atau tidaknya penalaran, harus ditentukan premis dan konklusi, serta menilai apakah konklusi dan premis nya mempunyai hubungan (apakah premis mendukung konklusi)
Contoh: tentukan premis dan konklusi dari kalimat di bawah ini : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. “
2. Menentukan premis tersembunyi Benar atau tidaknya suatu pendapat, ditentukan oleh seberapa kuat konklusi didukung oleh premis. Perhatikan juga pada premis tersembunyi. Setelah premis tersembunyi ditentukan, baru dinilai sehat atau tidaknya penalaran dengan mendasarkan kepada : 1. Seberapa kuat konklusi didukung oleh premis? 2. Apakah premis sesuai dengan kenyataan?
Contoh : Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Setiap orang Indonesia berkewajiban untuk memeluk agama. Kalau sedang sakit, Anda boleh tidak hadir kuliah. Orang Jawa bisa menulis huruf Jawa. Joko adalah orang Jawa, jadi bisa menulis huruf Jawa. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi bangsa Indonesia, oleh karena itu setiap warga negara Indonesia bisa berbahasa Indonesia.
3. Deduksi dan Induksi Umum : deduksi penalaran yang bergerak dari umum ke khusus, sedang induksi penalaran yang bergerak dari khusus ke umum. Pada bahasan ini : Perbedaan antara penalaran deduksi dan konklusi adalah pada dukungan premisnya terhadap konklusi.
Penalaran deduksi adalah penalaran yang konklusinya dimaksudkan sebagai penegasan apa yang tersirat dalam premisnya. Untuk menentukan sehat atau tidaknya, dengan menyelidiki semua premisnya. Jika semua premisnya betul maka penalarannya Sahih Penalaran induksi adalah penalaran yang konklusinya dimaksudkan sebagai perluasan dari apa yang terkandung dalam premisnya. Konklusinya melampaui apa yang telah dikatakan oleh premis-premisnya. Untuk menentukan sehat atau tidaknya, bukan dengan Sahih atau tidak Sahih, namun dengan Kuat atau Lemah. Cara menentukan suatu penalaran deduktif atau induktif adalah dengan menambah premis baru yang sejenis pada penalaran tersebut.
Contoh : Jadi : Hasil penalaran deduktif : Sahih dan Tidak Sahih Hasil penalaran induktif : Kuat dan Lemah Validitas Contoh : Penalaran A : Angsa yang kita lihat di Surabaya berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Yogyakarta berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Kediri berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Semarang berwarna putih. Jadi : Semua angsa yang pernah kita lihat berwarna putih.
Penalaran B : Angsa yang kita lihat di Surabaya berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Yogyakarta berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Kediri berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Semarang berwarna putih. Jadi : Semua angsa berwarna putih.
4. Isi dan bentuk penalaran Isi penalaran : cocok kah gagasan-gagasan (baik premis maupun konklusinya) dengan kenyataan?. Bentuk penalaran : rangkaian gagasan yang menggambarkan hubungan antara premis dan konklusi. Contoh : 1. Setiap presiden adalah kepala negara. Ir. Soekarno adalah kepala negara RI pertama. Jadi Ir Soekarno adalah presiden.
2. Setiap presiden adalah kepala negara 2. Setiap presiden adalah kepala negara. Alimudin adalah kepala negara RI pertama. Jadi Alimudin adalah presiden. 3. Setiap presiden adalah kepala negara. Ir. Soekarno pernah menjadi presiden RI Jadi Ir Soekarno pernah menjadi kepala negara.
5. Kaidah Pokok Berpikir Dalam kegiatan berpikir, terjadi kegiatan membedakan (menganalisis) dan juga mencari hubungan antara hal-hal yang dibedakan itu, serta mencari kesamaannya (sintesis).
Berkaitan dengan kegiatan membedakan dan menyamakan dalam berpikir, dalam logika dikenal beberapa kaidah pokok berpikir : Principium Identitas (asas Identitas) Principium Excidencae Contradictionis (Asas menyingkirkan kontradiksi) Principium Exclusi Tertii (asas menutup kemungkinan ketiga) Principium Ratio Sufficientis ( Asas alasan yang memadai)
a. Principium Identitas (asas Identitas) Asas : Samakan hal-hal yang memang sama Contoh : Jika Ir Soekarno sudah wafat maka Guntur tidak berayah lagi. Presiden RI pertama sudah wafat. Jadi, Guntur tidak berayah lagi.
b. Principium Excidencae Contradictions Asas : Bedakan hal-hal yang memang beda Contoh : Setiap bintang jauh dari bumi.Christine Hakim adalah bintang layar perak. Jadi Christine Hakim jauh dari bumi.
c. Principium Exclusi Tertii Asas : Jika sesuatu dipilahkan ke dalam dua kelompok, misalnya A dan bukan A, maka sesuatu yang tergolong pada kelompok yang satu, pasti tidak tergolong pada kelompok yang lain ( Benar atau salah, positif atau negatif) .
Contoh : Jika tidak benar bahwa Ir Soekarno masih hidup, maka Ir Soekarno sudah meninggal . Jika tidak benar bahwa semua mahasiswa Logika pandai, maka pasti ada mahasiswa Logika tidak pandai.
d. Principium Ratio Sufficientis Asas : Setiap perubahan pasti ada penyebabnya. Setiap konklusi atau pendapat harus didukung oleh alasan-alasan yang memadai. Contoh : Agus perokok dan suka minum kopi Agung perokok dan suka minum kopi Jadi, semua perokok suka minum kopi.
TUGAS Buat 2 contoh penalaran induksi dan deduksi