Pertemuan XII PENALARAN INDUKTIF.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Logika Bahasa Ilmiah - 6 -
Advertisements

Metode Berpikir Ilmiah
LOGIKA MATEMATIKA Oleh BUDIHARTI, S.Si..
Pertemuan IX – SILOGISME KATEGORIS BUKAN BENTUK BAKU
PERTEMUAN VIII PENALARAN deduktif.
Pertemuan VIII – SILOGISME KATEGORIS
INDUCTIVE AND DEDUCTIVE REASONING
LOGIKA Sumber : Filsafat ilmu sebuah pengantar populer
Sugeng rawuh ! Fb : sholihin aminarta.
STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH
MEMPEROLEH PENGETAHUAN (Lanjutan Metoda Ilmiah)
TOPIK II : BERPIKIR LOGIS
PENALARAN DAN DEFINISI Disusun oleh : YUNI DESITA ( )
Deduksi Ati Harmoni
FILSAFAT DAN LOGIKA Topik 11 INDUKSI.
Induksi Ati Harmoni
PENALARAN Hartanto, S.I.P, M.A..
BERFIKIR dan SIKAP ILMIAH
PENALARAN Pengertian Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan dat atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
Topik 10 RELASI-RELASI SILOGISME
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN ( BAB II )
Universitas Multimedia Nusantara Robert Bala, MA, Dipl
Topik XIII: PENALARAN TIDAK LANGSUNG BERSIFAT DEDUKTIF (SILOGISME)
Topik XII : PENALARAN / PENYIMPULAN
Latihan Soal.1 Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny.Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksa sakitnya. Harta.
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (1) Irawan Afrianto Referensi : Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer.
SALAH NALAR RINI ASTUTI S.I.Kom., MM.
Pengantar Kuliah Bahasa Indonesia
Pengantar Kuliah Bahasa Indonesia
PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN
Kumpulan pengetahuan yang telah dicoba dan diatur menurut urutan dn arti yang menyeluruh serta beraturan merupakan definisi dari.... Elemen Fakta Ilmu.
PENALARAN INDUKTIF (Generalisasi, Analogi dan Kausal)
PARAGRAF.
Oleh: Syaifurrahaman Hidayat, S.Kep.,Ns
NALAR DEDUKSI.
SYARAT DAN TUJUAN PENELITIAN Dwiyati Pujimulyani 2015
Kasus kebahasaan KULIAH KITA KALI INI TIDAK BERANGKAT DARI NOL KARENA SEMUA MATERI SUDAH PERNAH SAYA SAMPAIKAN PADA SEMESTER GASAL YANG LALU.
KONSEP PEMIKIRAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF
ARGUMEN INDUKTIF (Induksi). Definisi Induksi Istilah induksi biasanya mencakup proses-proses penyimpulan dalam rangka mendukung atau memperluas keyakinan.
Materi 11 Induksi.
SALAH NALAR.
Hj. Noneng Masitoh, Ir., M.M Agi Rosyadi, S.E., M.M
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (1) Irawan Afrianto Referensi : Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer.
LOGIKA.
Kekeliruan berpikir Kekeliruan (fallacy) adalah kekeliruan penalaran yang disebabkan oleh pengambilan kesimpulan yang tidak sahih dengan melanggar kaidah-kaidah.
Alda putra eka prasetia ( )
Penalaran Tujuan bab ini adalah agar para maha-siswa dapat bernalar dengan baik dalam penyusunan karya ilmiah yang ditulis. Penalaran yaitu proses berpikir.
DASAR-DASAR LOGIKA Drs. Muhammad YGG Seran, M.Si
BAB XXI PENALARAN DAN ANALISIS KRITIS Pertemuan 21
SUMBER-SUMBER PENGETAHUAN
SALAH NALAR RINI ASTUTI S.I.Kom.
AKU INGIN SUKSES BERPIKIR ILMIAH.
Sarana Kegiatan dan Kebenaran Ilmiah
MEMPEROLEH PENGETAHUAN (Lanjutan Metoda Ilmiah)
UNSUR – UNSUR DALAM MEMBANGUN PROSES BERPIKIR ILMIAH
LOGIKA Sumber : Filsafat ilmu sebuah pengantar populer
PENALARAN 9/15/2018 BI.
UNSUR-UNSUR MEMBANGUN LOGIKA ILMIAH
PENALARAN & ANALOGI. Disusun oleh: Dame Angela Parsaulian ( )
Penalaran Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi.
LOGIKA Sumber : Filsafat ilmu sebuah pengantar populer
PENYIMPULAN Kegiatan manusia yang bertitik tolak dari pengetahuan yang telah dimiliki bergerak ke pengetahuan baru. Pengetahuan yang telah dimiliki = titik.
Karina Jayanti,S.I.Kom.,M.Si
PENALARAN INDUKTIF (Generalisasi, Analogi dan Kausal)
SALAH NALAR Karina Jayanti.
ASPEK PENALARAN DALAM KARANGAN
Pertemuan IX – SILOGISME KATEGORIS BUKAN BENTUK BAKU
Universitas Multimedia Nusantara Robert Bala, MA, Dipl
PECAHAN SEDERHANA PECAHAN SUATU BILANGAN YANG UTUH UNTUK MENYATAKAN SEBAGIAN DARI KESELURUHAN.
METODE RISET (Research Method)
Transcript presentasi:

Pertemuan XII PENALARAN INDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF Adalah penalaran yang kesimpulannya memperluas premisnya. Penalaran induktif tidak dapat ditinjaun dari penalaran deduktif, karena bukan hasil penurunan dari premisnya, sehingga disimpulkan tidak valid. Konklusi penalaran induktif memang tidak dimaksudkan sekedar untuk menyuratkan apa yang telah tersirat dala preisnya, seperti dalam penalaran deduktif. Alhasil, konklusinya tidak terjamin mutlak kebenarannya, walau semua premisnya benar.

Contoh : Dalam semua hari di masa lalu, matahari terbit dari Timur Contoh : Dalam semua hari di masa lalu, matahari terbit dari Timur. Jadi, besuk matahari terbit dari Timur. Konklusinya bukan keharusan logis dari premisnya. Konklusinya bukan sekedar menyuratkan apa yang telah tersirat dalam premisnya. Jika penalaran ini dianggap deduktif, maka dianggap tidak valid. Namun penalaran ini dianggap sehat, dengan hubungan kuat atau lemah.

BENTUK BENTUK PENALARAN INDUKTIF Generalisasi. Membonceng wibawa. Analogi. Induksi sebab akibat.

A.GENERALISASI Semua X yang telah diamati adalah Y Merupakan penalaran induktif yang paling sederhana. Merupakan bentuk penalaran yang konklusinya melampaui premisnya. Konklusinya mencakup semua anggota dari suatu himpunan yang ditarik dari sebagian anggota yang sudah diamati. Bentuk umum penalaran : Semua X yang telah diamati adalah Y Jadi semua X adalah Y

Contoh : 10% beras dalam gudang yang telah diamati adalah gabah Contoh : 10% beras dalam gudang yang telah diamati adalah gabah. Jadi 10% dari beras dalam gudang adalah gabah. Penalaran demikian dinamakan Generalisasi Statistik . Kemungkinan prosentase : a. Prosentase 0  disebut proposisi universal negasi (Proposisi E)  Semua beras dalam gudang bukan gabah. b. Prosentase 100  disebut proposisi universal afirmatif (Proposisi A)  Semua beras dalam gudang adalah gabah.

Karena generalisasi selalu memberikan konklusi yang melampaui premis (fakta), bentuk penalaran jenis ini mudah menghasilkan konklusi palsu dari premis yang benar. Untuk memperkecil kesalahan, perlu dihindari 2 khilaf induktif : i. Khilaf generalisasi bergegas. ii. Khilaf statistik berat sebelah.

i. Khilaf Generalisasi Bergegas Manusia cenderung untuk berpikir ke arah apa yang diinginkan daripada apa yang sebenarnya terjadi. Seseorang yang berhubungan dengan satu hal yang ia senangi, biasanya cenderung menganggap bahwa hal tersebut baik dan sebalikanya. Oleh karenanya, agar tidak melakukan khilaf generalisasi bergegas, diperlukan data yang cukup, dan tidak hanya pada data yang sangat sedikit (hanya pada pengamatan sepintas).

Contoh : orang yang menyimpulkan bahwa anak muda yang berambut gondrong suka ugal-ugalan, hanya karena menyaksikan beberapa di antara mereka demikian.

ii. Khilaf statistik berat sebelah Di samping jumlah data yang ada, masalah lain yang perlu diperhatikan dalam penyimpulan adalah sejauh mana data yang digunakan mencerminkan keseluruhan kelompok yang diteliti. Contoh : Disimpulkan bahwa wanita Jawa pada umumnya tidak bekerja kecuali sebagai ibu rumah tangga. Data diperoleh dari sejumlah wanita yang berada di berbagai kota di Jawa Timur.

Kesimpulan ini bisa tidak kuat, karena tidak menceminkan wanita Jawa pada umumnya, sebab sebagian besar penduduk Jawa hidup di daerah pedesaan.

B. MEMBONCENG WIBAWA Pengetahuan yang kita miliki sebenarnya tidak selalu berdasarkan kepada pengamatan fakta yang secara langsung kita lakukan. Misalnya pengetahuan kita tentang arti suatu kata tidak diperoleh melalui pengamatan, tapi diperoleh dari buku, kamus, dan lain-lain. Hasil penelitian orang lain yang telah terbukti kebenarannya dapat digunakan. Jadi, kita dapat membonceng wibawa orang lain dalam menentukan kebenaran.

Untuk memperkecil kesalahan, perlu dihindari 2 macam khilaf: i. Penalaran nenek bilang . ii. Penalaran menyerang pribadi.

i. Penalaran Nenek Bilang. Terdapat kecenderungan umum untuk menilai suatu proposisi lebih berdasarkan siapa yang mengatakan daripada apa yang dikatakannya. Jadi dalam penalaran demikian, bukan apa yang dikatakan, melainkan siapa yang mengatakan, yang menentukan benar salahnya proposisi. Bentuk penalaran ini adalah : A (terhormat) menyatakan X Jadi (benar) X

ii. Penalaran Menyerang Pribadi . Hampir sama dengan penalaran “nenek bilang”, hanya dalam bentuk sebaliknya. Penalaran ini menyerang pribadi pembentuknya. Ini membawa konsekuensi yang berlawanan. Pembentuk proposisi tidak dijadikan dasar untuk membenarkan proposisinya, tetapi justru dijadikan dasar untuk menolaknya. Karena pembentuk proposisi itu dianggap tidak baik, maka proposisi yang dihasilkan harus ditolak.

Bentuk penalaran ini adalah : A (tercela) menyatakan X Jadi tidak (benar) X

C. ANALOGI Dalam analogi, konklusinya ditarik berdasarkan dugaan bahwa sifat-sifat yang dimiliki suatu kenyataan juga dimiliki oleh kenyataan lain. Walaupun keduanya berbeda, tapi keduanya juga mempunyai kesamaan dalam hal-hal tertentu. Contoh : kelinci percobaan (karena adanya anggapan sifat-sifat yang sama antara tubuh kelinci dan tubuh manusia).

Bentuk penalaran sebagai berikut : Kenyataan X mempunyai sifat a,b,c. Kenyataan Y mempunyai sifat a,b,c. Kenyataan X mempunyai sifat d Jadi, kenyataan Y mempunyai sifat d

Tidak setiap penalaran analogi mempunyai daya meyakinkan yang sama. Penalaran induktif yang lemah dapat juga dijumpai pada penalaran analogi yang diajukan oleh kaum pesimis, misalnya: Perang tidak pernah dapat menjadi sarana mencapai perdamaian. Jika anda menanam padi, maka padi pula yang akan tumbuh. Demikian juga jika menanam jagung, maka jagung pula yang akan tumbuh. Oleh karenanya, jika menanam perang, maka tidak dapat diharap perdamaian, keadilan dan persaudaraan.

D. INDUKSI SEBAB AKIBAT Merupakan penalaran induktif yang memiliki daya meyakinkan yang paling besar. Penarikan kesimpulannya didasarkan kepada pengetahuan tentang hubungan sebab akibat. Contoh : Berdasar pengetahuan tentang hubungan antara oksigen dan nyala api, maka dari fakta korek api yang berfungsi baik dan ternyata tidak dapat dinyalakan dalam gua, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam gua tidak ada oksigen.

Terdapat 2 unsur dalam induksi sebab akibat : a. Syarat yang diperlukan (necessary condition) b. Syarat yang memadai (sufficient condition) A adalah syarat memadai bagi B, jhj kapan saja A hadir, maka B hadir C adalah syarat yang diperlukan bagi D, jhj kapan saja D hadir, maka C hadir. Contoh :