Sidang Komprehensif Muhammad Hafidz Faqihuddin 230110080052 Keanekaragaman Makrozoobenthos Sebagai Indikator Biologis Pencemaran Sungai Citarum Hulu Dibimbing Oleh : Prof. Dr. Ir. H. Otong Suhara, M.S Dr. Ir. Ayi Yustiati, MSc
Pemanfaatan Sungai Citarum Latar Belakang Sungai Citarum Sugai citarum dengan panjang 350 km dari mata airnya di Gunung Wayang. Pemanfaatan Sungai Citarum Aktifitas pemanfaatan yang tinggi terutama perubahan tata guna lahan adalah penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Makrozoobenthos Makrozoobenthos merupakan salah satu indikator perubahan lingkungan.
Identifikasi Masalah Permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sejauh mana perubahan kualitas lingkungan Sungai Citarum Hulu berpengaruh terhadap keanekaragaman makrozoobenthos.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis makrozoobenthos sebagai indikator biologis tingkat pencemaran Sungai Citarum Hulu
Kegunaan Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat pencemaran Sungai Citarum Hulu dengan melihat karakter makrozoobenthos yang ditemukan, yang dapat dijadikan masukan bagi pengelolaan kegiatan perikanan.
Pendekatan Masalah Perubahan Tata Guna Lahan Hutan 2001 68.502 ha dan 2005 65.414 ha Industri 2001 2.381 ha dan 2005 3.990 ha Kelerengan DAS Citarum Hulu Nilai Kelerengan DAS Citarum Hulu Berkisar antara 8 – 40 % Curah Hujan Jumlah curah hujan pada hulu Sungai Citarum berkisar antara 2500 – 3000 mm/thn
Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2012. Tempat penelitian ini dilaksanakan di empat stasiun di Sungai Citarum Hulu hingga inlet Waduk Saguling. Pengamatan makrozoobenthos dilakukan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad.
Stasiun Penelitian 4. Cipatik 3. Dayeuh Kolot 2. Majalaya 1. Situ Cisanti
Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Bahan Penelitian Eckman Grab 1. Formalin 10% Thermometer air raksa 2. Pereaksi untuk DO pH- Indikator Strips 3. Pereaksi untuk BOD5 GPS (Global Positioning System) 4. Pereaksi Substrat Saringan dengan Mesh Size 1mm Pinset Kantong Plastik Botol Plastik Inkubator Kertas Label Buku Identifikasi Alat-alat analisis BOD Alat – alat analisis Substrat
Prosedur Penelitian Melakukan observasi secara keseluruhan wilayah outlet Situ Cisanti hingga Inlet Waduk Saguling. Menentukan stasiun pengamatan berdasarkan keterwakilan lokasi. Pengukuran pH, BOD5, DO dan Suhu. Pengambilan sampel makrozoobenthos menggunakan eckman grab di setiap stasiun penelitian. Pemisahan sampel makrozoobenthos dan substrat dengan cara penyaringan menggunakan saringan mesh size 1 mm. Sampel dimasukan kedalam plastik yang telah diberi label. Lalu sampel diawetkan dengan formalin 10%. Indentifikasi sampel makrozoobenthos di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) FPIK Universitas Padjadjaran.
Analisis Data Komposisi Komposisi makrozoobenthos dalam suatu lingkungan perairan menggambarkan kekayaan jenis makrozoobenthos dalam suatu lingkungan perairan. Komposisi jenis tiap stasiun dijelaskan dengan presentase, yaitu perbandingan antar jumlah individu masing-masing jenis makrozoobenthos terhadap total makrozoobenthos yang ditemukan pada masing-masing stasiun rumus yang digunakan (Michael, 1984 dalam Sinaga 2009) :
2. Kelimpahan Makrozoobenthos Kelimpahan adalah jumlah individu per satuan luas atau per satuan volume. Rumus yang digunakan adalah (Odum, 1993) : K = 10000 x a b Keterangan : K : Kelimpahan a = Jumlah makrozoobentos yang dihitung (ind) b = Luas bukaan Alat (cm2) (nilai 10000 adalah koversi dari cm2 ke m2)
3. Keanekaragaman Makrozoobenthos Keanekaragaman jenis disebut juga kehetrogenan jenis. Indeks Keanekaragaman menunjukan kekayaan spesies dalam suatu komunitas dan juga memperlihatkan keseimbangan dalam pembagian jumlah per individu per species. Indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan indeks Shannon – Wienner (Magurran 1987): Keterangan : H’ : Indeks Diversitas ni : Jumlah Individu species ke-i Pi : ni/N atau jumlah individu masing-masing jenis (i=1,2,3,…) N : Jumlah total individu H’ < 1 Tercemar Berat H’ = 1 – 1,6 Tercemar Sedang H’ < 1,6 – 2 Tercemar Ringan H’ > 2 Tidak Tercemar
Indek kesamaan Sorensen (Michael 1984 dalam Sinaga 2009) : 4. Indeks Kesamaan Indek kesamaan Sorensen (Michael 1984 dalam Sinaga 2009) : Keterangan Is : Indeks Kesamaan Sorensen C : Jumlah terkecil species yang sama pada kedua stasiun a : Jumlah Individu pada Sampel A b : Jumlah Individu pada Sampel B Kriteria Indeks Kesamaan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Kecil >90% ≤90% ≤60% ≤30%
Hasil dan Pembahasan Komposisi Makrozoobenthos Berdasarkan hasil identifikasi makrozoobenthos yang ditemukan pada saat pengamatan terdiri dari 28 species dari 7 kelas yaitu : Kelas Gastropoda terdiri dari . Hydrobia nickliniana, Campeloma sp, Lepyrium showalteri, Pleucera sp, Pomatiopsis lapidaria, Pyrgulopsis nevadensis, Goniobasis livescens, , Physidae integra, Physidae sayi, Lymnaea columella, Lymnaea auricularia, Helisoma sp, Pomacea sp, Philodina sp, Parapholyx sp, Ptychobranchius sp, Phylodinavus sp, Neritrina sp. Kelas Insecta terdiri dari Chironomus sp, Macromia magnifica, Hagenius nrevistylus, Libellula sp. Kelas oligochaeta terdiri dari Tubifex sp. Kelas Clitellata terdiri dari Lumbricus terrestris. Kelas Bivalvia terdiri dari Polymesoda caroliniana, Masculium sp. Kelas Branchiopoda yaitu terdiri dari Lynceus brancyurus. Kelas Melacostraca Palaemonetes paludosus
2. Kelimpahan Makrozoobenthos
3. Keanekaragaman Makrozoobenthos H’ < 1 Tercemar Berat H’ = 1 – 1,6 Tercemar Sedang H’ < 1,6 – 2 Tercemar Ringan H’ > 2 Tidak Tercemar Stasiun Ulangan Rata- rata Kisaran 1 2 3 4 5 6 Stasiun 1 0,016 0,010 0,013 0,014 0,010-0,016 Stasiun 2 0,008 0,027 0,007 0,012 0,015 0,007-0,027 Stasiun 3 0,045 0,004 0,003 0,017 0,003-0,045 Stasiun 4 0,005 0,044 0,009 0,005-0,044
4. Indeks Kesamaan Sorensen Stasiun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 1 11.41% 3.95% 23.65% 2 42% 14% 3 6% 4 Kriteria Indeks Kesamaan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Kecil >90% ≤90% ≤60% ≤30%
5. Substrat Stasiun Tekstur Sedimen (%) Kelas Tekstur Pasir (%) Debu (%) Liat (%) 1 40,7 43,8 15,5 Lumpur Berpasir 2 74,5 13,5 12,0 Pasir Berlumpur 3 9,5 72,1 18,4 Liat 4 12,6 64,9 22,5
6. Parameter Lingkungan Perairan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Baku Mutu Air Kelas 3 Suhu (ºC) DO (mg/l) BOD5 (mg/l) pH Debit (m³/s) 18 - 24 1,85 – 4,6 0,4 – 3,8 7 28 – 30 0,38 – 1,9 3,9 – 23,95 7 – 8 4,97 – 8,28 24 – 27 0,46 – 2,3 5 – 21,245 31,76 – 70,91 24 – 30 0,23 – 2,7 5,45 – 23,55 39,47 – 128,74 Deviasi 3 3 6 6 – 9
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai keanekaragaman makrozoobenthos pada setiap stasiun memiliki kriteria <1 yaitu stasiun pertama memiliki nilai keanekaragaman rata – rata 0,013, stasiun ke 2 0,013, Stasiun 3 0,015, Stasiun 4 0,015, dan memiliki nilai kelimpahan stasiun 1 456 ind/m2, Stasiun 2 978 ind/m2, Stasiun 3 4911 ind/m2, Stasiun 4 565 ind/m2 akan tetapi nilai kelimpahan tersebut didominansi oleh beberapa spesies seperti pada stasiun 1 didominansi oleh spesies Campeloma sp dengan nilai kelimpahan 109 ind/m2, stasiun 2, 3 dan 4 didominansi oleh spesies Tubifex sp dengan nilai kelimpahan berturut-turut 859 ind/m2, 4790 ind/m2 dan 173 ind/m2 dan memiliki nilai kesamaan Sorensen ≤ 30% hanya 1 yang memiliki nilai kesamaan Sorensen diatas ≤ 30% yaitu antara stasiun ke 2 dan stasiun 3. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan perairan Citarum Hulu padasetiap stasiun pengamatan sudah tergolong tercemar berat.
Saran Kegiatan perikanan yang menggunakan air dari Sungai Citarum Hulu sebaiknya melakukan perlakuan (water treatment) pada air tersebut terlebih dahulu sebelum digunakan untuk kegiatan perikanan Agar diperoleh hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan analisis keanekaragaman makrozoobenthos secara berkala setiap bulan.
Beberapa Species Makrozoobenthos yang ditemukan
Terima kAsih