Sidang Komprehensif Muhammad Hafidz Faqihuddin

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
MEDIAN Median digunakan untuk menentukan letak data setelah data disusun menurut urutan nilainya. Contoh: 4, 12, 5, 7, 8, 10, 10 Dit: median ? Jwb: 4,
Advertisements

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
KEBIASAAN MAKANAN DAN LUAS RELUNG IKAN DI HULU SUNGAI CIMANUK KABUPATEN GARUT JAWA BARAT Komprehensif Lena Kalina Tresna Di bawah bimbingan : Prof.
Teori Graf.
Statistika Deskriptif: Distribusi Proporsi
Seminar Komprehensif Hendri Ahmadi
CANDRA PERKASA NURLUKMAN
Jakarta, 7 – 8 November 2013 Seminar Insentif Riset SINas, Kementerian Riset dan Teknologi “Membangun Sinergi Riset Nasional untuk Kemandirian.
START.
Oleh : INDRIANI Dibawah bimbingan : Ankiq Taofiqurrahman.S.Si.,M.T.
PENGARUH BENTUK OLAHAN DENDENG BELUT TERHADAP TINGKAT KESUKAAN
ANALISIS POLUTAN DI LINGKUNGAN
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
Bulan maret 2012, nilai pewarnaan :
Tugas: Perangkat Keras Komputer Versi:1.0.0 Materi: Installing Windows 98 Penyaji: Zulkarnaen NS 1.
PERANGKAT AKREDITASI SD/MI
TENDENSI SENTRAL.
UKURAN PEMUSATAN Rata-rata, Median, Modus Oleh: ENDANG LISTYANI.
(UKURAN PEMUSATAN DAN UKURAN PENYEBARAN)
SAMPLING DAN ANALISIS BIOTA PERAIRAN
Korelasi dan Regresi Ganda
Bab 11A Nonparametrik: Data Frekuensi Bab 11A.
1. = 5 – 12 – 6 = – (1 - - ) X 300 = = = 130.
Dr. Ir. Iskandar., MSi dan Ujang Subhan, S.Pi., MSi
SEMINAR KOLOKIUM AUFA FADHLI PRATOMO NPM DI BAWAH BIMBINGAN
KONTRIBUSI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI PANTAI PANGANDARAN, KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT SEMINAR KOMPREHENSIF DEWI YULIRIANE.
Uji Non Parametrik Dua Sampel Independen
Universitas Padjadjaran
Statistika Deskriptif
Bab 6B Distribusi Probabilitas Pensampelan
ANALISA NILAI KELAS A,B,C DIBUAT OLEH: NAMA: SALBIYAH UMININGSIH NIM:
LATIHAN SOAL DATA TUNGGAL
PRATIWI DINDA MUTIANUGRAH
HITUNG INTEGRAL INTEGRAL TAK TENTU.
ANALISIS DATA DAN INFORMASI
UKURAN PENYEBARAN DATA
Tugas: Power Point Nama : cici indah sari NIM : DOSEN : suartin marzuki.
DISTRIBUSI FREKUENSI oleh Ratu Ilma Indra Putri. DEFINISI Pengelompokkan data menjadi tabulasi data dengan memakai kelas- kelas data dan dikaitkan dengan.
PERSAMAAN UMUM KEHILANGAN TANAH
Soal Latihan.
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PERANCANGAN PERCOBAAN MAHASISWA SEMESTER VI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA PENANGGUNG.
Nonparametrik: Data Peringkat 2
Pengujian Hipotesis Parametrik 2
UKURAN PEMUSATAN DAN LETAK DATA
PENGUKURAN GEJALA PUSAT / NILAI PUSAT/UKURAN RATA-RATA
PADA RAPAT EVALUASI PENYERAPAN ANGGARAN APBD
Bulan FEBRUARI 2012, nilai pewarnaan :
AREAL PARKIR PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA
EFEKTIVITAS TEPUNG HIPOTALAMUS SAPI
Nonparametrik: Data Peringkat 2
PENGUJIAN HIPOTESA Probo Hardini stapro.
Algoritma & Pemrograman
Algoritma & Pemrograman
Statistika Deskriptif: Statistik Sampel
Bab 8A Estimasi 1.
Statistika Deskriptif: Distribusi Proporsi
BAB V DIFFERENSIASI.
Teknik Numeris (Numerical Technique)
Bahan Kuliah IF2120 Matematika Diskrit
Pohon (bagian ke 6) Matematika Diskrit.
JIKA ORANG INI SAJA BISA APALAGI ENGKAU PASTI LEBIH DARI DIA
UKURAN PEMUSATAN DAN LETAK DATA
Matrikulasi Matematika
Korelasi dan Regresi Ganda
KUALITAS BIOLOGI PERAIRAN SUNGAI SENAPELAN, SAGO DAN SAIL DI KOTA PEKANBARU BERDASARKAN BIOINDIKATOR PLANKTON DAN BENTOS Oleh : Sri Purwanti M
Pengendalian Sedimen dan Erosi
Hubungan antara Pati Ubi Kayu dengan Ketersediaan Hara
ANALISIS POLUTAN DI LINGKUNGAN Oleh Sudrajat FMIPA_UNMUL 2010.
Perencanaan Pengambilan Sampel Lingkungan
Kadar N total y = 105,1x + 4,393 P tersedia y = 11,77ln(x) + 4,213 K dapat tukar y = 9,593ln(x) + 33,18 Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Berdasarkan Ketersediaan.
Transcript presentasi:

Sidang Komprehensif Muhammad Hafidz Faqihuddin 230110080052 Keanekaragaman Makrozoobenthos Sebagai Indikator Biologis Pencemaran Sungai Citarum Hulu Dibimbing Oleh : Prof. Dr. Ir. H. Otong Suhara, M.S Dr. Ir. Ayi Yustiati, MSc

Pemanfaatan Sungai Citarum Latar Belakang Sungai Citarum Sugai citarum dengan panjang 350 km dari mata airnya di Gunung Wayang. Pemanfaatan Sungai Citarum Aktifitas pemanfaatan yang tinggi terutama perubahan tata guna lahan adalah penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Makrozoobenthos Makrozoobenthos merupakan salah satu indikator perubahan lingkungan.

Identifikasi Masalah Permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sejauh mana perubahan kualitas lingkungan Sungai Citarum Hulu berpengaruh terhadap keanekaragaman makrozoobenthos.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis makrozoobenthos sebagai indikator biologis tingkat pencemaran Sungai Citarum Hulu

Kegunaan Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat pencemaran Sungai Citarum Hulu dengan melihat karakter makrozoobenthos yang ditemukan, yang dapat dijadikan masukan bagi pengelolaan kegiatan perikanan.

Pendekatan Masalah Perubahan Tata Guna Lahan Hutan 2001 68.502 ha dan 2005 65.414 ha Industri 2001 2.381 ha dan 2005 3.990 ha Kelerengan DAS Citarum Hulu Nilai Kelerengan DAS Citarum Hulu Berkisar antara 8 – 40 % Curah Hujan Jumlah curah hujan pada hulu Sungai Citarum berkisar antara 2500 – 3000 mm/thn

Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2012. Tempat penelitian ini dilaksanakan di empat stasiun di Sungai Citarum Hulu hingga inlet Waduk Saguling. Pengamatan makrozoobenthos dilakukan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad.

Stasiun Penelitian 4. Cipatik 3. Dayeuh Kolot 2. Majalaya 1. Situ Cisanti

Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Bahan Penelitian Eckman Grab 1. Formalin 10% Thermometer air raksa 2. Pereaksi untuk DO pH- Indikator Strips 3. Pereaksi untuk BOD5 GPS (Global Positioning System) 4. Pereaksi Substrat Saringan dengan Mesh Size 1mm Pinset Kantong Plastik Botol Plastik Inkubator Kertas Label Buku Identifikasi Alat-alat analisis BOD Alat – alat analisis Substrat

Prosedur Penelitian Melakukan observasi secara keseluruhan wilayah outlet Situ Cisanti hingga Inlet Waduk Saguling. Menentukan stasiun pengamatan berdasarkan keterwakilan lokasi. Pengukuran pH, BOD5, DO dan Suhu. Pengambilan sampel makrozoobenthos menggunakan eckman grab di setiap stasiun penelitian. Pemisahan sampel makrozoobenthos dan substrat dengan cara penyaringan menggunakan saringan mesh size 1 mm. Sampel dimasukan kedalam plastik yang telah diberi label. Lalu sampel diawetkan dengan formalin 10%. Indentifikasi sampel makrozoobenthos di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) FPIK Universitas Padjadjaran.

Analisis Data Komposisi Komposisi makrozoobenthos dalam suatu lingkungan perairan menggambarkan kekayaan jenis makrozoobenthos dalam suatu lingkungan perairan. Komposisi jenis tiap stasiun dijelaskan dengan presentase, yaitu perbandingan antar jumlah individu masing-masing jenis makrozoobenthos terhadap total makrozoobenthos yang ditemukan pada masing-masing stasiun rumus yang digunakan (Michael, 1984 dalam Sinaga 2009) :

2. Kelimpahan Makrozoobenthos Kelimpahan adalah jumlah individu per satuan luas atau per satuan volume. Rumus yang digunakan adalah (Odum, 1993) : K = 10000 x a b Keterangan : K : Kelimpahan a = Jumlah makrozoobentos yang dihitung (ind) b = Luas bukaan Alat (cm2) (nilai 10000 adalah koversi dari cm2 ke m2)

3. Keanekaragaman Makrozoobenthos Keanekaragaman jenis disebut juga kehetrogenan jenis. Indeks Keanekaragaman menunjukan kekayaan spesies dalam suatu komunitas dan juga memperlihatkan keseimbangan dalam pembagian jumlah per individu per species. Indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan indeks Shannon – Wienner (Magurran 1987): Keterangan : H’ : Indeks Diversitas ni : Jumlah Individu species ke-i Pi : ni/N atau jumlah individu masing-masing jenis (i=1,2,3,…) N : Jumlah total individu H’ < 1 Tercemar Berat H’ = 1 – 1,6 Tercemar Sedang H’ < 1,6 – 2 Tercemar Ringan H’ > 2 Tidak Tercemar

Indek kesamaan Sorensen (Michael 1984 dalam Sinaga 2009) : 4. Indeks Kesamaan Indek kesamaan Sorensen (Michael 1984 dalam Sinaga 2009) : Keterangan Is : Indeks Kesamaan Sorensen C : Jumlah terkecil species yang sama pada kedua stasiun a : Jumlah Individu pada Sampel A b : Jumlah Individu pada Sampel B Kriteria Indeks Kesamaan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Kecil >90% ≤90% ≤60% ≤30%

Hasil dan Pembahasan Komposisi Makrozoobenthos Berdasarkan hasil identifikasi makrozoobenthos yang ditemukan pada saat pengamatan terdiri dari 28 species dari 7 kelas yaitu : Kelas Gastropoda terdiri dari . Hydrobia nickliniana, Campeloma sp, Lepyrium showalteri, Pleucera sp, Pomatiopsis lapidaria, Pyrgulopsis nevadensis, Goniobasis livescens, , Physidae integra, Physidae sayi, Lymnaea columella, Lymnaea auricularia, Helisoma sp, Pomacea sp, Philodina sp, Parapholyx sp, Ptychobranchius sp, Phylodinavus sp, Neritrina sp. Kelas Insecta terdiri dari Chironomus sp, Macromia magnifica, Hagenius nrevistylus, Libellula sp. Kelas oligochaeta terdiri dari Tubifex sp. Kelas Clitellata terdiri dari Lumbricus terrestris. Kelas Bivalvia terdiri dari Polymesoda caroliniana, Masculium sp. Kelas Branchiopoda yaitu terdiri dari Lynceus brancyurus. Kelas Melacostraca Palaemonetes paludosus

2. Kelimpahan Makrozoobenthos

3. Keanekaragaman Makrozoobenthos H’ < 1 Tercemar Berat H’ = 1 – 1,6 Tercemar Sedang H’ < 1,6 – 2 Tercemar Ringan H’ > 2 Tidak Tercemar Stasiun Ulangan Rata- rata Kisaran 1 2 3 4 5 6 Stasiun 1 0,016 0,010 0,013 0,014 0,010-0,016 Stasiun 2 0,008 0,027 0,007 0,012 0,015 0,007-0,027 Stasiun 3 0,045 0,004 0,003 0,017 0,003-0,045 Stasiun 4 0,005 0,044 0,009 0,005-0,044

4. Indeks Kesamaan Sorensen Stasiun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 1   11.41% 3.95% 23.65% 2 42% 14% 3 6% 4 Kriteria Indeks Kesamaan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Kecil >90% ≤90% ≤60% ≤30%

5. Substrat Stasiun Tekstur Sedimen (%) Kelas Tekstur Pasir (%) Debu (%) Liat (%) 1 40,7 43,8 15,5 Lumpur Berpasir 2 74,5 13,5 12,0 Pasir Berlumpur 3 9,5 72,1 18,4 Liat 4 12,6 64,9 22,5

6. Parameter Lingkungan Perairan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Baku Mutu Air Kelas 3 Suhu (ºC) DO (mg/l) BOD5 (mg/l) pH Debit (m³/s) 18 - 24 1,85 – 4,6 0,4 – 3,8 7 28 – 30 0,38 – 1,9 3,9 – 23,95 7 – 8 4,97 – 8,28 24 – 27 0,46 – 2,3 5 – 21,245 31,76 – 70,91 24 – 30 0,23 – 2,7 5,45 – 23,55 39,47 – 128,74 Deviasi 3 3 6 6 – 9

Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai keanekaragaman makrozoobenthos pada setiap stasiun memiliki kriteria <1 yaitu stasiun pertama memiliki nilai keanekaragaman rata – rata 0,013, stasiun ke 2 0,013, Stasiun 3 0,015, Stasiun 4 0,015, dan memiliki nilai kelimpahan stasiun 1 456 ind/m2, Stasiun 2 978 ind/m2, Stasiun 3 4911 ind/m2, Stasiun 4 565 ind/m2 akan tetapi nilai kelimpahan tersebut didominansi oleh beberapa spesies seperti pada stasiun 1 didominansi oleh spesies Campeloma sp dengan nilai kelimpahan 109 ind/m2, stasiun 2, 3 dan 4 didominansi oleh spesies Tubifex sp dengan nilai kelimpahan berturut-turut 859 ind/m2, 4790 ind/m2 dan 173 ind/m2 dan memiliki nilai kesamaan Sorensen ≤ 30% hanya 1 yang memiliki nilai kesamaan Sorensen diatas ≤ 30% yaitu antara stasiun ke 2 dan stasiun 3. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan perairan Citarum Hulu padasetiap stasiun pengamatan sudah tergolong tercemar berat.

Saran Kegiatan perikanan yang menggunakan air dari Sungai Citarum Hulu sebaiknya melakukan perlakuan (water treatment) pada air tersebut terlebih dahulu sebelum digunakan untuk kegiatan perikanan Agar diperoleh hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan analisis keanekaragaman makrozoobenthos secara berkala setiap bulan.

Beberapa Species Makrozoobenthos yang ditemukan

Terima kAsih