Ke Tanah Merah Tiga atau empat hari kemudian kami diberangkatkan dengan menumpang kapal yang lebih kecil lagi. Kapal ini milik Pemerintah yang disebut.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PELAJARAN DI DALAM PERUSAHAAN
Advertisements

‘Menit-menit mendebarkan saat mengalami Tsunami di Pangandaran’
PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KEKOMPAKAN KELOMPOK
Sepakbola Oleh: Guru Penjas SMA.
Asking Why? Lesson 41. Selamat ____, Bu. Sudah _____ ya? Sudah, Ari. Sudah _____. Saya ______ tadi sebelum ____. Biasanya saya _____ jam ____. Aduh, pagi-____.
Untuk Sharing Pembelajaran
"Tour de Cirebon" dengan Becak
Bu Diro yang “Lebih Populer”
Dari Digul ke Bandaneira Pada akhir Februari 1934 saya ditangkap di Bandung oleh seorang camat PID (polisi rahasia Belanda). Ditahan beberapa hari di kantor.
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) dari Hari ke Hari Pada bulan September 1932 saya sudah pindah pondokan, menyewa di Jalan Kopo. Waktu itu Pimpinan Umum.
Asking Why? Lesson 41.
Arti Revolusi Pada tanggal 27 November 1956 diadakan upacara pemberian gelar Doctor Honoris Causa kepada Bung Hatta oleh Universitas Gadjah Mada, bertempat.
Turn ON Your Speakers / Earphones
Ns. ENI NUR’AINI, S.Kep, MSc
Perpustakaan Ada satu hal lagi yang perlu saya kemukakan. Entah bagaimana saya berani mengusulkan sepintas lalu kepada Bung Hatta, agar perpustakaan pribadi.
Pertemuan 4 Perencanaan Pelabuhan
Suku Sasak Suku Sasak adalah suku bangsa yang mendiami Pulau Lombok dan menggunakan bahasa Sasak. Suku ini berasal dari Jawa dan Bali. Sebagian besar masyarakatnya.
PERENCANAAN PELABUHAN
Kata Ganti dan Kata Depan
Pantun BY : KARINA / 5C.
DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : menaik turunkan.
Tahukah Siapa Mercy? By: Mercy Junfandi.
KOMPETENSI DASAR : Mengidentifikasi unsur cerita ( tokoh, tema, latar, amanat) INDIKATOR : Diharapkan siswa mampu : Menjelaskan pengertian unsur intrinsik.
FASILITAS PELABUHAN.
Membawa Orang Lapangan Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, sering kali saya bertemu dengan Bung Hatta dalam rangka tugas pekerjaan saya di Kementrian.
PENGANGKUTAN BARANG IMPOR DAN EKSPOR
Pertemuan 3 Pengoperasian Pelabuhan
DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : menaik turunkan.
ORIENTASI TEKNIS IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Kata Ganti dan Kata Depan
Uji-Ngaji Sewaktu kami bertiga: Kak Meutia, saya sendiri, dan Halida, masih kecil, Ibu menyarankan agar saya masuk sekolah Katolik. Waktu itu Ayah marah.
Bersyukur dan Bahagia Alkisah, ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta, dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang.
Tawaran dari Bapak Koperasi
LINGKUNGAN BUATAN.
Sekitar Berdirinya PNI
KEPROTOKOLAN.
Tak Setuju dengan Dwifungsi ABRI
Motivasi, Methodologi dan Seni Berpidato
Sri Juwita Hanum Cukup lama kami menikah, namun belum dikaruniai anak. Dalam soal anak, orang Minangkabau tidak kalah usil mulut seperti orang Jawa. Mereka.
I. PENGERTIAN PELABUHAN
Tertib Itu Indah Memang benar apa yang dikatakan kawan saya itu sebab jadwal kerja Ayah luar biasa rapinya. Bayangkan saja, setiap hari, persisi pada jam.
Hidup adalah sebuah pilihan
Dialog dalam “Seikere”
Pelangi Kehidupan Di suatu masa warna-warna dunia mulai bertengkar. Semua menganggap dirinyalah yang terbaik, yang paling penting, yang paling bermanfaat,
Harga Sebuah Merah-Putih
Konsep Dasar Perkapalan
Dialog Seputar KMB Segala sesuatu yang diungkapkan di atas bukan berarti bahwa Bung Hatta tidak pernah marah terhadap saya, ataupun dalam hubungan antara.
Menjadi Promotor Disertasi
ASPEK HUKUM DALAM PENGANGKUTAN LAUT
Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke  dunia.
Penyelundupan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia pada waktu itu selalu memberikan wejangan bagi warga negara Indonesia, dengan tujuan.
Ns. ENI NUR’AINI, S.Kep, MSc
Kamar No. 5, Paviliun Cendrawasih
Prolog Sang Sekretaris
10 CARA MEMBACA PIKIRAN ORANG LAIN By FEBRIANA SYAFITRI
Tiga Kisah Menggugah.
Kata Ganti dan Kata Depan
PERJALANAN KE ROMA Lesson 13 for September 29, 2018.
I. PENGERTIAN PELABUHAN
Pemikiran: Dasar Ekonomi Islam
Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke  dunia.
Pesan Bung Hatta Pada tahun 1932, atas nama Pimpinan Umum Pendidikan Nasional Indonesia, Bung Hatta mengeluarkan sebuah brosur berjudul Ke Arah Indonesia.
Deskipsi Menjelaskan tentang Pengertian Pelabuhan meliputi : Perkembangan Pelabuhan, Arti penting pelabuhan, Definisi Pelabuhan, Macam pelabuhan, Pelabuhan.
MANAJEMEN ASURANSI PENGANGKUTAN
Pernikahan Putri Sulung
Surat Balasan Suatu kunjungan ke rumah Bung Hatta yang amat mengesankan ialah waktu saya datang untuk mengambil copy riwayat hidup Sjahrir yang saya minta.
Boleh Mandi di Sini Walaupun tugas rutin saya sejak Bapak menjabat sebagai wakil presiden adalah mengurus administrasi di Sekretariat dan mengurus perpustakaan,
PELAJARAN DI DALAM PERUSAHAAN nKita semua akan melalui perubahan nAda tiga pelajaran dari perusahaan besar yang dapat membantu kita bertahan…….
Transcript presentasi:

Ke Tanah Merah Tiga atau empat hari kemudian kami diberangkatkan dengan menumpang kapal yang lebih kecil lagi. Kapal ini milik Pemerintah yang disebut “kapal putih”, kapal yang biasa dipakai para pejabat untuk berturne ke berbagai pulau, nama kapal itu Albatros, ukurannya sangat lebih kecil dibanding dengan Melchior Treub. Sebab itu selama perjalanan kami merasa diayun gelombang sebesar gunung. Di kala kapal berada di bawah dan kami dapat melihat pucuk gelombang di atas kepala, ada seorang awak kapal nyeletuk bahwa di tempat ini ada pusar laut yang dapat menyedot kapal ke dasar laut. Bung Hatta dan Sjahrir hanya tersenyum saja, sedang saya ingin tahu apa sebabnya, karena sangat mengerikan. Kapal Albatros singgah di Pelabuhan Tuwal setengah hari dan menambah muatan untuk ke Tanah Merah, seperti ayam dan kelapa. Selanjutnya tak ada lagi tempat yang disinggahi. Kapal terus masuk ke sungai Digul pada waktu hari sudah gelap, sehingga kami tidak dapat melihat suatu apapun di kanan-kirinya, selain bayangan hitam. Baru esoknya kami dapat melihat rimba raya belantara dan terkadang menjumpai gubug di pohon-pohon, rumah penduduk asli yang masih primitif. Malam berikutnya, akibat terjadi banjir, kapal mengalami musibah, karena berlayar terlalu ke tepi. Di kala kami berbincang-bincang kami mendengar suara Bung Hatta berteriak-teriak “Awas-awas, awas.” Tetapi kapal sudah menabrak pohon yang menjulang di atas kali. Atap kapal tempat bernaung kami menjadi ringsek dan ada belandar atap yang terjatuh. Untung hanya menyerempet sedikit, kulit lengan saya lecet tidak berarti. Di kala teman-teman masih sibuk membenahi diri, Saudara Maskun mulai berkelakar, katanya: “Coba kalau Bung Hatta jadi kapten, kapal ini tak akan menabrak pohon”. Bung Hatta hanya tersenyum, Sjahrir tertawa agak lebar karena ia sedang memperhatikan saya yang sedang mondar-mandir mencari pipa rokok yang terlepas dari mulut saya. Pada malam itu tidak ada awak kapal yang berniat memperbaiki kerusakan, demikian pula kami yang menjadi penumpangnya, tidak juga berusaha pindah ke lain tempat dengan perkiraan bahwa kapal besok pagi pun akan sudah sampai di Tanah Merah.

Benar, di kala bangun di pagi hari, kami sudah dapat melihat sebuah rakit besar di pinggir kali yang dikatakan Pelabuhan Tanah Merah. Pada jam 8.00 pagi tanggal 22 Februari 1935, kami sudah menginjak daratan tempat buangan. Setelah acara serah terima dengan polisi yang mengantar kami sejak dari Tanjung Periok, kami dibawa ke daerah orang buangan (interneeringskamp), diantar oleh Lurah Tanah Merah yang dijabat orang buangan juga, bernama Budisucitro, bekas sekjen PKI lama. Kami dipersilakan memasuki rumah bekas toko Cina, dan rumah ini saja yang disediakan untuk Bung Hatta. Beberapa hari kami yang bujangan menumpang pada rumah Bung Hatta ini dengan tugas bergiliran masak di dapur. Pertama kali Bung Hatta dapat giliran menanak nasi dan saya yang harus mengangkatnya. Saya katakan kepada teman-teman bahwa ekonom kita tidak ekonomis. Bung Hatta tersenyum dan Sjahrir bertanya, “Mengapa?” saya jawab, “Nasinya hangus.” Kemudian Bung Hatta menepis, “Terbuang untuk orang, tetapi tidak terbuang untuk ayam,” ujar Bung Hatta. Dalam minggu pertama itu, Panitia Penerimaan menyodorkan rencana pertandingan persahabatan sepak bola. Dalam pertandingan itu Sjahrir menjadi barisan-muka-tengah, Bung Hatta dan Burhan di barisan belakang, sedangkan Murwoto penjaga gawang. Saya perhatikan Bung Hatta dapat menendang bola dengan kaki kanan dan kirinya, dan terkadang kepalanya yang hampir botak karena rambutnya mulai jarang itu dipergunakan juga untuk menerima bola. Dalam pertandingan ini barisan kesebelasan kami dicukur tiga gol dengan hanya dapat membalas satu gol saja. Di kala barang-barang kami sudah diperbolehkan diangkut dari gudang pelabuhan, ternyata Bung Hatta membawa buku sebanyak 16 peti. Sesaat sampai di rumah, saya bertanya, “Apakah Bung Hatta ini mau buka toko buku?” Beliau hanya menjawab dengan senyuman, tetapi Sjahrir yang selalu mendampinginya sejak teka-teki di Makassar, mengatakan kepada saya bahwa saya ini suka “ada-ada saja” kalau bicara. Moh. Bondan, Pribadi Manusia Hatta, Seri 6, Yayasan Hatta, Juli 2002