PERILAKU SUBSISTEN
Ada daerah-daerah dimana posisi penduduk pedesaan ibarat orang yang selamanya berdiri terendam dalam air sampai ke leher, sehingga ombak yang kecil sekalipun sudah cukup untuk menenggelamkannya (R.H. Tawney, 1966) PERILAKU SUBSISTEN
Menurut Boeke, desa sebagai pusat produsen pertanian (pangan), masih sangat gagap berhadapan dengan dunia industri. Karakteristik yang masih tradisional baik pada kultur, kehidupan sosial ekonomi, dan penggunaan teknologi sederhana dalam kehidupan sehari-hari (bertani) berimplikasi pada corak kematangan masyarakat yang ada PERILAKU SUBSISTEN
Subsistensi pertanian hanya bisa dilakukan pada pertanian organik. Pertanian organik di sini bukan berdefinisi pada tingkat higenisitasnya melainkan sistem harmonisasi yang menjadi spiritnya. Harmonis dalam kehidupan sosial ekonomi, dan siklus perputaran energi yang terjadi di alam (Rachman Sutanto, 2002). PERILAKU SUBSISTEN
Mempunyai prinsip “safety first”, yang artinya mendahulukan selamat Tidak mau mengambil resiko yang memungkinkan menimbulkan bencana PERILAKU SUBSISTEN
Mempunyai lahan produksi sempit (<2000m 2 ) Teknologi masih sederhana Selalu menanam komoditas pangan SDM rendah Pertanian merupakan satu – satunya penopang hidup Mempunyai modal kecil PERILAKU SUBSISTEN
TUJUAN Memenuhi kebutuhan hidup PERILAKU SUBSISTEN
Membuat kerajinan tangan Menjadi buruh bebas Menjadi pedagang kecil PERILAKU SUBSISTEN