minggu 10 CAKUPAN ISI TUJUAN PEMBELAJARAN KRITERIA PENILAIAN Urban Plaza TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa memahami merancang ruang luar publik (Plaza) aktif. KRITERIA PENILAIAN Kemampuan merancang plaza yang terintegrasi dengan bangunan di sekelilingnya. METODE PENILAIAN Menilai hasil rancangan secara komprehensif. PENYAMPAIAN Tatap muka Diskusi Studio Asistensi/presentasi PUSTAKA Marcus, Clare Cooper and Francis, Carolyn, People Places : Design Guidelines for Urban Open Space, 1998, Van Nostrand Reindhold. http://www.mercubuana.ac.id PERANCANGAN ARSITEKTUR VI PRIMI ARTININGRUM 1
BENTUK URBAN PLAZA Bentuk Urban Plaza dapat berupa ”Taman kota” yang lebih banyak ditumbuhi rumput dan pepohonan atau disebut juga Ruang Terbuka Hijau, ataupun Plaza yang lebih banyak perkerasannya, ataupun kombinasi keduanya. Di Italia banyak ditemui Plaza atau disebut Piazza dalam bahasa Italia, seperti Piazza di Spagnia, Piazza del Campidoglio dll. Bentuk Piazza di Italia lebih banyak perkerasannya dan hampir tidak ditumbuhi pepohonan. Piazza benar-benar dibatasi oleh facade bangunan di sekelilingnya. Biasanya Piazza dimanfaatkan publik untuk menikmati hangatnya matahari, sambil duduk minum kopi atau teh, baik di pagi hari maupun di sore hari, sehingga cafe banyak mengokupasi bangunan di tepian plaza. Sedangkan Ruang Terbuka Hijau dapat berupa taman yang berfungsi juga sebagai paru-paru kota. Biasanya memiliki luasan yang besar, dan di dalamnya dimungkinkan untuk melestarikan habitat lingkungan, seperti danau berikut bebek, angsa dan ikan, serta tumbuhan-tumbuhan yang langka dan tua. Bentuk Ruang terbuka hijau seperti ini membutuhkan pengawasan pelestarian yang ketat dengan komitmen pemerintah serta warga kota yang tinggi, agar keberadaan Ruang Terbuka Hijau ini tidak musnah. Di Jakarta, kita punya lapangan Monas, yang sebetulnya merupakan Ruang Terbuka Hijau Kota, sekaligus menguatkan keberadaan Tugu Monumen Nasional yang merupakan Icon kota Jakarta. Saat ini untuk masuk ke kawasan Monas harus melalui pintu-pintu tertentu, karena sejak beberapa tahun yang lalu sekeliling lapangan Monas dipagari oleh pemerintah kota Jakarta. Hal ini merupakan upaya pemerintah menjaga kelestarian Ruang Terbuka Hijau tersebut di tengah pengapnya kota Jakarta. Awalnya direncanakan untuk memberikan habitat bagi ”kijang” untuk dapat hidup di taman Monas, sayangnya usaha tersebut tidak berhasil. Kijang yang di lepas di kawasan Monas mengalami stress. Beberapa Ruang Terbuka Hijau di kota Jakarta, banyak yang telah berubah bentuk dan fungsi. Pada tahun 1960an kawasan Senayan ditetapkan sebagai Ruang Terbuka Hijau dan paru-paru kota, sekaligus kawasan Olah-Raga, dengan Koefisien Dasar Bangunan yang sangat rendah. Tapi saat ini kecuali di sekitar stadion utama senayan, agak sulit menemukan ruang terbuka publik di kawasan senayan. Sebagai ganti ruang terbuka bermunculan bangunan-bangunan komersial, hunian dan perkantoran, maka masyarakat Jakarta lebih menyukai beraktivitas di pusat http://www.mercubuana.ac.id PERANCANGAN ARSITEKTUR VI PRIMI ARTININGRUM 3
Fransisco) , bila diusulkan menjadi plaza, akan melayani populasi yang (KDB/FAR) tidak selalu bisa menjadi sebuah plaza yang berhasil dalam kawasan urban yang padat. Apakah asumsi sebuah area dengan jarak 900 feet maksimum yang ditempuh pejalan kaki menuju ruang terbuka (sesuai jarak di San Fransisco) , bila diusulkan menjadi plaza, akan melayani populasi yang saat ini belum terlayani? Apakah lokasi plaza mengikat sistem pedestrian yang ada atau yang diusulkan? Jika sebuah plaza dengan pedestrian atau arcade di sisinya akan memfasilitasi pergerakan pedestrian antar blok, maka hal tsb sangat dianjurkan (menguntungkan bagi plaza). Apabila plaza memutus muka toko di jalan seberangnya, maka usulan plaza perlu dipertanyakan. Shopping Façade di sekeliling plaza, perluasan muka toko ke jalan, perlu dipertimbangkan (menguntungkan bagi hidupnya Plaza). Faktor iklim setempat juga sangat penting. Orang menyukai menggunakan plaza karena cuaca yang nyaman. Suhu lebih penting dari pada kehadiran matahari. Pada wilayah dimana penggunaan plaza umumnya kurang dari 3 bulan karena suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas, atau terlalu sering hujan (basah), outdoor plaza mungkin perlu diganti menjadi indoor public space. 2. UKURAN Agak sulit menentukan ukuran, karena setiap lokasi dan konteks berbeda- beda. Walaupun demikian, Kevin Lynch (1971) mengusulkan dimensi 40 feet akan menjadi skala yang intim; sampai dengan 80 feet masih merupakan skala manusia yang menyenangkan. Gehl mengusulkan dimensi maximum antara 70-100 meter (230-330 feet), karena jarak tersebut merupakan jarak pandang maximum untuk melihat event-event. Dimensi ini dapat juga dikombinasikan dengan jarak pandang maximum untuk dapat melihat ekspresi wajah antar pengguna plaza (sekitar 20-25 meter, atau 65-80 feet). http://www.mercubuana.ac.id PERANCANGAN ARSITEKTUR VI PRIMI ARTININGRUM 5