Modul 2 SIMILARITY IN NUSANTARA ARCHITECTURE Arsitektur Tradisional Indonesia secara geografik membucur dari barat (Sabang_Aceh) hingga Timur (Merauke_Papua). Dengan ribuan pulau dan latar belakang budaya yang berbeda menjadikan arsitektur tradisional sangat kaya dengan karya arsitektur yang menarik. Namun dari sekian perbedaan tersebut dapat dicatat beberapa persamaanyangmerupakanke-khas-anArsitekturTradisional Nusantara. Berdasarkan latar belakang budaya dan letak geografis membuat munculnya dugaan tentang Arsitektur Tradisional Nusantara, yaitu bersifat monogenesis dan polygenesis. Monogenesis, berarti diduga berbagai suku di Nusatara memiliki hubungan dengan satu sumber yang sama yaitu bangsa austronesian. HaltersebutdapatmenjelaskanmengapaternyataArsitektur Tradisional Nusantara memiliki persamaan. Dugaan lainnya adalah polygenesis, yang berarti ada alasan yang berbeda untuk satu hal yang sama. Framton, “Every man is Architect”. Seperti yang dikatakan oleh Hal ini merujuk kepada kemampuan dasar manusia sebagai arsitek, yang membuat karya Arsitektur Nusantara memiliki persamaan walaupun untuk alasan yang berbeda-beda. Ciri masyarakat timur tang althruis sangat kental mewarnai Arsitektur tradisional Nusantara. Baik secara monogenesis atau polygenesis
Lain lagi pada arsitektur tradisional Nias yang membuat panggung untuk mengatasi beban gempa. Extended Roof Ridges Atap yang melebar pada arsitektur tradisional Nusantara juga disebabkan oleh alasan yang beragam.Misalnya pada arsitektur tradisonal Minang yang atapnya merupakan symbol status sosial.
Atau padaRumahTongkonan,yangmenzoningrumahnya berdasarkan makrokosmos dan mikrokosmos. Construction Technique Padatahappembangunanjugamemilikiteknikyangsama. Arsitekturtradisional Nusantara menggunakan material alam, seperti kayu dan bambu (untuk struktur utama), bilik bambu untuk material dinding dan jerami atau ijuk untuk material atap.