PERENCANAAN, PERANCANGAN DAN PENATAAN FASILITAS SISI UDARA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
DRAINASE JALAN RAYA.
Advertisements

Perkerasan Jalan By Leo Sentosa.
ANTARA STRATEGI REDUKSI DAN ADAPTASI DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK
Manajemen Produksi dan Operasi
Pertemuan 11 Sistem Drainase Khusus
14 Penyelidikan tanah di lapangan Universitas Mercu Buana MODUL14 iii
13 MODUL 13 Stabilitas lereng (lanjutan) 1 Jurusan Teknik Sipil
Overview of Transportation Engineering
. KELOMPOK STRUKTUR JALAN LENTUR
Audit Produksi dan Operasi
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
FUNGSI DAN PROSES PERENCANAAN SERTA PENGENDALIAN
Dasar Pengelolaan Sampah Kota
Irigasi 1 Perencanaan Irigasi.
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBIAYAAN MODAL
air I. Pendahuluan konsumsi sanitasi Sarana transportasi
Perancangan Perkerasan
SOEKARNO-HATTA. LOCALIZER DALAM INSTRUMENT LANDING SYSTEM BANDAR UDARA
PERENCANAAN.
Perencanaan Transportasi Jangka Panjang
Perencanaan perkerasan struktur lapangan terbang
PERTEMUAN 14 Pengendalian
06 PERANAN MANUSIA DALAM TRANSPORTASI
Pertemuan 01 PENDAHULUAN
MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS.
MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS.
ADAPTASI.
Pertemuan 10 Drainase Jalan Raya
JENIS-JENIS KERUSAKAN PERMUKAAN JALAN
bagian-bagian dari lapangan terbang
KARAKTERISTIK PESAWAT TERBANG
REKAYASA JALAN RAYA I Sartika Nisumanti, ST.,MT FAKULTAS TEKNIK
PERTEMUAN 14 Pengendalian
REKAYASA JALAN RAYA I Dosen: Sartika Nisumanti, ST.,MT PERKERASAN KAKU.
KONSTRUKSI PERKERASAN BERASPAL
DAMPAK YANG MENGUNTUNGKAN
PERTEMUAN 14 Pengendalian
MANAJEMEN PRODUKSI DALAM AGRIBISNIS
KDK TRANSPORTASI JURUSAN TEKNIK SIPIL FT. UNDA
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
ORGANISASI DAN PERSONIL
PAPARAN DIREKTUR BINA TEKNIK
Parameter perencanaan
PERANAN MANUSIA DALAM TRANSPORTASI
Enterprise Architecture
SIFAT SIFAT PESAWAT BERKAITAN DENGAN DESAIN BANDARA
. PREPARED BY : H. MUSTIKA LUKMAN ARIEF, SE.,MBA.,MM
Perencanaan Metoda CBR
JENIS-JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN JALAN
FIRMANSYAH, ST, M.S 1 Pendahuluan REKAYASA BAHAN PERKERASAN.
Dosen : Dr.Ir.Firdaus Chairuddin M.S
Laba Kompetitif.
STRUKTUR BUMI DAN LAPISAN TANAH
Paradigma Pengelolaan Lingkungan Hidup : 1
DIKERJAKAN OLEH ANDRI CHRISTIAN D FADHIL ISNAN S D
PERENCANAAN BANDAR UDARA DESAIN PERKERASAN PADA BANDAR UDARA
CAMPURAN BERASPAL Campuran  Beraspal  Panas  adalah  campuran  aspal  dan  batuan  yang dicampur di  Unit  Pencampur  Aspal  (AMP),  dihampar  dan  dipadatkan.
Kelompok 11: Dwi luthfiah Siti Sofiatul H Faris Aldy.
Parameter perencanaan
POLA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN SALURAN DRAINASE Studi kasus : Perumahan Pondok Ungu Permai, Kelurahan Kaliabang Tengah,
DRAINASE JALAN RAYA.
Perencanaan Teknis dan Sistem produksi
SEMINAR TUGAS AKHIR “ANALISIS PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) JALAN INSPEKSI (CHECK ROAD) PERIMETER SELATAN DI BANDARA SOEKARNO-HATTA, TANGERANG.
STRUKTUR BADAN JALAN KERETA API (SUBGRADE)
TEORI SISTEM LAPIS BANYAK Tegangan, Regangan & Defleksi
PERANCANGAN PERKERASAN JALAN RENI KARNO KINASIH
Menghitung Tebal Lapis Perkerasan Lentur
Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Lentur
STABILISASI TANAH Adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, Atau dapat pula Stabilisasi Tanah adalah Usaha.
Drs.H.Triwuryanto, MT. DOSEN TEKNIK SIPIL STTNAS
Transcript presentasi:

PERENCANAAN, PERANCANGAN DAN PENATAAN FASILITAS SISI UDARA

TANTANGAN Perencanaan, perancangan, penataan dan pemeliharaan fasilitas sisi udara dari sebuah bandar udara menuntut suatu kebijakan yang bersifat efektif dan segera, sehingga harus didasari pertimbangan komprehensif dan fundamental.

PENYEBAB KERUSAKAN FASILITAS SISI UDARA Beberapa aspek terkait kondisi Fasilitas Sisi Udara sebagai berikut : Aspek Kondisi alam Aspek Struktur perkerasan Aspek Beban lalu lintas Aspek Pelaksanaan Proyek

1. ASPEK KONDISI ALAM Sistem Bandar Udara di Indonesia, biasanya adalah pada persil yang tersedia di wilayah yang datar di dekat batas daratan dengan laut atau di daerah tepi pantai. Pada daerah pantai aspek luas lahan, keterbukaan dan tekanan udara akan sangat menguntungkan untuk pengembangan sistem.

Secara alamiah daerah pantai adalah dataran rendah tempat penumpukan material (sedimen) yang memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik utama yang perlu mendapat perhatian khusus adalah : kecenderungan Kapasitas Daya Dukung Tanah (Bearing Capacity) yang rendah. Kadar Air yang tinggi (Muara Sistem Sungai), Kadar Organik dari Jasad Renik, Tanah Gambut hingga Expansive Soil.

Kondisi ini perlu diantisipasi sejak awal dengan menetapkan strategi investasi dalam pengembangan sistem. Investasi yang tinggi pada perbaikan tanah, akan dapat menekan Biaya suatu Sistem Bandar Udara dengan nilai keuntungan : menekan biaya struktur perkerasan, menurunkan biaya pemeliharaan, serta secara mendasar meningkatkan kehandalan sistem.

Sebagai contoh Bandar Udara Internasional di Indonesia pada dataran rendah dan membutuhkan perbaikan tanah : AP I AP II UPT Juanda, Surabaya SOETTA, Jakarta Juwata, Tarakan A. Yani, Semarang MIA, Padang Sampit Supadio, Pontianak Sibolga Kualanamu, Medan Tanjung Balai Karimun

2. ASPEK STRUKTUR PERKERASAN Memperhatikan sejarah pembangunan Bandar Udara di Indonesia, orientasi pembangunan Bandar Udara atau lebih khusus lagi Fasilitas Sisi Udara, adalah lebih untuk kepentingan perang (Perang Dunia II) dan penguasaan wilayah.

Masa pembangunan yang singkat, Struktur Perkerasan disebagian besar Bandar Udara di Indonesia dibangun dengan Lapis Permukaan (Surface Layer) yang relatif tebal dan Lapis Fondasi (Base Layer) yang relatif tipis, diatas Permukaan Tanah Dasar (Subgrade) yang minim perbaikan tanah.

Struktur perkerasan tersebut kurang menguntungkan dalam jangka panjang, karena Lapis Permukaan akan cenderung menua (aging) dan menurun kinerjanya secara signifikan karena berhadapan langsung dengan beban dan lingkungan (suhu udara, ekspose oksigen dan curah hujan).

Peningkatan kapasitas struktural harus dilakukan dengan melakukan pelapisan ulang (overlay) berkali-kali, yang pada prakteknya menghasilkan Sistem Perkerasan Multi Layer yang cenderung tidak stabil. Tebalnya Sistem Pelapisan di Lapis Permukaan ini kemudian menghasilkan sistem yang kompleks, sehingga cenderung menghasilkan (pola) kerusakan yang kompleks pula.

Sistem Pelapisan Landas Pacu di Bandar Udara Juanda Surabaya Surface (AC) – 7cm  overlay 2012 Surface (AC) – 6 cm  overlay 2000 Surface (AC) – 6,5 cm  overlay 1991 Surface (AC) – 8 cm  overlay 1979 Surface (AC) – 10 cm  overlay 1974 Surface – 5 cm Base Course – 9 cm Sub Base Course – 14 cm Compacted Sand – 64 cm Subgrade – CBR 3% Sistem Pelapisan Awal Ulang (Ovelay)

Banyaknya segmen yang berbeda secara longitudinal, disebabkan oleh program yang dilakukan secara bertahap dan terkadang tidak mengikuti Sistem Pelapisan yang sama/tetap (continue).

6 (enam) Longitudinal Segmen pada Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung

10 (sepuluh) Longitudinal Segmen pada Bandar Udara Juanda Surabaya

6 enam longitudinal segmen perkerasan di Bandar Udara Supadio

3. ASPEK BEBAN LALU LINTAS Dari Fasilitas Sisi Udara hal-hal yang sangat berpengaruh adalah: Peningkatan frekuensi penerbangan yang memperpendek umur Sistem Perkerasan, karena meningkatnya pengulangan pembebanan.

Konversi modul pesawat menaikkan tingkat pembebanan yang berakibat tingginya tekanan roda pada permukaan perkerasan. Kondisi ini juga memperpendek umur Sistem Perkerasan. Tingginya frekuensi penerbangan menuntut perpanjangan waktu pelayanan Sistem Bandar Udara yang kemudian memperpendek waktu (window) yang dapat digunakan untuk usaha pemeliharaan.

4. ASPEK PELAKSANAAN PROYEK Perencanaan, perancangan, penataan dan pemeliharaan fasilitas sisi udara dari sebuah bandar udara menuntut pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang tepat mutu, volume dan waktu. Dalam proses pelaksanaan konstruksi hendaknya memenuhi hal-hal dasar sebagai berikut : Pengukuran awal dan akhir Kesesuaian Volume pekerjaan Kesesuaian Campuran (mix design) Crack dan metode perbaikan Urutan pekerjaan perbaikan Water ponding

Problem Kerusakan pada Fasilitas Runway HUBUNGAN KAUSALITAS Kondisi Alam Struktur Perkerasan Beban Lalu Lintas Problem Kerusakan pada Fasilitas Runway Pelaksanaan Proyek

Problem Kerusakan pada Fasilitas Runway TINGKAT PENYELESAIAN PRIORITAS & ANGGARAN Jangka Pendek : Melakukan rekonstruksi pada weak point Overlay Problem Kerusakan pada Fasilitas Runway Jangka Panjang : Melakukan rekonstruksi dengan menutup operasi bandara Membangun runway baru

Pekerjaan tidak sesuai HASIL AKHIR PELAKSANAANPROYEK Pekerjaan tidak sesuai Pekerjaan sesuai Kualitas Rendah Kualitas Ideal Hasil Akhir

ACTION PLAN Hal yang dianggap pragmatis namun tetap sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pemeliharan dan peningkatan Sistem Bandara adalah membagi penyelesaian menjadi beberapa tahap sebagai berikut: Penyelesaian jangka pendek (1-3 tahun) berupa pelapisan ulang (overlay) pada bagian-bagian yang lemah (weak points) dengan campuran yang memiliki gradasi agregat dan karakteristik bahan pengikat (aspal) sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk Perkerasan Bandara.

Penyelesaian jangka menengah (5-10 tahun) berupa overlay menyeluruh untuk peningkatan kehandalan sistem, perbaikan kualitas permukaan dan peningkatan nilai PCN (apabila dibutuhkan), juga dengan campuran yang memiliki gradasi agregat dan karakteristik bahan pengikat (aspal) sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk Perkerasan Bandara. Penyelesaian jangka panjang (10-20 tahun) berupa pembangunan Landas Pacu baru sebagai pengganti Landas Pacu lama selama masa rekonstruksi, untuk selanjutnya bersama-sama dengan Landas Pacu lama (yang sudah direkonstruksi) akan menambah kapasitas sistem.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi laju penurunan PCI dan pencapaian dini umur layan (sebelum melakukan perbaikan sistem secara fundamental) adalah dengan: Melakukan pembatasan beban utamanya pada pesawat-pesawat terbesar yang dilayani oleh suatu Sistem Bandar Udara. Melakukan pengendalian pergerakan pesawat diatas Landas Pacu dengan menghitung dan mengatur tingkat perlambatan pada operasi Mendarat (Landing) sebelum masuk pada Landas Hubung. Melakukan pembatasan jenis/tipe pesawat yang memiliki nilai PCN yang lebih tinggi dari 3. Pelaksanaan proyek yang tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya.

Contoh Bandar Udara Yang Runway Barunya di Bangun untuk Kebutuhan PENINGKATAN OPERASI DAN Pelaksanaan Rekonstruksi Runway Lama SURABAYA

TARAKAN

PONTIANAK

Ir. Lukman F. Laisa