PERTEMUAN XII MARRIAGE
Perkawinan merupakan Salah satu alternatif gaya hidup Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami- istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa.
Tujuan Perkawinan Hidup Bahagia Growth Mempunyai keturunan
Bentuk-bentuk perkawinan The traditional model The shared-roles model The reversed-roles model The time limited model The living together model The group model
Kiat agar mencapai perkawinan bahagia 1.Cinta 2.Seiman 3.Saling percaya 4.Seks 5.Ekonomi 6.Anak 7.Hindari pihak ketiga
8.Romatisme 9.Komunikasi 10.Saling memuji dan memperhatikan 11.Bertengkar secara fair : - hindari berteriak, memukul, melempar sesuatu -tetap fokus pada satu pembicaraan -Beri kesempatan pasangan untuk berfikir -Jangan hanya mendengar perkataan, tapi cobalah untuk mengerti alasan dan berempatilah
12.Lihatlah diri sendiri 13. Belajar bersabar 14. Sadari betapa berharganya pasangan 15. Beri hadiah yang dapat diingat (kartu pos, puisi, waktu) 16. Beri perhatian seperti yang diinginkan pasangan
Mengatasi bahaya dalam perkawinan Tahap I : Timbulnya Gangguan Tanda-tanda : Mulai berkata pada diri sendiri, ‘persoalan kecil seperti itu kok dibesarkan’. Mulai merasa terganggu pada sikap atau kata-kata pasangan. Mulai enggan mengungkapkan kekesalan Anda pada pasangan.
Mengatasi bahaya dalam perkawinan Tahap II : Timbulnya Rasa Marah Tanda-tanda : Kehilangan gairah untuk berhubungan intim. Merasa tidak dicintai, dihargai, dipahami. Mulai ada jarak dengan pasangan
Mengatasi bahaya dalam perkawinan Tahap III : Bersikap Menolak, Tanda- tanda : Tak lagi bergantung pada pasangan Kehadiran pasangan dianggap mengganggu. Hubungan emosi dengan pasangan memudar
Mengatasi bahaya dalam perkawinan Tahap IV : Tak lagi peduli Tanda-tanda : Mulai malas berbeda pendapat atau bertengkar Di depan umum, sering terlihat sebaliknya
Penyebab hancurnya perkawinan Melakukan perselingkuhan Melakukan kekerasan Tidak jujur
Bahan Renungan Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur. Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah. Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikitpun. Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang. Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.
Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran. Ia suka main catur, membuat kaligrafi, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami. Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman. Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.
Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik. Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia? Sumber :
TUGAS Tulis opini Anda mengenai perkawinan yang bahagia.