METODE MELATIH MENTAL SEPAKBOLA Subagyo Irianto, M.Pd Subagyo_Irianto@uny.ac.id
Untuk mencapai prestasi tinggi seorang atlet dituntut memiliki kemempuan yang maksimal dari semua umur yang ada antara lain fisik, teknik, taktik, dan mental. Agar atlet memiliki kemampuan yang memeadai untuk sebuah kompetisi, maka kedua unsur fisik dan psikis harus dilatihkan secara seimbang. Keterampilan secara mental sangat diperhatikan atlet agar atlet dapat mengatasi berbagai masalah dan kendala saat bertanding, sehingga dapat mendorong atlet lebih mandiri saat bertanding. Dalam latihan mental atlet harus memiliki kesadaran, dedikasi, dan kemauan yang kuat untuk mempersiapkan diri pada sebuah pertandingan (Sukadiyanto, 2014:1). Selanjutnya, menurut Sukadiyanto (2014:1) menyatakan ada beberapa kemungkinanyang menyebabkan pelatih enggan melatihkan aspek psikis antara lain: (1) belum mengetahui cara melatihkan aspek psikis (2) sudah mengerti, tetapi karena keterbatasan waktu (3) latihan psikis memerlukan waktu khusus dan tersendiri (4) mengetahui lawan juga tidak melatihkan psikis.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pada saat bertanding fakta psikis memiliki peran yang lebih dominan dari faktor teknis maupun fisik, sebab gangguan psikis seperti kurangnya percaya diri, motivasi, konsentrasi, dan keberanian akan berakibat negatip terhadap keterampilan teknis dan kemampuan fisik atlet. Untuk mencapai mental yang kuat diperlukan kesehatan tubuh yang baik, kontrol emosi yang baik, dan memiliki fisik yang prima. Pada setiap aktivitas cabang olahraga termasuk sepakbola selalu melibatkan unsur fisik dan psikis, sehingga sudah selayaknya pelatih dalam memberikan swetiap proses latihan kedua unsur tersebut harus dilatihkan secara simultan dan seimbang. Unsur fisik dan psikis dalam proses latihan dan pertandingan secara kontinyu dan silih berganti saling menunjang untuk dapat menempilkan prestasi yang terbaik (Sukadiyanto, 2014:2) berkaitan dengan hal tersebut ada dua cara untuk melatih ketegaran mental atlet yaitu: (1) latihan secara verbal, yaitu melalui anjuran yang berupa kata-kata, ceramah, diskusi (2) latihan secara non verbal (praktik), yaitu kombinasi latihan teknik dan fisik di lapangan, simulasi pertandingan, menghadapi pressing lawan dsb.
Menurut Gallwey (1982:3-4) menyatakan bahwa suasana pertandingan merupakan suatu suasana yang didominasi oleh unsur mental, maka sikap mental yang mendukung pencapaian prestasi harus dilatihkan secara tepat kepada atlet. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa atlet yang berprestasi tinggi, aktivitas pada saat proses latihan kondisinya sama atau menyerupai pada saat pertandingan (Loehr, 1991:133). Untuk itu dalam menyusun setiap sesi latihan pelatih harus mengacu pada periodesasi, situasi, keadaan yang realistik dengan kondisi yang dihadapi nantinya dalam pertandingan. Menurut Braden dan Wool dalam Sukadiyanto (2014:3) menyatakan bahwa dalam suasana pertandingan aspek mental pada atlet mencakup empat konsep yaitu: (1) ada keterkaitan antara pikiran dan badan (2) keadaan psikologis, suasana hati , suasana haru, perasaan dan semua permasalahan dapat mempengaruhi permainan (3) aspek mental diantaranya termasuk kecerdikan (smart) dan kepandaian (intellegence) dan, (4) aspek mental juga meliputi strategi dan taktik. Oleh karena itu atlet yang memiliki keterampilan mental yang prima dapat sebagai jaminan untuk meraih keberhasilan dalam pertandingan (Loehr, 1991:1).
Ketegaran Mental (Mental Toughnest ) Ketegaran mental adalah suatu kondisi atlet masih tetap mampu berfikir secara positif, realistik, tenang, dan jernih meskipun dalam keadaan tertekan oleh lawan (Loehr, 1993:182). Ciri-ciri atlet memiliki ketegaran mental yang baik antara lain: (1) dapat menguasai dan mengendalikan emosi, (2) dapat merubah emosi negatif menjadi emosi positif, (3) mampu mengatasi kesalahan dan kegagalan tanpa emosi, (4) cepat bertindak pada kondisi penampilan yang ideal,(5) mampu keluar dari krisis dan ketidak beruntungan. Sedangkan menurut Goffi (1984:17) atlet yang memiliki ketegeran mental yang baik cirinya adalah: memiliki percaya diri, ketetapan hati, dan dapat berkonsentrasi dengan baik.
Tahapan Latihan Ketegaran Mental : Membangun landasan dasar untuk pemulihan, meliputi: nutrisi yang baik, waktu tidur, dan istirahat yang cukup. Tegar secara fisik, meliputi: mampu menerima beban latihan meskipun berat, tidak mudah menyerah meskipun ketinggalan dengan lawan. Tegar secara mental, meliputi: disiplin, improvisasi, percayadiri kuat, dan berpikir positif. Pribadi tegar, meliputi: secara emosional fleksibel, peka, dan tahan terhadap tekanan/ stress.
Metode Melatih Ketegaran Mental Atlet Metode adalah cara, maka metode maelatih ketegaran mental adalah suatu cara yang dilakukan untuk mencapai kondisi mental yang kuat meskipun atlet dalam keadaan tertekan oleh lawan. Ada dua cara untuk melatih mental atlet yaitu: Cara verbal Cara yang dilakukan oleh pelatih dengan menggunakan kata-kata atau anjuran, misalnya ceramah, diskusi. Cara non verbal Cara latihan ketegaran mental yang selalu dikombinasikan dengan latihan unsur fisik dan teknik, misalnya: simulasi pertandingan, game kontrol, latihan taktik dan strategi di lapangan. Adapu unsur-unsur ketegaran mental yang dilatihkan menurut Crespo (1996:14) diantaranya adalah motivasi, goal setting, berpikir positif kontrol emosi, perhatian, kontrol perilaku, dan mental(visualisasi).
Bentuk-Bentuk Latihan Mental: Latihan secara verbal: a. Anjuran agar mata tetap dalam kontrol, pandangan mata merupakan pancaran dari apa yang ada dalam benak atlet. b. Kebiasaan atau rituals, Yaitu bentuk kebiasaan yang sudah biasa dilakukan yang secara psikologis mampu menambah rasa percaya diri atlet. Misalnya: selalu berdoa sebelum memasuki lapangan pertandingan. c. Irama, yaitu berusaha melakukan sentuhan dengan bola secara baik, misalnya: dengan umpan-umpan pendek cepat. d. Pernapasan, yaitu mampu mengontrol pernapasan selama pertandingan sehingga tetap memiliki energi atau tenaga yang cukup baik selama pertandingan. e. Mempertinggi intensitas yang positif, yaitu selalu berfikir positifagar tidak terbebani dalam bermain. f. Tenang dan rileks, yaitu diusahakan tetap tenang dan rileks saat menghadapi tekanan dan kesulitan di lapangan., g. Memperkecil kesalahan, yaitu usahakan sekecil mungkin membuat kesalahan atau blunder dan jika melakukan kesalahan segera disadari, dan mencari solusi yang terbaik. h. Percaya diri, yaitu menunjukkan semangat dan kegairahan dalam bermain. i. Menghindari kata-kata yang negatif yaitu selalu mengingat bahwa setiap ucapan adalah doa, sehingga berucaplah yangf baik-baik. Memaki diri sendiri dengan kata-kata yang negatif selama bermain tidak akan menyelesaikan masalah justru membuat pikiran semakin kalut dan tidak fokus.
Latihan secara non verbal (praktik) a. Melatih motivasi, goal setting, dan usaha maksimal 100%. Cara yang dapat dilakukan antara lain: bermain dengan cara selalu menyerang di daerah pertahanan yang lemah, bermain dengan kombinasi menyerang melalui sayap dan tengah. b. Kontrol pikiran, melakukan suatu usaha dengan pikiran yang tenang dan realistik, berusaha untuk selalu dapat menyelesaikan masalah. c. Kontrol emosi, yaitu tetap tenang dan rileks saat menghadapi tekanan lawan, penonton, maupun wasit. d. Konsentrasi, yaitu selama pertandingan berlangsung usahakan pikiran jangan sampai kosong atau lengah tetapi tetap konsentrasi pada pertandingan, bisa menjalankan taktik dan strategi dengan baik. e. Kontrol perilaku/ sikap, yaitu bermain dengan fair play, sportif, menerima kemenangan dan kekalahan secara wajar. f. Kontrol mental yaitu tidak kenal menyerah meski keadaan tertekan, selalu merencanakan dengan baik dengan pikiran dan tenaga saat melakukan tindakan. Selalu diingat bahwa dalam latihan mental intinya atlet selalu diajak untuk berpikir