SERIAL AQIDAH: HUKUM PERDUKUNAN DAN SIHIR (diangkat dari risalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ibn ‘Abdullah ibn Baaz Rahimahullah)
DEFINISI SIHIR Menurut Syaikh Dr. Shalih Fauzan Al-Fauzan dalam Kitabut Tauhid, dinamakan sihir karena terjadi dengannya perkara-perkara yang tersembunyi, yang tidak bisa dijangkau oleh penglihatan manusia. Sihir itu hakiki, di antara hakikatnya adalah pengaruhnya terhadap hati dan badan yang menyebabkan seseorang menjadi sakit, terbunuh, atau memisahkan antara seorang istri dan suaminya. Pengaruh akibat sihir ini terjadi dengan ketentuan dan izin Allah ‘Azza wa Jalla.
BENTUK SIHIR Sihir itu dapat berbentuk jimat-jimat, jampi-jampi, mantra-mantra, tatapan mata, tepukan tangan, obat-obatan, atau kepulan asap-asap.
MACAM-MACAM SIHIR Al-‘Iyafah Yaitu perbuatan seseorang yang mengurungkan niat untuk melakukan sesuatu karena ada perilaku tertentu dari burung. Ath-Tharqu Yaitu suatu garis yang dibuat di tanah dengan kerikil untuk menyihir dan melakukan praktek perdukunan dan hal ini banyak dilakukan oleh kaum wanita. Hal ini termasuk perbuatan sihir. Ash-Sharf Yaitu sihir yang dipergunakan untuk memisahkan antara dua orang yang saling mencintai supaya salah satu dari keduanya atau kedua-duanya menjadi benci kepada yang lain. Hal ini adalah perbuatan haram dan syirik kepada Allah. Ilmu nujum juga termasuk ke dalam kategori ilmu sihir Jenis sihir lain yang sudah kita kenal seperti santet, tenung, teluh, pelet, voodoo, debus, tenaga dalam, gendam, hipnotis, dll
ASAL-USUL SIHIR
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir'. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarkan ayat (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di Akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.“ (Al-Baqarah:102)
HUKUM SIHIR Hukum sihir adalah mutlak haram, termasuk dalam perbuatan syirik, dan pelakunya dihukumi kafir. Sihir termasuk dalam kesyirikan dipandang dari dua sisi: Pertama, sihir mempergunakan setan, menggantungkan diri kepadanya, mendekatkan diri dengan segala apa yang mereka inginkan dalam rangka berkhidmat kepada tukang sihir. Sihir termasuk pengajaran setan, sebagaimana firman Allah: “Akan tetapi setan-setan itulah yang kafir, yang mengajarkan manusia sihir.”
Kedua, di dalam sihir terdapat pengakuan mengetahui perkara ghaib sebagai wujud serikat dengan Allah, dan ini termasuk dari kekufuran dan kesesatan. Allah berfirman: “Dan sungguh mereka telah mengetahui bahwa bagi orang yang mempelajari (membeli) ilmu sihir tersebut maka dia tidak memiliki bagian di akhirat.” Dan ilmu ghaib tersebut tidak diperlihatkan kepada makhluk kecuali hanya kepada para rasul-Nya sebagaimana firman Allah: “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu kecuali kepada yang diridhai-Nya.“ (Al Jin: 26-27).
Selain itu, sihir adalah perbuatan setan Selain itu, sihir adalah perbuatan setan. Kebanyakan dari sihir tersebut tidak bisa dicapai oleh seseorang kecuali ia harus melakukan kesyirikan dan mendekatkan diri kepada ruh-ruh jahat (jin) yang persyaratannya adalah syirik kepada Allah. Oleh karena itu Allah menggandengkan sihir dengan kesyirikan sebagaimana sabda Rasulullah: اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ. قَالُوْا: وَمَا هِيَ؟ قَالَ: الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ. “Jauhilah tujuh penghancur! Para shahabat bertanya: “Apakah itu wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda: “Syirik kepada Allah dan sihir...” (HR. Al-Bukhari, 5/294, Muslim no. 89 dari Abu Hurairah).
Dari Imran bin Hushein r. a Dari Imran bin Hushein r.a., ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bukan dari golongan kami, orang yg menentukan nasib sial dan untung berdasarkan tanda2 benda, burung dan sebagainya, yang bertanya dan yang menyampaikan, atau yang bertanya kepada dukun dan yg mendukuninya, atau yang menyihir dan yang meminta sihir untuknya, dan barang siapa yang mendatangi Kahin dan membenarkan apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir dari apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Al-Bazzaar dengan sanad jayyid)
Ayat yang mulia di atas juga menunjukkan bahwa orang-orang yang mempelajari ilmu sihir sesungguhnya mempelajari hal-hal yang hanya mendatangkan mudharat bagi diri mereka sendiri, dan tidak mendatangkan satu kebaikanpun di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka sesungguhnya telah memperjualbelikan diri mereka dengan harga yang sangat murah, itulah sebabnya Allah berfirman : "Dan alangkah buruknya perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir itu, seandainya mereka mengetahui."
Jika demikian kedudukan sihir, sungguh tidak ada keraguan lagi bahwa sihir adalah perbuatan kekafiran dan kesyirikan yang akan membatalkan aqidah, dan wajib membunuh pelakunya sebagaimana para pembesar shahabat telah melakukannya. Oleh karena itu tidak dibenarkan seorang muslim pergi kepada para dukun, tukang tenung, tukang sihir dan semisalnya, lalu menanyakan kepada mereka hal-hal yang berhubungan dengan jodoh, pernikahan anak atau saudaranya, atau yang menyangkut hubungan suami istri dan keluarga, tentang cinta, kesetiaan, perselisihan atau perpecahan yang terjadi, bisnis, masa depan, dan lain sebagainya. Sebab semua itu berhubungan dengan hal-hal ghaib yang tidak diketahui hakikatnya oleh siapa pun kecuali oleh Allah Subhanahhu wa Ta'ala.
DUKUN/PARANORMAL Dukun pada hakekatnya sama dengan tukang sihir Saat ini, kata-kata dukun lebih diperhalus menjadi paranormal, ahli metafisik, peramal, atau bahkan kyai. Tukang sihir pastilah dukun, akan tetapi kadang-kadang dukun belum tentu tukang sihir, seperti peramal nasib, peramal masa depan, dll.
MACAM-MACAM DUKUN Menurut Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, dukun dibagi menjadi dua: ‘Arraaf, yaitu orang yang mengaku mengetahui kejadian yang telah lewat, yang bisa menunjukkan barang yg dicuri atau tempat kehilangan suatu barang. Kahin, yaitu orang yang mengaku mengetahui dan memberitakan hal-hal ghaib yang akan terjadi atau sesuatu yg terkandung di hati.
HUKUM MEMPERCAYAI DUKUN Hukum mempercayai dukun dibagi menjadi dua: Apabila seseorang bertanya tentang masalahnya kepada dukun tanpa mempercayainya, maka sholatnya tidak akan diterima selama 40 hari/malam Hal ini berdasarkan hadits dari Rasulullah: "Barangsiapa mendatangi 'arraaf' (tukang ramal) kepadanya, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari." (HR. Muslim dalam Shahihnya)
Hal ini berdasarkan hadits dari Rasulullah: Apabila seseorang bertanya tentang masalahnya kepada dukun dan membenarkannya, maka ia telah kafir. Hal ini berdasarkan hadits dari Rasulullah: “Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Abu Daud). “Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.” (HR. Empat Ahlus Sunan dan dishahihkan oleh Al-Hakim)
CARA DUKUN BEKERJA Telah Ijma’ di kalangan ulama, bahwa seseorang yang mengaku bisa mengetahui kejadian yang telah lalu, kejadian yang akan datang, maupun barang yang hilang, pastilah ia telah bekerja sama dengan jin dan syaithan Hukum bekerjasama dengan jin dalam semua keadaan adalah haram. Ketakutan seseorang terhadap jin justru akan membuat jin lebih berani lagi menakut-nakuti manusia.
Cara dukun mendapatkan berita adalah dengan memelihara jin yang mencuri dengar berita-berita di langit. Jin tersebut akan menyampaikan berita yang ia curi dari langit kepada dukun, dan menambah-nambah 1 kebenaran dengan 100 kebohongan. Setelah Rasulullah diutus, maka pintu langit ditutup rapat-rapat dan dijaga malaikat, serta jin dan syaithan yang berusaha mencuri dengar akan dilempar dengan batu dari neraka.
KEAMPUHAN SIHIR Sesungguhnya sihir tidak akan pernah menang melawan orang mukmin. Firman Allah: “Dan tidak akan menang tukang sihir dari mana saja dia datang.” (Thaha: 69)
TATA CARA MENANGKAL SIHIR Ada dua cara menangkal sihir: Cara pencegahan yaitu usaha menjauhkan diri dari bahaya sihir sebelum terjadi. Cara yang paling penting dan bermanfaat ialah penjagaan dengan melakukan dzikir yang disyari'atkan, membaca do'a dan ta'awwudz sesuai dengan tuntunan Rasulullah 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beberapa contoh dzikir yang disyariatkan adalah: membaca ayat Kursi setelah selesai sholat. membaca surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq, dan surat An-Naas pada setiap selesai shalat lima waktu, dan membaca ketiga surat tersebut sebanyak tiga kali pada pagi hari sesudah shalat Shubuh, dan menjelang malam sesudah shalat Maghrib, sesuai dengan hadits riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i.
3. Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah yaitu ayat 285-286 pada permulaan malam. Banyak berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Hendaklah dibaca pada malam hari dan siang hari ketika berada di suatu tempat, ketika masuk ke dalam suatu bangunan, ketika berada di tengah padang pasir, di udara atau di laut. Membaca doa dibawah ini masing-masing tiga kali pada pagi hari dan menjelang malam: "Bismillahilladzi laa yadzurru ma'asmihi syaiun fil ardhi wala fi assamaai wa huwa assamii'un 'aliim“ (Dengan nama Allah, tidak ada yang membahayakan bersama nama-Nya sesuatupun yang ada di bumi dan di langit, Dia Maha mendengar dan Maha mengetahui)
Cara pengobatan Yaitu bacaan-bacaan yang harus dibaca ketika seseorang telah terkena sihir. Adapun bacaan-bacaan tersebut adalah: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam me-ruqyah (mengobati dengan membaca ayat-ayat Al-Qur'an atau do'a-do'a) sahabat-sahabatnya dengan bacaan : "Ya Allah, Tuhan segenap manusia! Hilangkanlah sakit dan sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh, tidak ada penyembuhan melainkan penyembuhan dariMu, penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit." (HR. Al-Bukhari) Do'a yang dibaca Jibril , ketika meruqyah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala yang menyakitkanmu, dan dari kejahatan setiap diri atau dari pandangan mata yang penuh kedengkian, semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu." Bacaan ini hendaknya diulang tiga kali.
Pengobatan sihir cara lainnya, terutama bagi laki-laki yang tidak dapat berjimak dengan istrinya karena terkena sihir. Yaitu dengan mengambil tujuh lembar daun bidara yang masih hijau, ditumbuk atau digerus dengan batu atau alat tumbuk lainnya, sesudah itu dimasukkan ke dalam bejana secukupnya untuk mandi, kemudian bacakan ayat Kursi pada bejana tersebut, bacakan pula surat Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan ayat-ayat sihir dalam surat Al-A'raf ayat 117-119, surat Yunus ayat 79-82 dan surat Thaha ayat 65-69.
4. Meruqyah dengan ayat-ayat Al Qur’an yang lain, dan hendaknya orang yang meruqyah adalah orang mukmin yang bagus ilmu, aqidah, akhlaq, dan ibadahnya, dan disarankan sudah menikah. 5. Cara pengobatan lainnya, sebagai cara yang paling bermanfaat ialah berupaya mengerahkan tenaga dan daya untuk mengetahui di mana tempat sihir terjadi, di atas gunung atau di tempat manapun ia berada, dan bila sudah diketahui tempatnya, diambil dan dimusnahkan sehingga lenyaplah sihir tersebut.
BEBERAPA PERTANYAAN Benarkah bahwa Raulullah pernah terkena sihir? Bolehkah kita iseng menanyakan nasib kita berdasarkan rasi bintang/zodiak? Siapakh yang boleh membunuh tukang sihir atau dukun? Bolehkah kita berobat kepada dukun?
Jazakumullah khairan katsiraa..