Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
HUKUM PERIKATAN pertemuan ke 12
Advertisements

Kebebasan dan Tanggung-jawab
IMPLIKASI ETIS DARI TEKNOLOGI INFORMASI
HAK PEKERJA.
ETIKA dan MORAL dalam PEMBELAJARAN
PANCASILA 10 PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA PENGANTAR
Dr. Arun Ghandi adalah cucu Mahatma Gandhi dan pendiri Lembaga M. K. Gandhi untuk Gerakan Tanpa kekerasan. Pada tanggal 9 juni ia memberikan ceramah di.
Cara Berfikir Etis Ferly David, M.Si..
Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan : Ferly David, M.Si.
Manusia, Prilaku, dan Norma-Norma
E T I K A Ilmu mengenai norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia.
Unsur, Jenis dan Pelaku Tindak Pidana
SRI SULASMIYATI, S.SOS, MAP
ISSUE ETIK DAN MORAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Lesson 7 for May 16, Allah sebagai pribadi, nyata, penuh kasih dan peduli seperti seorang ayah (yang sempurna). Bapa kita Allah itu kudus dan.
BERBOHONG, BERBUAT CURANG, MELANGGAR JANJI, MENCURI DAN KEKERASAN VERBAL & SOSIAL DEFINISI Berbohong: menurut “sissela bok” berbohong adalah “pesan yang.
ETIKA BISNIS BAHAN AJAR 7 HAK PEKERJA.
MENGIDENTIFIKASI TEKS CERITA PENDEK
PENGERTIAN ETIKA ETIKA, berasal dari kata ethos, salahsatu cabang ilmu filsafat oksiologi yang membahas tentang: nilai keutamaan dan bidang estetika nilai-nilai.
ETIKA BISNIS purwati.
PERTEMUAN KE-6 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
Hasim As’ari TEORI ETIKA 1.
Etika utilitarian dalam bisnis
Teori etika Muhammad Noor Hidayat.
ARIF ABDUL AZIZ EA09 UNIVERSITAS GUNADARMA
Pencegahan Perkawinan
Pengambilan keputusan Etis
Pertemuan ke-7 Etika utilitarianisme dalam bisnis
ETIKA BISNIS “Perspektif Etika Bisnis dalam Ajaran Islam (Sudut Pandang) dan Barat, dan Etika Profesi” Nurdesri Wahyu Ningtyas 4EA Fakultas.
MORALITAS A. KESADARAN MORAL
HAK DAN KEWAJIBAN INSINYUR
Prinsip-prinsip Etis Bisnis Dalam Berbisnis
Prinsip-prinsip Etis Bisnis Dalam Berbisnis
KONSEP DIRI REMAJA. KONSEP DIRI REMAJA Bahwa tidak ada jaminan bahwa orangtua yang baik akan menghasilkan anak yang baik. Maksudnya adalah akan ada.
ETIKA BISNIS DAN PROFESI
Kebebasan dan Tanggung-jawab
PENGGOLONGAN HAM KASUS PELANGGARAN HAM BERAT
LENNA MAYDIANASARI, SST
Pertemuan 1: ETIKA Ignatius W. Hadisumarto PMBS – BSD, 2013
PROFIL GAYA BELAJAR.
Nama: Aulia Puspitarini NPM: Kelas: 4EA09
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENGENDALIAN SOSIAL Pertemuan 15 SMA Kelas X.
KAUSALITAS 1. Pengertian ? 2. Kapankah diperlukan ajaran kausalitas ?
Pertanggungjawaban pidana dalam islam
PENGERTIAN ETIKA ETIKA, berasal dari kata ethos, salahsatu cabang ilmu filsafat oksiologi membahas bidang etika yaitu, tentang: - nilai keutamaan dan bidang.
BAHASA INDONESIA KELAS V SMT 1
Ratna Dyah Suryaratri, MSi. Psikologi Pendidikan FIP-UNJ
ETIKA.
ETIKA KOMUNIKASI MASSA
PERCOBAAN (POGING) PASAL 53
PUTRI NOVIAWATI /4EA09 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA
Nama : Ratna Dhammena Santika NPM : Kelas : 4EA10
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S
Prinsip-prinsip Etis Bisnis Dalam Berbisnis
NAMA KELOMPOK 3 : DIMAS ANGGIE LORENZA ( )
PANCASILA 10 PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA PENGANTAR
UTILITARIAN DAN DOENTOLOGI
KEINGINAN MEMBUNUH DIRI
Peran Hati Nurani Ferly David, M.Si..
Hedonisme (1) “Apa yang menjadi hal yang terbaik bagi manusia?”
KEDAULATAN NEGARA VERSUS KEKEBALAN DIPLOMATIK AMINUDDIN ILMAR.
Pengenalan Mata Kuliah
Kuliah 3 Kerja Rumah (1,800 perkataan) -
ETIKA & NORMA Baham 02 a.
Dra. Indah Meitasari M.Si
Hukum dan Etika Profesi Public Relations Pertemuan 4
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
Pelatihan Applied Approach ITT Telkom Agustus 2018
FENOMENA GURU TERJERAT UU PERLINDUNGAN ANAK RHOMI NAZILMAN NIM
Transcript presentasi:

Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si. Cara Berfikir Etis Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si.

Kasus Parlin Parlin meminta ijin kepada ayah dan ibunya untuk pergi ke pesta ulang tahun seorang temannya.

Orangtuanya mengijinkan dengan satu syarat: Parlin sudah harus kembali di rumah sebelum jam 11 malam. Parlin berjanji, lalu pergi.

Tetapi apa yang terjadi? Ia baru kembali pukul 2.00 pagi.

Parlin mengatakan, ia tidak ingin melanggar janjinya, tetapi ia tidak mempunyai pilihan lain. Di Pesta, tidak ada seorangpun temannya yang pulang sebelum pukul 11. Ketika ia pamit, semua teman menertawakan dan mengejek dia. Karena itu, ia tidak jadi pulang. Ia tidak mau jadi malu.

Dan sesudah itu, walau ia tahu bahwa ia sudah terlambat, ia masih harus mengantar dua teman wanitanya pulang. Maklum rumah mereka jauh dan hanya Parlin yang yang membawa mobil.

Parlin berkata: “Saya mengakui salah, tetapi saya tidak bisa berbuat lain”.

Mendengar itu, ayah Parlin berkata: “Parlin, aku memahami keadaanmu Mendengar itu, ayah Parlin berkata: “Parlin, aku memahami keadaanmu. Tetapi ketahuilah, bahwa janji adalah janji. Dan janji harus ditepati. Apapun alasannya, engkau tetap bersalah. Dan karena itu, engkau harus dihukum.

Ibu Parlin protes. “Aku tahu, bahwa si Parlin memang bersalah Ibu Parlin protes. “Aku tahu, bahwa si Parlin memang bersalah. Ia sudah mengakuinya. Tetapi mengapa ia harus dihukum. Parlin toh tidak berbuat jahat. Maksudnya baik. Ia malah mengantar teman-teman wanitanya pulang. Ini kan perbuatan luhur?

Parlin, Ayah, atau Ibunya? Siapa yang paling etis? Parlin, Ayah, atau Ibunya?

Parlin, kamu salah karena Cara Berfikir Etis: Ayah Benar atau salah Tindakan benar jika sesuai dengan hukum atau aturan, dan salah jika melanggarnya Aturan / Hukum / Norma Parlin, kamu salah karena Tidak menepati janji

Disebut: Deontologis Cara Berfikir Etis: Ayah Prinsip atau hukum mesti berlaku dalam keadaan apapun. Menaati prinsip berarti benar, melanggar prinsip berarti salah. Tidak ada kompromi. Cara berfikir deontologis memberi pegangan yang tegas dan jelas.

Pemikir Deontologis Bertindaklah atas dalil bahwa apa yang anda lakukan itu sebagai hukum yang universal Immanuel Kant

Persoalan dalam cara berfikir Deontologis: Bagaimana membuat hukum bagi setiap kemungkinan tindakan? Mis: Tindakan Membunuh Hukum “jangan membunuh”  Bagaimana: ketika perang?

Hukum “Jangan Membunuh”: Bagaimana dengan Hukuman Mati bagi pelaku kejahatan besar? atau bela diri jika mendapat ancaman?

Persoalan lain: Misalnya tentang Perjanjian Bisnis  Bagaimana diaturnya?

Berfikir Deontologis bisa memunculkan Ekses negatif yaitu: Sikap Legalistik Hukum tidak melayani manusia, tetapi manusia melayani hukum. Perhatikan kasus berikut ini: LEGALISME:

Kasus Nenek yang tergelincir di salju

Kasus “safety belt”

Cara Berfikir Etis: Ibu Tujuan & Akibat. Baik atau Jahat Tindakan dinilai sebagai baik jika tujuannya baik, atau jahat jika tujuannya jahat. Parlin memang salah, tapi tidak jahat. Tujuannya baik. Tujuan & Akibat.

Cara Berfikir Etis: Ibu Disebut: Teleologis Hukum bukan diabaikan atau diacuhkan, tetapi itu bukan ukuran terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibatnya. Suatu tindakan baik, jika bertujuan dan berakibat baik. Sebaliknya, suatu tindakan jadi jahat, jika bertujuan dan berakibat jahat. Kategorinya, buka “benar” atau “salah”, tetapi “baik” atau “jahat”.

Pemikir Teleologis The greatest good for the greatest number (Sebuah tindakan baik jika bertujuan dan berakibat membawa kebaikan paling besar bagi sebanyak mungkin orang) John Stuart Mill

Persoalan dalam berfikir secara Teleologis Bagaimana menentukan ukuran obyektif tentang tujuan yang baik atau jahat. Keputusan USA untuk berperang? Dikatakan itu keputusan baik, tetapi buat siapa?

Berfikir Teleologis juga bisa memunculkan Ekses negatif, yaitu: Sikap Hedonistik Hedonisme adalah sikap yang lebih mengutamakan kesenangan diri sendiri. Sikap Hedonistik: Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan (yaitu kebaikan bagi diri sendiri saja) Perhatikan kasus dibawah ini: HEDONISME:

Kasus Robin Hood.

Kasus Kekerasan agama

Tapi tidak bisa berbuat lain. Cara Berfikir Etis: Parlin Tepat atau Tidak Tindakan disebut tepat atau tidak tepat sesuai dengan situasi dan kondisi. Situasi & Kondisi Saya mengakui salah, Tapi tidak bisa berbuat lain.

Cara Berfikir Etis: Parlin Disebut: Kontekstual Meletakkan situasi dan kondisi tertentu sebagai pertimbangan pokok. Yang penting ditanyakan sebelum melakukan tindakan, bukanlah apa yang secara universal “benar” ataupun apa yang secara universal “baik”, tetapi apa yang secara kontekstual paling “bertanggungjawab”. Perhatikan kasus dibawah ini:

Kasus wanita yang terpaksa jadi pelacur karena dijerat oleh Germo

Kasus orang yang terpaksa membunuh sopir yang ngebut

Pemikir Kontekstual Yang paling penting bukanlah “apa yang secara universal benar atau baik”, tetapi apa yang secara kontekstual paling “bertanggung-jawab” Richard H. Niebhur

Persoalan pada cara berfikir Kontekstual yaitu: sangat subyektif Situasi dan kondisi (yang disebut memaksa) itu bersifat subyektif, (apakah sama sekali tidak ada pilihan tindakan?) jadi bagaimana menentukan ukuran obyektif pada tindakan.

Berfikir Kontekstual pun bisa memunculkan ekses negatif, yaitu: Sikap Situasional Situasional, berarti sepenuhnya tergantng pada situasi dan kondisi. Situasional sama dengan merelatifkan semua norma(relativisme) dan menempatkan pertimbangan diri sendiri secara mutlak(subyektivisme) Perhatikan kasus dibawah ini: SITUASIONAL

Kasus pembuatan SIM / Tilang.

Kasus pengurusan pajak

Jadi Bagaimana?

Tidak ada cara berfikir yang “paling etis” karena masing-masing punya kekuatan dan kelemahan. Pilihannya tidak mudah (seperti memilih jalan selamat atau celaka).

Seseorang bisa saja (seharusnya Seseorang bisa saja (seharusnya!) untuk suatu masalah menggunakan beberapa cara berfikir yang berbeda-beda

Yang perlu diusahakan adalah tindakan apa yang paling benar, baik dan tepat.