BADAN LITBANG, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN JAKARTA, 20 OKTOBER 2014 DISAJIKAN DALAM ROUNDTABLE DISCUSSION.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc.IP.,M.Si
Advertisements

PEMETAAN PERMASALAHAN PENYEDIAAN AIR MINUM DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN SYSTEM INTERRELATIONSHIP MODEL.
Perkeretaapian Khusus Tahap III Tahapan Menuju Perubahan Regulasi Jakarta 21 Juni 2011.
P E L A B U H A N.
NORMA STANDAR PEDOMAN MANUAL
Pengembangan Jaringan Kereta Api
OLEH : SHANTI EMAWATI, S.Pt., MP.
P erizinan C agar B udaya (Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010)
ABSTRAK Pola pergerakan dalam sistem transportasi sering dijelaskan sebagai arus pergerakan (kendaraan, penumpang dan barang) yang bergerak dari zona asal.
Oleh: Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan,Bappenas
Rapat Pansus III Dewan Sumber Daya Air Nasional
ANALISIS DATA DAN INFORMASI
Makalah Kunci (Keynote Speech)
SISTEM AGRIBISNIS.
Jakarta Convention Centre, 29 Januari 2010
MEMPROSES PERJALANAN BISNIS
UU Nomor 18 Tahun 2009 Tentang PETERNAKAN & KESEHATAN HEWAN
Lutfian B. Kadarusman Hartika Armanda Citra Achmad Burhani Abdul Qudus M. Dimas Nugroho.
Workshop Rehabilitasi & Rekonstruksi Usaha Peternakan Sapi
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDIKATOR OUTCOME IMPLEMENTASI RZWP3K
Perencanaan Tata Guna Lahan
JENIS TARIF ANGKUTAN.
PENYUSUNAN RTRW KECAMATAN SANDARAN BERBASIS MASYARAKAT
BIAYA, TARIF ANGKUTAN DAN PEMBENTUKAN HARGA
KERANGKA STRATEGIS PROGRAM AKREDITASI MADRASAH
Pemasaran Agroindustri Tomat
PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI
Pengadaan Bahan Baku (Lanjutan)
Disampaikan oleh: ACHMAD SATIRI (Kabag Hukum, Organisasi, dan Humas)
SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN DAERAH TERTENTU
SOSIALISASI DANA DESA dengan Materi: “PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2015”
DISUSUN OLEH : IPHOV KUMALA SRIWANA
Perkembangan Inflasi Kota Surabaya
MODUL STUDI KELAYAKAN BISNIS
PERENCANAAN TRANSPORTASI
OLEH : SHANTI EMAWATI, S.Pt., MP.
OLEH : SHANTI EMAWATI, S.Pt., MP.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang. Organisasi
JENIS TARIF ANGKUTAN.
I. PENGERTIAN PELABUHAN
03. SISTEM PRASARANA TRANSPORTASI DARAT
Jaringan Transportasi
PENGANTAR SISTEM LOGISTIK
PENGERTIAN JARINGAN TRANSPORTASI
03 JARINGAN TRANSPORTASI JALAN REL TIPE PELAYANAN ANGKUTAN JALAN REL
Pemanfaatan Sumber Daya ALAM
Oleh Tunas Hariyulianto, SE.MSi.
UNSUR-UNSUR PERTANIAN
KARANTINA HEWAN, IKAN, dan TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG MENGINGAT MENETAPKAN.
13 SISTEM ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN ANGKUTAN PENUMPANG ANGKUTAN BARANG
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian (1981)
TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA PEMANFAATAN BMN
TRANSPORTASI MAKRO.
Kuliah 13 Terminal.
Teori Lokasi Von Thunen (Pola Produksi Pertanian)
Strategi Pembangunan Nasional untuk Menjadi Negara Maju
Sub sistem transportasi laut.
SEKOLAH TINGGI TRANSPORTASI DARAT
Pengangkutan Dengan Kereta Api (Aspek Hukum)
Membangun Pertanian Modern di Wilayah Perbatasan FARID BAHAR Bogor, 8 Maret 2018.
I. PENGERTIAN PELABUHAN
GEOGRAFI KELAS XII MACAM - MACAM PETA
OLEH : SHANTI EMAWATI, S.Pt., MP.
PENATAAN RUANG 14/01/ :10.
Deskipsi Menjelaskan tentang Pengertian Pelabuhan meliputi : Perkembangan Pelabuhan, Arti penting pelabuhan, Definisi Pelabuhan, Macam pelabuhan, Pelabuhan.
KEBIJAKAN PENGATURAN PENGELOLAAN SDA
BAB 1 DAN BAB 2 KETENTUAN UMUM, ASAS DAN TUJUAN PERATURAN DAN PERUNDANGAN PETERNAKAN 1.
Program Pemberdayaan Nelayan SEBAGAI USULAN ATAS DISKUSI PERIHAL POTENSI YANG HASIL LAUT YANG MELIMPAH RUAH.
TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR
Transcript presentasi:

BADAN LITBANG, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN JAKARTA, 20 OKTOBER 2014 DISAJIKAN DALAM ROUNDTABLE DISCUSSION

Dokume n MP 3 EI,

Kerangka Kerja Konektivi tas Nasional MP 3 EI,

Skema Pengembang an Koridor Utama dan Penunjang Pendulum Nusantara

Sumber:Bahan Paparan Wakil Menteri Perhubungan dalam Rakornas TPID II “Meminimalkan Masalah Distribusi Komoditas Pangan Strategis dalam Rangka Mendukung Stabilitas Harga Di Daerah”. Luasnya wilayah daratan dan perairan Indonesia dengan kondisi bergunung dan terdiri dari pulau; Pola penyebaran penduduk yang tidak merata & sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa ; Rendahnya muatan arus balik; PEMDA banyak lakukan pungutan & retribusi yang bebani pengusaha & jadi biaya pokok produksi jasa angkutan barang. Gangguan alam yang sering menghambat kelancaran pelayanan jasa transportasi Tarif yang diinginkan konsumen berada di bawah tarif wajar; SDA tidak merata antar wilayah. Izin operasi angkutan, sebagian besar dikeluarkan oleh PEMDA, terutama AKDP & perkotaan; Trayek Angkutan Barang tidak diatur oleh pemerintah. Force Majeure Force Majeure Demand & Supply Demand & Supply Otonomi Daerah Geografi, Demografi, SDA Geografi, Demografi, SDA KENDALA DISTRIBUSI KOMODITAS

TUJUAN PERINTI S A Menghubungkan daerah yang masih tertinggal dan / atau wilayah terpencil yang belum berkembang, dng daerah yg sdh berkembang atau maju. B Menghubun gkan daerah yang moda transport asi lainnya belum Memadai. C Menghubungkan daerah yg secara komersial blm menguntungkan untuk dilayani oleh pelaksana kegiatan angkutan laut, angkutan sungai dan danau, atau Angkutan penyeberangan. PP 20 Tahun 2010, tentang Angkutan di Perairan, Pasal 71 Ayat 1.

PP 20 Tahun 2010, tentang Angkutan di Perairan, BAB V, Angkutan di perairan untuk daerah yang masih tertingga l dan / atau wilayah terpencil, Pasal UU 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Bagian Ke Lima, Pasal 24-26, mengenai angkutan di perairan untuk daerah masih tertingga l dan wilayah terpencil. ASPEK LEGALI TAS

KRITE RIA YANG DILAY ANI A Belum dilayani oleh pelaksan a kegiatan angkutan laut, angkutan sungai dan danau, atau angkutan penyeber angan yang beropera si secara tetap dan teratur ; B Secara komersi al belum mengunt ungkan ; PP 20 Tahun 2010, tentang Angkutan di Perairan, Pasal 71 Ayat 2. C Tingkat pendapat an perkapit a penduduk nya masih rendah.

(1) Trayek ALTIS dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur ; (2) Trayek ALTIS ditetapkan oleh Menteri dan dilakukan evaluasi tiap tahun ; (3) Pertimbangan penetapan trayek :  Keterpaduan intra moda transportasi laut dan antar moda transportasi darat, laut, dan udara ;  Usul dan saran pemerintah daerah setempat ;  Kesiapan fasilitas pelabuhan atau tempat lain yang ditunjuk ;  Kesiapan fasilitas keselamatan pelayaran ;  Keterpaduan dengan program sektor lain ;  Keterpaduan dan keutuhan wilayah NKRI. PP 20 Tahun 2010, tentang Angkutan di Perairan, Pasal 77 Ayat 1, 2, dan 3.

HH PP PP PPPPPP PP PP PP PP PP PP HH PP PP PPPPPP PP PP PP PP PP MM HH PP PP PP PP PP PP PP PP MM MM MM HH PP PP PP PP PP PP PP PP MM MM MM Type IType II Type IIIType IV HH PP MM PP HomebasePelabuhan Singgah di wilayah yang sudah maju Pelabuhan SinggahPelabuhan Singgah karena alasan Kedaulatan

Type I HH PPPPPPPPPPPP HH PPPPPPPPPP MM Type II Type III HH PPPPPPPP MMMM Type IV HH PPPPPPPP MMMM

HH PPPPPPPP MMMM MM PP PP PP PP PP PP PP PP MM MM Type III HH PPPPPPPP MMMM MM PP PP PP PP PP PP PP PP MM MM Type II HH PPPPPPPP MM MM PP PP PP PP PP PP PP PP PPPPPP Type I HH PPPPPPPP PP PP PP PP PP PP PP PP PPPPPP PP PP

Thn SupplyProduksi Subsidi Trayek Frekuensi ( Voyage ) Pelabuhan Pangkalan Pelabuhan Singgah Muatan (Ton) Penumpang (Orang) ,500,000, ,386,648, ,091,629, ,740,000, ,597,680, ,775,117, ,961, , ,930105, ,058,883, , ,930105, ,504,029,08 6 Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan

 Jarak pelayaran sangat jauh ;  Waktu pelayaran dalam satu roundtrip cukup lama, sehingga penumpang yang akan berlayar kembali menuju asal keberangkatan harus menunggu setidaknya dua minggu ;  Akibat perbedaan potensi ekonomi wilayah, kebutuhan frekuensi layanan yang ideal antar wilayah pelayanan diduga tidak sama ;  Masih ada trayek yang berhimpit dengan trayek angkutan komersial ;  Dalam proses penetapan ruas trayek, kurang melibatkan pengusaha angkutan laut setempat ;  Produktivitas angkutan per ruas masih relatif rendah dan banyak yang mencapai angka 0;  Komoditas yang diangkut masih berkelas lokal dan belum mencapai skala ekonomi tertentu ;  Penilaian keberhasilan hanya dari sisi output, sementara beberapa ruas trayek ada yang telah dilayani berturut - turut sampai 5 tahun atau lebih. Sumber : Hasil Kajian Puslitbang Perhubungan Laut, Badan LITBANG Kementerian Perhubungan

F = k.  x Jika pada suatu pegas bekerja suatu gaya, maka pegas akan bertambah panjang sebanding dengan besar gaya yang bekerja padanya.  Pertambahan panjang (  x ) suatu benda,  Pertumbuhan Ekonomi ;  bergantung pada besarnya gaya yang diberikan ( F ),  Frekuensi pelayanan ;  materi penyusun dan dimensi benda ( konstanta k )  Karakteristik zona dan karakteristik spasial. Pegas yang dibentuk oleh materi yang berbeda, akan memiliki pertambahan panjang yang berbeda juga walaupun diberikan gaya yang sama ; Pegas yang dibentuk oleh materi yang sama tapi panjang dan luas penampangnya berbeda, pertambahan panjangnya akan berbeda sekalipun diberi gaya yang sama. Besar pertambahan panjangnya sebanding dengan panjang pegas mula - mula dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Makin panjang pegas, makin besar pertambahan panjangnya. Sebaliknya, semakin besar penampang pegas, makin kecil pertambahan panjangnya. Sumber : Hukum HOOK

Identifikasi Potensi Ekonomi Daerah Pembangunan / Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah Identifikasi Daerah Demand & Supply Penentuan Pola Distribusi Penentuan Pola Rute Tanpa Program Pemerintah Pusat/Daerah Pemetaan dan Clustering Homogenitas/Sinergi Potensi Ekonomi Waktu pencapaian Economic of Scale, Terukur Waktu pencapaian Economic of Scale, Tidak Terukur Jumlah Pelabuhan Singgah, Terukur Jumlah Pelabuhan Singgah, Tidak Terukur Jumlah frekuensi layanan, Terukur Jumlah frekuensi layanan, Tidak Terukur Durasi waktu layanan satu roundtrip, Terukur Durasi waktu layanan satu roundtrip, Tidak Terukur Kapan diambil alih komersial, Terukur Kapan diambil alih komersial, Tidak Terukur

SENTRA PERKEBUNAN HOMEBASE SENTRA PERKEBUNAN PEMASOK BIBIT PEMASOK PUPUK PEMASOK ALAT TANI INDUSTRI PASCA PANEN

SENTRA PETERNAKAN HOMEBASE SENTRA PETERNAKAN PEMASOK BIBIT PEMASOK PAKAN PEMASOK ALAT TERNAK INDUSTRI PASCA PANEN

HOMEBASE SENTRA PETERNAAN PEMASOK ALAT NELAYAN INDUSTRI PASCA PANEN COLD STORAGE SENTRA PERIKANAN COLD STORAGE SENTRA PERIKANAN COLD STORAGE SENTRA PERIKANAN COLD STORAGE SENTRA PERIKANAN

PANTI JOMPO RUMAH SAKIT INTERNASIONAL PEMASOK BUAH PEMASOK DAGING PEMASOK SAYUR PEMASOK BRG INDUSTRI HOMEBASE

Estimasi Muatan Waktu Economic of Scale Dengan akselerasi Program Pemerintah Tanpa akselerasi Program Pemerintah Besaran Subsidi Pemerintah Waktu Komersial Terukur

 Harus dilakukan identifikasi potensi ekonomi daerah, pemetaan, dan clustering, terhadap daerah - daerah yang akan disinggahi ALTIS ;  Butuh komitment Pemerintah Daerah terhadap program pembangunan dan / atau pengembangan potensi ekonomi daerahnya ;  Butuh komitment Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam kepastian regularitas layanan ALTIS, selama jangka waktu yang telah disepakati ;  Butuh komitment Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam kepastian rute layanan ALTIS, selama jangka waktu yang telah disepakati ;  Sinergi dengan program pembangunan dan / atau pengembangan potensi ekonomi yang lain dapat dilakukan, sepanjang tidak merusak atau mengganggu kepastian regularitas dan rute selama jangka waktu tertentu yang telah disepakati ;  Dikaitkan dengan Marine Highway, Homebase ALTIS harus dihubungkan secara reguler dengan pelabuhan - pelabuhan yang disinggahi oleh koridor utama.