Monitoring dan Evaluasi Kegiatan P4MI TA 2007 dan 2008 di Temanggung, Blora, Lombok Timur, Ende, dan Donggala Oleh: Tim Monev P4MI 2008
PENDAHULUAN Maksud Kegiatan: Untuk mengetahui kesesuaian antara rencana dan realisasi kegiatan serta kinerja P4MI, semua kegiatan harus dimonev. Mekanisme: melakukan monev suatu kegiatan berdasarkan laporan berkala, melakukan monev melalui kunjungan lapang ke lokasi kegiatan. Tujuan: Mengevaluasi kegiatan P4MI yang terdiri atas komponen 1, 2, dan 3 dalam tahun implementasi 2007 di lima kabupaten P4MI. Manfaat: Bahan bagi PJ. P4MI untuk mengambil kebijakan guna perbaikan kegiatan yang sedang berjalan dan/atau perencanaan ke depan. Dengan Monev, kegiatan P4MI dapat dievaluasi hasilnya, sehingga diperoleh informasi tentang keberhasilan atau kegagalan kegiatan tersebut.
PROSEDUR MONEV Waktu & Lokasi: Juli - November 2007 di 5 kab. P4MI Sampel: Sekurang-kurangnya 15 desa per kab. Kriteria pemilihan desa sampel: a) desa P4MI tahun implementasi 2007, b) desa calon penerima program PUAP, c) desa sampel: 30% desa dengan swadaya rendah (≤20%) dan 70% dengan dengan swadaya tinggi (>20%), d) semua jenis investasi desa terwakili. Responden: Komponen 1: KT, FD, dan KID Komponen 2: KT, FD, KID, dan Pengelola UPIPK Komponen 3: KT, FD, dan KID Jumlah desa: Temanggung : 16 desa Blora : 15 desa Lombok Timur : 18 desa Ende : 16 desa Donggala : 17 desa Bahan: kuisioner berisi indikator keberhasilan komponen 1, 2, dan 3.
Indikator keberhasilan untuk 3 komponen P4MI Pemberdayaan Petani Termobilisasinya KT dalam prencanaan pembangunan desa Berkembangnya kelembagaan desa Terbangunnya investasi desa secara partisipatif Informasi Teraksesnya informasi pasar dan teknologi pertanian bagi petani dalam UPIPK 3. Inovasi Teknologi Teradopsinya inovasi teknologi pertanian oleh petani
HASIL EVALUASI KOMPONEN PEMBERDAYAAN PETANI 1. Mobilisasi KT dan perencanaan pembangunan desa Secara umum, semua kegiatan mobilisasi KT sudah berjalan sesuai dokumen proyek. Kegiatan yang telah dilakukan: Pembentukan/revitalisasi KT, baik didampingi oleh SLK dan FD, maupun oleh tokoh masyarakat, bahkan atas inisiatif petani sendiri, Pembinaan KT oleh PPL, FD, atau tokoh masyarakat, terutama Kepala Desa, Pelatihan KT oleh BPTP dan FD atau KID dengan materi pertanian/agribisnis dan perencanaan investasi desa, serta Pengambilan keputusan oleh petani sendiri.
2. Pengembangan Kelembagaan Secara umum, semua kegiatan Pengembangan Kelembagaan sudah berjalan sesuai dokumen proyek. Kegiatan yang telah dilakukan: Pemilihan FD dan KID oleh masyarakat didampingi SLK, Pelatihan FD dan KID mengenai rencana investasi desa oleh LSM Lokal, Penyusunan rencana investasi desa oleh KT, Pengkajian rencana investasi desa oleh KID dan FD, Penyetujuan rencana investasi desa oleh FAD, Pengelolaan investasi desa oleh KID.
Realisasi pembangunan investasi desa di Temanggung Jenis ID Anggaran (Rp 000) P4MI Swadaya Total 1. Balesari I, D, P 240.000 71.744 (23,0%) 311.744 2. Bengkal 3. Jragan 58.110 (19,5%) 298.110 4. Kebonagung 48.504 (16,8%) 288.504 5. Kalibanger 67.692 (22,0%) 307.692 6. Pitrosari J, I, D, P 101.444 (29,7%) 341.444 7. Mandisari 8. Dlimoyo 100.376 (29,5%) 340.376 9. Tlogowungu J, D, P 76.195 (24,1%) 316.195 10. Tlahap 206.715 (46,3%) 446.715 11. Kutoanyar 49.884 (17,2%) 289.884 12. Gesing 72.288 (23,1%) 312.288 13. Pingit 93.950 (28,1%) 333.950 14. Ngimbrang 81.304 (25,3%) 321.304 15. Muneng 119.939 (33,3%) 359.939 16. Mudal 113.214 (32,1%) 353.214 J= jalan, I= irigasi, D= demplot; P= pelatihan
Realisasi pembangunan investasi desa di Blora Jenis ID Anggaran (Rp 000) P4MI Swadaya Total 1. Ngadipurwo I, D, P 231.100 51.325 (22,2%) 282.425 2. Sambong Rejo 3. Wantilgung 4. Plosorejo Banjarejo 5. Kebonrejo 6. Ngapus 7. Padaan 8. Gadu 9. Biting 10. Doplang 11. Plosorejo R.blatung 12. Wulung 13. Sumberpitu 14. Klagen 15. Bajo J= jalan, I= irigasi, D= demplot; P= pelatihan
Realisasi pembangunan investasi desa di Lombok Timur Jenis ID Anggaran (Rp 000) P4MI Swadaya Total 1. Sakra J, I, D, P 230.000 313.003 (58%) 543.003 2. Bungtiang 290.134 (56%) 520.134 3. Jantuk I, D, P 172.957 (43%) 402.957 4. Ijobalit 160.682 (41%) 390.682 5. Paok Motong 122.385 (35%) 352.885 6. Kilang 96.300 (30%) 326.300 7. Perian 142.280 (38%) 372.280 8. Terara 195.343 (46%) 425.343 9. Jenggik 184.657 (45%) 414.657 10. Semaya 53.850 (19%) 283.550 11. Aikmel 535.173 (70%) 765.173 12. Kalijaga 313.510 (58%) 543.510 13. Kembang Kerang 316.851 (58%) 546.851 14. Rempung 284.251 (55%) 514.251 15. Mamben Daya 138.100 (38%) 368.100 16. Tembeng Putik 140.960 (38%) 370.960 17. Labuhan Lombok J, D, P, K 75.946 (25%) 306.946 18. Sembalun Bumbung 74.161 (24%) 304.161 J= jalan, I= irigasi, D= demplot; P= pelatihan; K= kios & pasar
Realisasi pembangunan investasi desa di Ende Jenis investasi Anggaran (Rp 000) P4MI Swadaya Total 1. Ndetundora I J, D, P, In 2. Ndetundora II J, P, In 3. Ndetundora III 4. Tomberabu II 5. Ndungga 6. Wolomasi D, P, K, In 7. Aewora 8. Randotonda 9. Tanali I, D, P, In 10. Nanganesa 11. Tinabani 12. Ndito 13. Uzuramba 14. Rukuramba 15. Lisedetu 16. Penggajawa J= jalan, I= irigasi, D= demplot; P= pelatihan; Konservasi, In= Informasi
Realisasi pembangunan investasi desa di Donggala Jenis investasi Anggaran (Rp 000) P4MI Swadaya Total 1. Sunju J, D 229.989 198.800 (46,4%) 428.789 2. Balane I, D 230.000 71.335 (23.7%) 301.335 3. Sambo J, D, P 103.788 (31,1%) 333.788 4. Jonooge 256.400 (52,7%) 486.400 5. Bahagia I, D, P 116.984 (33,7%) 346.984 6. Kapiroe 70.550 (23,5%) 300.550 7. Sejahtera 61.897 (21,2%) 291.897 8. Tompe 92.271 (28,6%) 322.270 9. Toaya 78.895 (25,5%) 308.895 10. Marana 142.190 (38,2%) 372.190 11. Lero Tatari 153.536 (40,0%) 383.536 12. Sikara 118.417 (34,0%) 348.417 13. Malino 127.154 (35,6%) 357.154 14. Tanahmea 86.597 (27,4%) 316.597 15. Surumana 69.427 (23,2%) 299.427 16. Salumpaku 62.975 (21,5%) 292.975 17. Watatu 95.716 (29,4%) 325.712 J= jalan, I= irigasi, D= demplot; P= pelatihan
% Responden menjawab benar Hasil evaluasi perencanaan kegiatan ID No Indikator % Responden menjawab benar Tmg Blora Lotim Ende Dongg Rata-rata 1 Lembaga yang menentukan jenis investasi desa: KT 100 93 78 94 2 Cara menentukan jenis investasi desa: Diputuskan dalam musdes 98 3 Partisipasi petani: Mengidentifikasi & mengusulkan jenis ID
% Responden menjawab benar Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan Investasi Desa No Indikator % Responden menjawab benar Tmg Blora Lotim Ende Dong Rata-rata 1 Pihak yang diajak kerjasama oleh KT dalam pembangunan fisik ID: Tim Teknis 44 80 17 75 100 63 2 Pihak yang diajak kerjasama oleh KT dalam melaksanakan inovasi teknologi: BPTP/PPL 83 47 3 Partisipasi petani: Mengumpulkan sumbangan, mengawasi pembangunan 4 Cara menyampaikan laporan pengelolaan dana: ditempel ke papan informasi 25 7 33 29 34 5 Hasil pelaksanaan ID: ada penambahan volume/ kapasitas 81 40 56 38 88 61
% Responden menjawab benar Hasil evaluasi pemanfaatan kegiatan ID No Indikator % Responden menjawab benar Tmg Blora Lotim Ende Dong Rata-rata 1 Penyusunan peraturan pemanfaatan dan pemeliharaan serta organisai pengelola ID 100 2 Partisipasi petani: memelihara & memperbaiki kerusakan
Desa yang berhasil meningkatkan volume/kapasitas ID No Tmg Blora Lotim Ende Dongg 1 Balesari Sambong Rejo Bungtiang Ndetundora I Sunju 2 Bengkal Plosorejo Banjarejo Jantuk Ndetundora III Balane 3 Jragan Ngapus Ijobalit Tomberabu II Sambo 4 Kebonagung Padaan Paok Motong Ndungga Bahagia 6 Pitrosari Doplang Kilang Aewora Sejahtera 7 Mandisari Wulung Terara Ndito Marana 9 Tlogowungu Jenggik Lero Tatari 10 Tlahap Semaya Sikara 11 Kutoanyar Kembang kerang Malino 12 Gesing Mamben Daya Tanahmea 14 Ngimbrang Tembeng Putik Watatu 15 Muneng 16 Mudal
Secara umum, semua kegiatan ID sudah berjalan sesuai dokumen proyek. Kegiatan yang telah dilakukan: Penentuan jenis ID oleh KT secara musyawarah, Pembangunan ID dengan melibatkan: Tim teknis kabupaten & warga masyarakat yang paham dlm membangun sarana fisik, BPTP dan PPL/Dinas Pertanian dlm membangun sarana non-fisik (demplot dan pelatihan), petani dan wanita tani pada tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan, Pelaporan pengelolaan dana oleh KID, Mendorong warga masyarakat desa dalam meningkatkan volume dan kualitas ID yang dibangun.
Manfaat pembangunan saluran irigasi sederhana Kasus desa Kutoanyar, Kedu, Temanggung Pengamatan Sebelum P4MI Setelah P4MI Panjang saluran Tidak tahu 1.090 m Kondisi Parit, sebelah pematang Pasangan beton Lahan yang diairi 70 ha Jumlah pemanfaat 1 desa (Kutoanyar) Jenis tanaman Padi, tembakau, cabe Pola tanam Padi-palawija/palawija Padi-padi-padi/palawija Hasil padi 6-7 (t/ha) Sewa lahan Rp 10 juta/ha/th 12,5-15 juta/ha/th Peningkatan volume Saluran 40 m dari rencana 1.050 m karena ada selisih harga material yang lebih murah
Manfaat pembangunan jalan usahatani Kasus desa Semaya, Sikur, Lombok Timur Pengamatan Sebelum P4MI Setelah P4MI Panjang X lebar Tidak tahu 1300 X 5 m Kondisi/kontruksi Jalan setapak, tanah Sirtu, menyisir bukit batu Jlh desa pemanfaat 1 desa (Semaya) 2 desa (Semaya & Sakra) Pemanfaat Petani Petani, pedagang, pelajar Jenis kendaraan Tidak ada Roda 4 Biaya angkut (Rp/ku) 10 ribu 2 ribu Harga tanah (Rp/ha) 100 juta 500 juta Peningkatan volume Jalan 500 X 5 m dari rencana 800 X 5 m dengan cara menyisir bukit batu; Jalan 300 X 4 m atas inisiatif 6 petani
Kasus desa Ijobalit, Labuhan Haji, Lombok Timur Manfaat Demplot Kasus desa Ijobalit, Labuhan Haji, Lombok Timur Pengamatan Keterangan Fasilitator BPTP NTB Kegiatan Budidaya ternak sapi Peranan KT Buat kandang, pelihara ternak, terima bagi hasil, buat pupuk UMB (urea mineral block), kompos, biourine Manfaat Kenaikan harga dari Rp 3,7 menjadi 4,7 juta/ekor atau penambahan bobot 0,5 kg/hari setara dengan Rp 20 ribu/kg (selama 3 bulan). Diperolehnya produk UMB, kompos dan biourine untuk kebutuhan kelompok Jumlah pengadopsi Belum ada (kegiatan baru 6 bulan berjalan) Masalah Pencurian, modal Cara atasi masalah Buat kandang dekat rumah atau kandang komunal
Manfaat pelatihan petani Kasus desa Tomberabu II, Ende, Ende Pengamatan Keterangan Fasilitator BKP3 Ende Macam pelatihan Antara lain: budidaya kakao dan pupuk bokashi Hasil penerapan Cara pengendalian hama/penyakit secara kimiawi (pestisida), Cara pemangkasan dengan gunting (semula dengan parang atau tidak dipangkas sama sekali), Cara sanitasi buah kakao yang terserang hama/penyakit Cara fermentasi biji kakao Cara pembuatan pupuk bokashi Peserta pelatihan 105 orang petani Jumlah pengadopsi 250 orang petani Masalah EM4 untuk pupuk bokashi harus didatangkan dari luar Ende, Teknik sambung samping tidak diajarkan, juga cara pengendalian hama/penyakit secara fisik (sarungisasi), Harga biji kakao sama, dengan/atau tidak difermentasi, Hama/penyakit sulit dikendalikan secara kiwiawi saja. Cara atasi masalah Perlu pelatihan lanjutan disertai pendampingan
Manfaat pelatihan wanita tani Kasus desa Doplang, Jati, Blora Pengamatan Keterangan Fasilitator BLK Malang Macam pelatihan Antara lain: criping pisang, kerupuk waluh, marning, kerupuk limbah tahu Hasil penerapan Hasil olahan dijual di pasar Doplang. 4 KID: Tobo, Doplang, Singget, dan Gabusan (Kec. Jati) membuat pasar bersama utk atasi persaingan pasar dan hasil olahannya ditampung di satu toko utk dijual daerah lain. Sebagian dana pelatihan dikelola untuk mendirikan LKM (koperasi simpan pinjam). Peserta pelatihan 20 orang petani Jumlah pengadopsi Masalah Ijin Depkes belum keluar. Cara atasi masalah Minta bantuan PIU untuk mengurus ijin Depkes.
Secara umum, masyarakat merasa puas terhadap hasil ID yang mereka bangun secara partisipatif karena dapat mengatasi permasalahan petani. Di beberapa desa telah disepakati: Masyarakat di bawah koordinasi KID bertanggung-jawab terhadap operasional dan pemeliharaan ID yang dibangun. Dibentuk Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) ID yang mengkoordinir operasional dan pemeliharaan ID yang dibangun. KPP dikukuhkan dg SK Kades. Disusun rencana Perdes ttg hak dan kewajiban operasional dan pemeliharaan ID yg disertai sangsi bagi pelanggar peraturan.
HASIL EVALUASI KOMPONEN INFORMASI Petani pada umumnya belum mengenal komputer sehingga belum mengetahui manfaat SIP & Website Pertanian Nasional serta UPIPK. Sebagian petani yang telah mengenal internet dan telah dilatih oleh Pusdatin dan Pustaka belum memanfaatkannya karena keterbatasan sarana (komputer). Petani umumnya menyatakan tidak punya waktu dan biaya transportasi apabila harus UPIPK atau warnet terdekat.
1. Sistem Informasi Pasar Cara petani memperoleh informasi harga di tingkat petani & pasar: Dari sesama petani 61% Dari tengkulak dan PPL 39% Manfaat informasi pasar bagi petani: Untuk mengetahui kelayakan harga produk pertanian Untuk menawarkan produk pertanian Pengenalan terhadap SIP dan website pertanian: Sudah mengetahui adanya SIP Sudah mengetahui adanya website pertanian 22%
2. Website Pertanian Kegunaan website pertanian bagi pengguna: 11% Untuk memperoleh informasi pasar 11% Untuk memperoleh teknologi pertanian 28% Kemudahan dalam mengakses dan kesesuaian dengan kebutuhan: Website pertanian mudah diakses Website pertanian sesuai kebutuhan 12% Cara memperoleh informasi teknologi pertanian: Dari sesama petani 50% Dari PPL, TV, dan radio 44% Pilihan cara penyampaian informasi teknologi pertanian: Komunikasi tatap muka (pelatihan, demplot, gelar teknologi) Media cetak Media elektronik 17%
3. UPIPK Manfaat UPIPK: Untuk memperoleh informasi pasar 0% Untuk memperoleh teknologi pertanian Tidak tahu 94% Kemudahan dalam mengakses dan kesesuaian dengan kebutuhan: UPIPK mudah diakses UPIPK sesuai kebutuhan
4. Kondisi UPIPK Masalah dalam mengaplikasikan SIP: Pemutakhiran data SIP secara reguler Tidak pernah Koneksi SIP Kabupaten dan SIP Pusat Sulit Cakupan harga di tingkat produksi Tidak update Masalah dalam pelayanan informasi: Penyediaan informasi pasar Tidak ada Penyediaan informasi teknologi Ada Penyediaan informasi produk usahatani Fasilitasi akses informasi online (internet) Mudah Fasilitasi akses informasi melalui pangkalan data dan CD/VCD (offline) Fasilitasi promosi produk & potensi masyarakat
4. Kondisi UPIPK Masalah dalam pemutakhiran data informasi: Penyediaan informasi pasar Petugas tidak tetap Penyediaan informasi teknologi Penyediaan informasi produk usahatani Masalah dalam menjamin keberlanjutan UPIPK Dukungan Pemda terhadap operasionalisasi UPIPK Kurang Kelengkapan fasilitas UPIPK Cukup Pendampingan operasionalisasi bagi pengelola UPIPK Kapasitas pengelola UPIPK
HASIL EVALUASI KOMPONEN INOVASI TEKNOLOGI Hal yang dievaluasi Judul litkaji A B C D E F G 1. Keterlibatan KT dlm pelaksanaan litkaji (1: terlibat, 2: tidak terlibat, 3: tidak tahu) 1 2. Kesesuaian teknologi dg kondisi sosial-ekonomi petani (1: sesuai, 2: tidak sesuai, 3: tidak tahu) 3. Kesesuaian teknologi dg kebutuhan petani (1: sesuai, 2: tidak sesuai, 3: tidak tahu) 3 4. Kemampuan teknologi meningkatkan pendapat- an (1: mampu, 2: tidak mampu, 3: tidak tahu) 5. Penerapan teknologi (1: sudah, 2: belum, 3: tidak tahu) 2 6. Fasilitasi pendampingan dlm menerapkan teknologi (1: ada, 2: tidak ada, 3: tidak tahu) 7. Fasilitasi lembaga keuangan mikro (permodalan) (1: ada, 2: tidak ada, 3: tidak tahu) 8. Fasilitasi pemasaran hasil 9. Kemampuan petani menganalisis usahatani (1: mampu, 2: tidak mampu, 3: tidak tahu)
JUDUL LITKAJI & DISEMINASI Pengembangan teknologi pengendalian hama/penyakit terpadu dan irigasi tetes pada budidaya kentang di lahan marjinal dataran medium di Temanggung. Eskalasi sistem permodalan anggota kelembagaan kelompok agribisnis ternak-sayuran (SPAKKATS) di Temanggung. Pengembangan agribisnis tanaman temulawak sebagai bahan baku industri minuman nasional di lahan marjinal Kab. Blora. Model pengembangan benih padi di wilayah Blora. Alih teknologi intensifikasi sistem produksi itik petelur di Lotim. Pemanfaatan limbah organik in situ dan mikroba pada budidaya jahe merah di bawah tegakan kelapa di Lotim. Pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan sebagai pupuk organik guna mengatasi pencemaran lingkungan di lahan marjinal Donggala
PERMASALAHAN & TINDAK LANJUT Di beberapa desa, dana swadaya masyarakat untuk pembangunan ID <20%. Contoh, di desa Kebon Agung, Temanggung hanya 16,8%. Hal ini tidak sesuai dengan dokumen proyek yang mempersyaratkan ≥20%. Di Blora, dana swadaya masyarakat yang terkumpul, sama besar untuk seluruh desa, yaitu sebesar Rp 51.325.000 atau 22,2% per desa. Hal ini perlu dikonfirmasikan. Jumlah SLK yang direkrut tidak sebanding dengan jumlah desa yang difasilitasi untuk kegiatan pemberdayaan petani. Contoh, untuk 109 desa di Donggala hanya difasilitasi oleh 14 SLK. Hal ini menyebabkan kegiatan ID baru dapat dilaksanakan pada Sept. 2007. Akibatnya, kegiatan ID hingga Des. 2007 belum selesai dan harus dilanjutkan pada TA 2008, khususnya kegiatan ID non-fisik.
Ada penambahan volume sumur gali di beberapa desa di Blora Ada penambahan volume sumur gali di beberapa desa di Blora. Contoh, di desa Doplang, direncanakan 68 unit dengan 8 duecker/unit, terealisir 98 unit dengan 5 duecker/unit. Hal ini disebabkan oleh kedalaman air yang lebih dangkal dari yang diperkirakan. Penambahan unit sumur gali ini menguntungkan, tetapi mungkin menjadi masalah dalam mertanggung-jawabkan pengelolaan keuangan. Di desa Tompe, Donggala ada pengurangan volume jalan usahatani; direncanakan 1.000 m, terealisir 750 m. Penyebabnya adalah kondisi tanah yang bersifat gambut. Menurut FD setempat, hal ini merupakan kesalahan Bantek dalam penyusunan proposal. Di Donggala, kegiatan Bantek dibebankan ke dana ID yang diperkirakan tidak diperkenankan menurut dokumen proyek. Pengelolaan dana ID oleh KID belum sepenuhnya dipertanggung-jawabkan secara terbuka. Contoh, di Blora hanya 7% desa yang mempertanggung-jawabkan melalui papan informasi. Alasannya, untuk menghindari keributan yang akan mengganggu pembangunan ID.
Keberlanjutan KID dan FD sebagai motivator, inovator, dan fasilitator desa dalam membantu meningkatkan pendapatan petani terkendala oleh tersedianya biaya operasional. Untuk itu, PIU Donggala berinisiatif membangun LKM di beberapa desa yang berpotensi. Petani umumnya belum mengenal internet sehingga mereka belum mengetahui manfaat SIP & Website Pertanian Nasional serta UPIPK. Informasi pasar diperoleh dari tengkulak dan sesama petani, sedangkan informasi teknologi pertanian dari sesama petani, PPL, dan BPTP. Fasilitas koneksi internet dan layanan informasi elektronis di UPIPK belum tersedia bagi petani. Petugas pengelola UPIPK sering berganti-ganti. Dana pendampingan P4MI dalam APBD tidak ada rincian dana untuk operasional UPIPK. Pengguna UPIPK relatif sedikit karena masyarakat belum mengetahui keberadaan UPIPK. Masalah ini dapat diatasi bila ada sinergi dan awareness dari berbagai instansi terkait, terutama dalam penyediaan fasilitas dan promosi.
KESIMPULAN Secara umum, kegiatan pemberdayaan petani sudah berjalan sesuai dokumen. Jenis ID: jalan usahatani, saluran irigasi, demplot, dan pelatihan petani/wanita tani. Besarnya dana swadaya masyarakat rata-rata >20%. Beberapa desa telah melakukan pengembangan volume/kualitas ID, didorong oleh semangat masyarakat yang tinggi setelah merasakan manfaatnya. Masyarakat puas terhadap hasil ID yang mereka bangun secara partisipatif untuk mengatasi masalah petani. Operasional & pemeliharaan ID menjadi tanggung jawab masyarakat di bawah koordinasi KID berdasarkan Perdes yang sedang disusun. Petani umumnya belum mengenal internet sehingga belum mengetahui manfaat SIP, Website Pertanian Nasional, dan UPIPK. Informasi pasar diperoleh dari tengkulak dan sesama petani; informasi teknologi pertanian dari sesama petani, PPL, dan BPTP. Belum tersedianya fasilitas koneksi internet dan layanan informasi secara elektronis bagi petani, merupakan masalah utama dalam pengembangan UPIPK. Hal ini dapat diatasi bila ada sinergi dan kepedulian dari berbagai instansi terkait. Kegiatan litkaji dan diseminasi yang melibatkan petani sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan petani, yaitu meningkatkan pendapatan dan mengatasi permasalahan.
Terima Kasih