Menulislah, Itu Kuncinya Cara Terbaik Belajar Menulis Adalah Banyak-Banyak Menulis
Hard News v Soft News Kian Tumpang Tindih Tak ada batas tegas antara feature dan hard news, saat ini. Kebanyakan berita kini telah di-feature-kan. Bila si Inem menang medali emas renang Asian Games, itu kan hard news. Tapi, yang ditulis koran mungkin sekali ini. “Saat pertama terjun ke sungai di belakang rumahnya di sebuah desa di Madiun enam tahun lalu, si Inem sama sekali tak bermimpi akan menjuarai kompetisi renang se-Asia.” Tidakkah itu lebih dekat ke feature? Koran juga biasa menulis feature untuk melengkapi hard news. Dalam kasus si inem, sebuah koran mungkin menampilkan kemenangannya sebagai hard news. Lalu, pada edisi yang sama, bisa jadi malah di halaman yang sama, ditampilkan pula sisi manusiawi (feature) si inem.
Types of Features Personality profiles: bring an audience closer to a person in or out of the news. Human interest stories: show a subject’s oddity or its practical, emotional, or entertainment value. Trend stories: examines people, things or organizations that are having an impact on society. In-depth stories: provide a detailed account well beyond a basic news story or feature. Backgrounders: adds meaning to current issues in the news; explaining how this country, this organization, this person happens to be where it is now.
Modal yang Perlu Dimiliki Penulis feature yang baik konon harus imaginative, penuh rasa ingin tahu (curious), penuh perhatian (attentive), tidak konvensional, dan punya cukup rasa humor. Ia juga harus piawai menggali informasi dan mampu menyulap data paling mentah sekalipun menjadi tulisan yang menarik.
Jadi, Bagaimana Menulis Feature?
Tema, Pembaca Feature berawal dalam benak. Itu berarti tema. Anda menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Lalu, tanya pada diri sendiri: (1) pernah ditulis atau tidak tema Anda; (2) adakah daya tarik emosionalnya pada pembaca; (3) apa yang membuat tema ini layak ditulis. Pertimbangkan pula pembaca Anda. Itu akan menentukan bahasa yang dipakai. Menulis untuk koran tentu lain dengan menulis untuk jurnal ilmiah. Menulis untuk pembaca umum tentu beda dengan menulis untuk komunitas akademik.
Bikin Outline Anda bisa saja hanya merancang outline di benak Anda. Beberapa penulis lebih suka menuliskannya ke notes lalu mengurutkannya menjadi susunan yang dibayangkan akan muncul dalam feature nantinya. Penulis lain lebih suka membuat draf yang telah berupa beberapa paragraf. Tujuannya, kalimat-kalimat dalam paragraf itu nantinya bisa dikopi paste, dipotong, ditambah, atau disusun ulang ulang sesuai kebutuhan.
Pilih Lead Model piramida terbalik jarang dipakai penulis feature. Tak seperti hard news, feature jarang menjejalkan 5W 1H dalam satu paragraf pertama. Penulis feature umumnya memanfaatkan dua atau tiga paragraf pertama untuk membangun mood, membangkitkan minat pembaca, dan mengundang mereka masuk ke dalam cerita.
Ingat, Jangan Terjebak Banyak penulis yang sudah mengumpulkan semua bahan tulisan, juga sudah tahu di media apa tulisannya akan dikirim, tidak bisa segera menulis. Alasan klasik, “Tidak menemukan lead yang enak.” Karena itu, saya cenderung tidak mempermasalahkan lead saat mulai menulis. Kalau tidak menemukan lead yang pas, ya langsung saja ke inti tulisan. Lead bisa dipikir nanti setelah tulisan jadi. Kadang, ide lead muncul saat kita berada di tengah tulisan.
Jangan Biarkan Pembaca Menunggu Setelah memakai dua tiga paragraf untuk lead, langsung saja masuk ke inti cerita. Jangan sampai pembaca lari karena tak segera menemukan inti tulisan. Selebihnya, tinggal bagaimana mengarahkan cerita. To educate-kah, to entertaint-kah, atau to humanize. Tapi, selalu jaga ikatan emosional pembaca terhadap subjek yang ditampilkan. Pada akhir cerita, Anda bisa saja kembali ke lead. Tapi, feature akan lebih menggigit kalau Anda bisa menciptakan klimaks.
Easy Writing Makes for Easy Reading Kalimat ringkas. Kalimat yang mudah dipahami konon tak lebih dari 15-20 kata. Lebih dari 30 kata, kalimat sulit ditangkap. Paragraf pendek. Paragraf boleh hanya berisi satu kata. Sebaliknya, hindari paragrf lebih dari lima kalimat. Karena kolom koran biasanya sempit, paragraph dengan 100 kata akan kelihatan panjang. Pembaca tidak suka itu. Hindari pengulangan. Lebih baik gunakan banyak kata denagn makna sama. Kalau terpaksa menggunakan kata teknis, ikuti dengan penjelasan sesederhana mungkin. Kata-kata akrab semacam “kita” atau “Anda” bisa menjadikan feature lebih humanize. Kutipan bisa memberikan efek sama bila ditampilkan dengan pas. Kata penghubung biasanya juga membantu. Penulis feature tidak haram mengawali kalimat dengan “dan”, “pula”, bahkan “atau”. Kata penghubung lain seperti “maka, akibatnya, lalu, namun” dan lain-lain bisa memperlancar tulisan bila dipakai dengan pas.
Unjuk Suara Salah satu kunci yang menghidupkan feature adalah “voice”. Ini bisa dibilang “tanda tangan” atau gaya pribadi penulis. Dengan ini, penulis bisa memasukkan warna, nada, bahkan komentar pribadi ke dalam cerita. Yang harus diingat, “suara” pribadi penulis harus ditampilkan sehalus mungkin. Jangan sampai pembaca mencibir.
Menulis, Itu Kuncinya Menulis itu seperti naik sepeda. Kalaupun Anda ribuan kali membaca teori naik sepeda, Anda tidak akan pernah bisa naik sepeda kalau tidak pernah mencoba. Demikian pula, sebanyak apa pun Anda melahap petunjuk cara menulis yang baik, Anda tidak akan pernah bisa menulis dengan baik bila Anda tidak pernah mencoba menulis. Menulislah. Itu satu-satunya cara belajar menulis . Dengan latar intelektual yang Anda miliki, menemukan bahan tulisan yang baik rasanya tidak sulit. Problemnya, bagaimana menuangkannya menjadi tulisan yang enak dibaca dan mudah dipahami. Banyak petunjuk bisa diberikan. Tapi, semua akan sia-sia kalau Anda tidak pernah mencoba.
Jadi, Selamat Mencoba