MASALAH OBJEKTIVITAS.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Dosen : Ravianty Dony, Psikolog
Advertisements

Assalamualaikum Wr. Wb Psikologi Agama.
KELAHIRAN ILMU PENGETAHUAN ALAMIAH MODERN
KELOMPOK 4 Bayu Chandra Kumara Hasan Turabi
KONSEP DASAR NILAI, NORMA, MORAL
Filsafat Ilmu: administrasi
VII. RAHASIA KEMAJUAN BARAT DALAM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI
FILSAFAT PENDIDIKAN ALIRAN REALISME
Teori estetika (Konsep Dasar Estetika)
KEBENARAN ILMIAH KWALITAS PENGETAHUAN
MK Filsafat dan Etika Kesejahteraan Sosial Arif Wibowo
FILSAFAT NILAI Filasafat nilai mempelajari estetika dan etika yang berhubungan dengan eksistensi manusia secara fisik dan nonfiksik Etika standar ukurannya.
REFERENSI BURHAN BUNGIN : PENELITIAN KUALITATIF -KOMUNIKASI, EKONOMI,KEBIJAKAN PUBLIK DAN ILMU SOSIAL LAINNYA (2008) DEDDY MULYANA: METODOLOGI PENELITIAN.
Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental
PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI Pertemuan 3
FILSAFAT MANUSIA ESENSI MANUSIA.
DEBBY ARANINDY PUTRI WANGI Permasalahan  Hakikat Permasalahan Masalah atau problem dapat diartikan sebagai jarak antara apa yang diharapkan.
PENGHEGEMONI ALIRAN KRITIS
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
Muhammmad Noor Hidayat, M I Kom
NUR FACHMI BUDI SETYAWAN, M.PSI
PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN
Bab 1. PENGETAHUAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN TELAAH FILOSOFIS
Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran
STRUKTUR FUNDAMENTAL ILMU PENGETAHUAN
Judul Penelitian, Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
AGAMA DALAM PERUBAHAN SOSIAL
NUR FACHMI BUDI SETYAWAN, M.PSI
Aman Mengemudi Kala Hujan
METODE PENELITIAN KUANTITATIF (2) FIKOM UNIVERSITAS BUDILUHUR.
Filsafat Sosiologi Komunikasi
MUHAMMAD FAHMI AL HABIB ( )
Dasar Identitas Sosial Regularitas Hubungan Manusia
Realitas & “Kesadaran” Semiotika
Kebenaran dan Cara Memperoleh Kebenaran
RASIONALISME SUMBER PENGETAHUAN YANG DAPAT DIPERCAYA ADALAH AKAL (RASIO) PENGALAMAN (EMPIRI) BERFUNGSI MENEGUHKAN PENGETAHUAN YANG DIPEROLEH OLEH AKAL.
PERSPEKTIF TEORITIS PARADIGMA POSITIVISTIK
DOSEN FEBRIYANTO PSIKOLOGI PENDIDIKAN DOSEN FEBRIYANTO
Etika moral dan nilai dalam praktik kebidanan
Kelompok 4 Afdhal fiqri wae Arie Setyo Wibowo Bayu Kukuh Jati prakoso
PENGETAHUAN ILMU DAN PENELITIAN
FILSAFAT MANUSIA ESENSI MANUSIA.
KEHARUSAN DAN KEBEBASAN MANUSIA Pertemuan 10
FILSAFAT ILMU SEBAGAI UPAYA MENEMUKAN KEBENARAN
HANDOUTS DASAR-DASAR ILMU SOSIAL
KEHENDAK BERKUASA FRIEDRICH WILHELM NITZSCE
RAHASIA KEMAJUAN BARAT DALAM BIDANG SAINS
(IBD) ILMU BUDAYA DASAR Kian Amboro, M.Pd.
Pancasila sebagai sistem filsafat, perbandingan filsafat pancasila dengan sistem filsafat lainnya didunia.
Materi ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA 1 OUTLINE
Kritik Seni? Analisis Formal? Elemen Seni? Prinsip Seni?
FILSAFAT MATEMATIKA.
DASAR-DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM: HAKIKAT KEBENARAN DAN PENGETAHUAN NILAI KEBAIKAN DAN KEINDAHAN Oleh: IDRUS : SYAPUANSYAH.
KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN.
METODOLOGI AGAMA ISLAM
X. AGAMA BUDDHA DAN IPTEK
Oleh SYUKUR program pascasarjana pai iain salatiga 2015
KONSEP DASAR “KLAB”.
PENGENALAN FILSAFAT A. Arti Filsafat a. Dari segi etimologi FALSAFAH
DEFINISI FILSAFAT.
Kebenaran Dalam Etika dan Filsafat Komunikasi
METODE PENELITIAN DALAM KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Pengetahuan yang Benar
PENGANTAR FILSAFAT Oleh: AHMAD TAUFIQ MA. Belajar Filsafat 1. Dari Sejarah Perkembangan Pemikiran: Yunani Kuno – Filsafat Timur Abad Pertengahan Filsafat.
PENGERTIAN LINGUISTIK
PERTEMUAN 2 PENTINGNYA MORAL DALAM ETIKA PROFESI.
POSITIVISME DAN POSTPOSITIVISME Pertemuan 4
METODE RISET (Research Method)
METODE ILMIAH: Teori dan Konsep
Metode Penelitian Sastra
Transcript presentasi:

MASALAH OBJEKTIVITAS

Objektif Dalam percakapan sehari-hari: “ditemukan padanannya dalam objek”, atau “bisa dikonfrontasi dengan objeknya”. “Objeknya” di sini biasanya objek-objek fisik. Pernyataan dikatakan tidak benar jika tidak ditemukan objek fisiknya. Pernyataan yang tidak terkait dengan fisik dianggap meaningless, tak bermakna, dan omong kosong [positivistik].

Mulyadhi Kartanegara Sesuai kenyataan. Namun karena yang nyata tidak hanya fisik, maka ukuran objektivitas sebuah ilmu tidak bisa hanya diukur dengan kriteria fisik, tetapi harus diukur berdasarkan, atau disesuaikan dengan sifat dasar dari objeknya yang bisa fisik, tetapi juga bisa nonfisik.

Sulitnya Mencapai Objektivitas Tidak mudah, terutama objektivitas pengamatan indriawi. Misalnya; [1] laut pada hari yang cerah tampak biru. Namun apa betul warnanya biru seperti kita lihat? [2] apakah bintang itu kecil? Ternyata tidak.

Ukuran Objektivitas Fungsi ukuran dalam praktik ilmiah: lebih dari sekadar tujuan praktis, yaitu mengukur objek-objek fisik secara lebih akurat dan lebih “objektif”. Pelbagai jenis ukuran diciptakan untuk tujuan tersebut; misalnya meter [dengan ramifikasinya]; gram [dengan ramifikasinya]. Namun, kerja ilmiah menuntut ukuran2

----yang lebih halus dan canggih ketika ukuran-ukuran dasar tidak lagi memadai. Misalnya, untuk mengukur suhu udara atau suhu badan, diciptakan termometer. Untuk mengukur tekanan udara, diciptakan barometer. Untuk mengetahui kecepatan gerak, diciptakan spidometer. Penemuan Einstein tentang relativitas mengubah optimisme keakuratan ukuran-ukuran objektif. Betapapun akuratnya, ia tidak bisa dilepaskan dari subjek.

Misal: kita tidak bisa mengatakan sepeda motor “cepat” atau “lambat” sampai kita menentukan posisi subjek, yakni asal mula kecepatan sepeda motor tersebut diukur. Bagi subjek yang berjalan kaki di trotoar, sepeda motor tersebut “cepat”, sedangkan bagi subjek yang mengendarai mobil balap, “lambat”. Pengukuran tetap bisa dilakukan, tetapi penilaian cepat atau lambat baru bisa ditemukan di mana posisi subjek dan asal mula pengukuran.

Kalau dalam dunia fisik saja objektivitas tidak bisa dicapai secara meyakinkan, apalagi absolut, apalagi dalam bidang-bidang ilmu nonfisik, seperti psikologi, sosiologi, atau metafisika. Sains apa pun tidak akan mampu terbebas sama sekali dari unsur subjektivitas. Tidak ada ilmu yang pada hakikatnya betul-betul objektif. Karena itu kita tidak bisa menolak status ilmiah ilmu-ilmu nonempiris, seperti filsafat dan metafisika, karena sulitnya dicapai objektivitas.

Jika kita menerima subyektivitas ilmu, maka kita seharusnya bisa menerima ilmu nonempiris sejajar dengan ilmu kealaman. Ilmu nonempiris memang pengukurannya tidak sejelas dan dan semudah ilmu empiris. Pengalaman pengunjung pameran subjektif, tetapi tidak menghilangkan objektivitas pameran. Dunia gaib, tempat pengalaman mistik terjadi, tidak bisa dianggap begitu saja---

-----sebagai ilusi hanya berdasarkan perbedaan pandangan para mistikusnya. Dunia mistik itu objektif, dalam arti riil, sekalipun tentu saja tidak fisik, karena adanya the orderliness dan uniformity, karena tidak masuk akal para mistikus—yang sangat dihormati karena integritas moral dan spiritualnya—akan sepakat berbohong dan merekayasa pengalaman keagamaan atau mistiknya [William James].

Pengalaman mistik, betapapun subjektifnya, ia tetap memiliki basis ontologis dan objektivitas pada dunia yang riil, sekalipun tidak fisik karena tidak semua yang riil mesti fisik. Objektivitas absolut adalah ilusi.