PERTEMUAN VIII PENALARAN deduktif.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Logika Bahasa Ilmiah - 6 -
Advertisements

PERTEMUAN 3 PENALARAN.
BAHASA DAN KAIDAH BERPIKIR
Pertemuan XII PENALARAN INDUKTIF.
Pertemuan IX – SILOGISME KATEGORIS BUKAN BENTUK BAKU
Pertemuan VIII – SILOGISME KATEGORIS
PERTEMUAN XI PENALARAN DEDUKTIF
FILSAFAT ILMU DAN METODOLOGI PENELITIAN
INDUCTIVE AND DEDUCTIVE REASONING
Pengenalan logika Pertemuan 1.
Kuliah matematika diskrit Program Studi Teknik Elektro
Kalimat Berkuantor.
[SAP 8] SILOGISME KATEGORIS
PENALARAN deduktif – Silogisme kategoris
Deduksi Ati Harmoni
Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP
PERTEMUAN 4&5 PROPOSISI.
(Reasoning), Hakikat dan Penggunaan akuntansi
Deductive Reasoning Zainal A. Hasibuan/Siti Aminah Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
PENALARAN Hartanto, S.I.P, M.A..
PENALARAN Pengertian Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan dat atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
PROPOSISI Affirmatif partial
Topik 10 RELASI-RELASI SILOGISME
PROPOSISI PENGERTIAN Logika mempelajari cara bernalar benar dan tidak dapat dilaksanakan tanpa memiliki dahulu pengetahuan yang menjadi premisnya.
PENALARAN disebut juga ARGUMEN
FILSAFAT DAN LOGIKA Topik 9 SILOGISME.
LOGIKA MATEMATIKA BAGIAN 2: ARGUMEN.
Topik XIII: PENALARAN TIDAK LANGSUNG BERSIFAT DEDUKTIF (SILOGISME)
1. 2 Adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau berkaitan dengan prinsip-prinsip dari penalaran argumen yang valid.
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (1) Irawan Afrianto Referensi : Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer.
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
PERTEMUAN 4 PROPOSISI.
PROPOSISI Hartanto, S.I.P, M.A..
MENGAPA PENELITIAN ITU PERLU ???
Dasar Penalaran & Logika Berpikir
Silogisme Kategoris Dasar-Dasar Logika
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGAANYA
KLASIFIKASI DALAM LOGIKA
Ilmu Penalaran atau Logika
Bab 2 Penalaran (Reasoning) 4/19/2018.
PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
V. Penalaran Langsung Zainul Maarif, Lc., M.Hum..
Pengertian Klasifikasi
LOGIKA & INFERENSI.
SISTEM PAKAR SEPTI EKA H ( ) SRIWAHYUNI ( )
Materi 11 Induksi.
PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (1) Irawan Afrianto Referensi : Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer.
Silogisme Silogisme Kategorik
Filsafat, pengetahuan dan ilmu pengetahuan
LOGIKA.
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
Materi 9 Deduksi.
Ilmu Penalaran atau Logika
Alda putra eka prasetia ( )
Penalaran Tujuan bab ini adalah agar para maha-siswa dapat bernalar dengan baik dalam penyusunan karya ilmiah yang ditulis. Penalaran yaitu proses berpikir.
PENALARAN.
DASAR-DASAR LOGIKA Drs. Muhammad YGG Seran, M.Si
I. Pengantar umum Logika
Dua proposisi P(p,q,…) dan Q(p,q,…) dibuat ekivalen atau equal (logically equivalent) dinotasikan oleh P(p,q,…)  Q(p,q,…) jika kedua proposisi tersebut.
METODE INFERENSI 17/9/2015 Kode MK : MK :.
KLASIFIKASI DALAM LOGIKA
SILOGISME Disusun Oleh : Ririn Purwatiningsih
BATASAN DAN RUANG LINGKUP LOGIKA
Penalaran Proposisi ( reasoning ): suatu proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta/ evidensi yang diketahui menuju ke pada suatu kesimpulan. Proposisi.
PENYIMPULAN Kegiatan manusia yang bertitik tolak dari pengetahuan yang telah dimiliki bergerak ke pengetahuan baru. Pengetahuan yang telah dimiliki = titik.
Proposisi Majemuk Bagian II
BAHAN 11 DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER 1
KLASIFIKASI DALAM LOGIKA herwan parwiyanto, m.si
Pertemuan IX – SILOGISME KATEGORIS BUKAN BENTUK BAKU
Transcript presentasi:

PERTEMUAN VIII PENALARAN deduktif

Proposisi Kategoris - Latihan Ubahlah kalimat di bawah ini menjadi bentuk baku dari proposisi kategoris (A,I, E atau O) a. Tidak semua peserta menyetujui usul itu. b. Anjing adalah binatang berkaki empat. c. Ada binatang yang tidak bisa terbang. d. Manusia adalah binatang yang berakal budi. e. Manusia bukan binatang yang bisa terbang. f. Tidak ada orang tidak mati. g. Orang Jogya suka gudeg. 2. Buatlah 2 kalimat dari masing-masing proposisi kategoris.

Penalaran Penalaran deduktif Penalaran Induktif

Perbedaan antara penalaran deduktif dan penalaran induktif adalah pada dukungan premis terhadap konklusinya. Penalaran deduktif adalah penalaran yang konklusinya dimaksudkan sebagai penegasan apa yang tersirat dalam premisnya. Untuk menentukan sehat atau tidaknya, dengan menyelidiki semua premisnya. Jika semua premisnya betul maka penalarannya Sahih

Penalaran induktif adalah penalaran yang konklusinya dimaksudkan sebagai perluasan dari apa yang terkandung dalam premisnya. Konklusinya melampaui apa yang telah dikatakan oleh premis-premisnya. Untuk menentukan sehat atau tidaknya, bukan dengan Sahih atau tidak Sahih, namun dengan Kuat atau Lemah. Cara menentukan suatu penalaran deduktif atau induktif adalah dengan menambah premis baru yang sejenis pada penalaran tersebut.

Contoh : Jadi : Hasil penalaran deduktif : Sahih dan Tidak Sahih Hasil penalaran induktif : Kuat dan Lemah Validitas Contoh : Penalaran A : Angsa yang kita lihat di Surabaya berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Yogyakarta berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Kediri berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Semarang berwarna putih. Jadi : Semua angsa yang pernah kita lihat berwarna putih.

Penalaran B : Angsa yang kita lihat di Surabaya berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Yogyakarta berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Kediri berwarna putih. Angsa yang kita lihat di Semarang berwarna putih. Jadi : Semua angsa berwarna putih.

PERBEDAAN PENALARAN DEDUKTIF-INDUKTIF

PENALARAN DEDUKTIF Penalaran deduktif yang benar disebut VALID Validitas pada penalaran deduktif, lebih ditentukan oleh bentuk penalaran, daripada isi premisnya. Jadi yang lebih diperhatikan adalah hubungan antara premis dan konklusinya.

Suatu penalaran deduktif dikatakan valid jika a. ada hubungan (dan bukan pada kebenaran masing-masing proposisinya), serta keruntutan antara premis dan konklusinya. b. konklusinya tidak boleh melampaui apa yang dikatakan premisnya. c. Seberapa kuat premis mendukung konklusi.

d. Kembalikan ke bentuk baku : Semua S adalah P Semua P adalah K Jadi semua S adalah K

Contoh 1: Pr 1 : Kejahatan adalah sesuatu. Pr 2 : Segala sesuatu dari, oleh dan bagi Tuhan. Konklusi : Kejahatan dari, oleh dan bagi Tuhan.

Contoh 2 : Pr 1 : Semua berlian adalah keras (benar) Pr 2 : Sebagian berlian adalah permata. (benar) Konklusi : Jadi, sebagian permata keras. (benar)

Contoh 3 : Pr 1 : Semua kucing mempunyai sayap (salah) Pr 2 : Semua burung adalah kucing. (salah) Konklusi : Jadi, semua burung mempunyai sayap. (benar)

Contoh 4 : Pr 1 : Semua anjing adalah kucing (benar) Pr 2 : Sebagian kucing mempunyai sayap (salah) Konklusi : Jadi, semua anjing mempunyai sayap (salah)