Destina Puji Rahayu Friesca Aster Indah Indriyani Satria Suja Senotsa 4C4C
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampua emosi, mental, atau fisik.
ABK ada berbagai jenis misalnya tunarung tuna netra, tuna daksa dan lain-lain. Anak Berkebutuhan Khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Pada zaman sekarang seringnya seorang guru tidak memperhatikan anak didiknya yang memiliki kebutuhan khusus sehingga anak tersebut kurang ditanganai dengan baik dan akhirnya tidak berkembang dengan baik.
Klasifikasi dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Karakteristiknya adalah sebagai berikut:
3. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu. 4. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menye-suaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam hal penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu : buta total (Blind) dan low vision.buta total low vision
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di Sekolah Luar Biasa, mereka belajar mengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).orientasi dan mobilitas tongkat putih
Ciri-Ciri Tunanetra
− Tunanetra dengan ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m atau 20/70 feet-20/200 feet, yang disebut kurang lihat. − Tunanetra dengan ketajaman penglihatan antara 6/60 m atau 20/200 feet atau kurang, yang disebut buta. − Tunanetra yang memiliki visus 0, atau yang disebut buta total (tolally blind).
Dilihat secara fisik, akan mudah ditentukan bahwa orang tersebut mengalami tunanetra. Hal itu dapat dilihat dari kondisi matanya yang berbeda dengan mata orang awas dan sikap tubuhnya yang kurang ajeg serta agak kaku. Anak tunanetra pada umumnya menunjukkan kepekaan yang lebih baik pada indera pendengaran dan perabaan dibandingkan dengan anak awas.
Dalam aspek motorik/perilaku, gerakan anak tunanetra terlihat agak kaku dan kurang fleksibel, serta sering melakukan perilaku stereotif, seperti menggosok- gosok mata dan menepuk-nepuk tangan.