EFEK TEMBAGA TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROALGA LAUT, Isochrysis sp Nama : Tri Furna Adhi Nim: 41613010056
Penulis : tri furna adhi Email: trifurnaadhi@gmail.com Penulis asli: Rachma Puspitasari dan Triyoni Purbonegoro Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI Jalan Pasir Putih, Ancol Timur, Jakarta Utara Email: poespitsari@yahoo.com
PENDAHULUAN Beberapa logam berat diketahui sebagai sumber polutan air tawar dan akuatik yang membawa efek toksik pada alga seperti tembaga dan kadmium. Tembaga merupakan logam yang relatif memiliki toksisisitas tinggi terhadap organisme akuatik. Isochrysis sp adalah salah satu jenis mikroalga yang dominan di perairan akuatik. Alga adalah komponen esensial dari ekosistem akuatik yang memproduksi oksigen dan substansi organik melalui proses fotosintesis yang sangat dibutuhkan bagi organisme lainnya antara lain ikan dan invertebrata
Saat ini, mikroalga merupakan indikator yang relevan dalam monitoring lingkungan karena mudah dipelihara dan sensitivitasnya yang tinggi terhadap polutan, sehingga banyak digunakan dalam uji ekotoksikologi baik air tawar atau air laut. Dalam uji toksisitas, beberapa parameter yang umum dilihat untuk memperkirakan efek dari toksikan terhadap mikroalga antara lain pertumbuhan dan aktivitas fotosintetik (Campanella et al., 2000). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mempelajari toksisitas logam berat tembaga terhadap pertumbuhan Isochrysis sp dan membandingkan logam mana yang lebih toksik terhadap Isochrysis sp.
METODE Persiapan pengujian Kultur mikroalga murni, Isochrysis sp berumur 4 hari diperoleh dari Laboratorium Marikultur, Pusat Penelitian Oseanografi- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Organisme ini dipilih karena pertumbuhannya yang cepat, sensitivitasnya tinggi dan penanganannya mudah di laboratorium
Pelaksanaan uji toksisitas kadmium dan tembaga Toksikan acuan (reference toxicant) merupakan bahan atau zat yang diketahui dari penelitian sebelumnya untuk mendapatkan penjelasan pengaruh pada organisme uji (Rand and Petrocelli, 2005). Uji toksikan acuan dilakukan bersamaan dengan uji toksisitas logam tembaga. Prosedur pengujian kadmium ini sama seperti prosedur bahan yang diuji yaitu tembaga (Hindarti, 1997). Larutan stok kadmium (1000mg L-1 Cd) disiapkan dengan melarutkan kadmium klorida (CdCl2) ke dalam akuades. Pada penelitian ini dilakukan uji pendahuluan menggunakan toksikan tembaga dengan menguji empat seri konsentrasi tembaga yaitu 0,1; 1; 10 dan 100 mg/L Cu terhadap Isochrysis sp. Dari nilai IC50 96 jam yang diperoleh, ditentukan konsentrasi larutan uji tembaga yang akan dipakai dalam uji sebenarnya.
Analisis Data Diambil subsampel sebanyak 0,9 ml larutan uji dicampur dengan 0,1 ml lugol sebagai pengawet. Penghitungan jumlah sel menggunakan haemocytometer. Uji dianggap valid apabila jumlah sel pada kontrol negatif setelah 96 jam mencapai 2 x 105 sel/ml (ASTM, 1992). Kondisi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Isochrysis sp pada kontrol negatif dalam kondisi normal.
HASIL DAN PEMBAHASAN Syarat uji toksisitas pertumbuhan fitoplankton dianggap valid adalah jika jumlah sel pada kontrol negatif setelah 96 jam adalah ≥ 2 x 105 sel/mL (ASTM, 1992). Mengacu pada hal tersebut, kedua uji ini valid karena rata-rata jumlah sel pada kontrol uji kadmium adalah 12,9 x 105 sel/mL dan pada kontrol uji tembaga adalah 18,87x 105 sel/mL. Karakteristik pertumbuhan Isochrysis sp akibat pemaparan Cd dan Cu selama 96 jam .
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tembaga lebih bersifat toksik terhadap Isochrysis sp dibandingkan kadmium. Toksisitas tembaga sekitar 34 kali lebih besar daripada kadmium. Nilai IC50 96 jam tembaga diperoleh sebesar 0,0372 mgL-1 Cu sedangkan kadmium sebesar 1,2870 mgL-1 Cd. Pada konsentrasi yang sama yaitu 0.18 mg L-1, kadmium menyebabkan penghambatan pertumbuhan sebesar 15,22% sedangkan tembaga menyebabkan penghambatan pertumbuhan sebesar 99,12% dibandingkan kontrol. Tembaga tidak memberikan efek yang signifikan (NOEC) terhadap pertumbuhan Isochrysis sp pada konsentrasi 0,018 mg L-1 Cu. Konsentrasi tembaga terendah yang memberikan efek signifikan (LOEC) terhadap pertumbuhan Isochrysis sp sebesar 0,032 mg L-1. Kadmium tidak memberikan efek yang signifikan (NOEC) terhadap pertumbuhan Isochrysis sp pada konsentrasi <0,18 mg L-1 Cd. Konsentrasi kadmium terendah yang memberikan efek signifikan (LOEC) terhadap pertumbuhan Isochrysis sp sebesar 0,18 mg L-1 Cd.
Saran Menurut saya kondisi perairan di Indonesia masih menunjukkan batas aman bagi pertumbuhan Isochrysis sp karena kadar mereka berada terukur masih di bawah nilai IC50 nya. Namun perlu diwaspadai sifat bioakumulatif, sifat antagonistic dan sinergetik yang dapat timbul akibat dari interaksi dua logam berat atau lebih. Keberadaan tembaga dan kadmium di lingkungan akuatik perlu dipantau karena kedua logam ini terbukti dapat mengganggu pertumbuhan normal fitoplankton selaku produsen primer di perairan. Apabila populasi normal fitoplankton terganggu dapat berefek pada konsumen di atasnya melalui rantai makanan dan pada akhirnya keseimbangan ekologi bisa terganggu.